Email Saya
silviapeggyf@gmail.com
Angkat tanganmu jika semasa kecil pernah mendapati pertanyaan;
“Kamu ingin jadi apa ketika dewasa?”,
Emilie Wapnick membuka pembicaraannya dalam video TED talk, Why Some of Us Don’t have One True Calling. Menurutnya, kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada yang peduli terhadap apa yang kita katakan saat itu. Hal ini dianggap sebagai pertanyaan yang tidak berbahaya yang ditanyakan kepada anak kecil untuk jawaban lucu mereka, seperti “saya ingin menjadi astronot” atau “saya ingin menjadi balerina” atau “saya ingin menjadi bajak laut”.
Tapi pertanyaan ini ditanyakan kembali seiring kita menjadi lebih dewasa dalam berbagai bentuk, misalnya, murid SMA mungkin ditanyakan jurusan apa yang akan mereka ambil saat kuliah. Dan pada titik tertentu, “Kamu ingin jadi apa ketika dewasa?” berubah dari pertanyaan lucu menjadi sesuatu yang membuat kita tidak tidur semalaman. Meskipun pertanyaan ini menginsipirasi anak kecil di masa depan mereka, namun hal ini tidak menginspirasi mereka untuk memimpikan segala kemungkinannya.
Emilie mengaku bahwa dia tidak pernah bisa menjawab pertanyaan tersebut. Bukan karena dia tidak memiliki minat apapun, tetapi karena minat dia terlalu banyak. Ketika SMA, dia suka bahasa inggris, matematika, seni, membuat website dan juga bermain gitar di Band Punk. Pada satu titik, dia menyadari satu pola di mana dia tertarik pada satu bidang dan dia akan menyelaminya sepenuh jiwa sampai dia menjadi cukup ahli dalam bidang apa pun itu. Tetapi kemudian, dia tiba pada titik jenuh.
Biasanya dia akan terus mencoba di bidang tersebut, karena merasa sudah banyak menghabiskan waktu, tenaga bahkan terkadang juga uang. Tetapi pada akhirnya rasa jenuh itu atau perasaan seperti, “Saya sudah menguasainya, ini tidak menantang lagi, menjadi semakin besar dan saya harus melepaskannnya.” Kemudian dia menjadi tertarik pada hal lain, sesuatu yang sama sekali berbeda dan dia menyelami hal baru ini dengan sepenuh jiwa dan dia merasa, “Ya! saya menemukan minat saya.” Kemudian dia kembali pada titik di mana dia merasa jenuh kembali dan pada akhirnya, dia melepaskannya.
Pola ini selalu terjadi dan membuat dia resah karena dua alasan. Pertama, karena dia tidak yakin bagaimana dia bisa mengubah semua minatnya itu menjadi karier. Dia merasa pada akhirnya harus memilih satu hal (saja) dan mengabaikan semua hal lainnya, dan pasrah saja pada rasa jenuh. Alasan lainnya yakni dia merasa begitu bimbang untuk sedikit lebih profesional. Dia khawatir ada yang salah dengan hal ini, dan sesuatu yang salah pada dirinya karena tidak bisa fokus pada satu hal. Dia takut berkomitmen, atau menjadi tidak teratur, atau menyabotase diri sendiri, takut akan kesuksesannya sendiri.
Kekuatan Super dan Tantangan Multipotensial
Everyone has one “true calling,” which (much like their one “true love”) must be found, and then pursued with an unending determination, no matter the obstacles or the changes in that person’s life.
— (Dikutip dari Claire Nyles, 12 Myths About Multipotentialites and Affirmations to Overcome Them)
Pernyataan di atas ternyata dianggap sebagai mitos. Emilie menambahkan bahwa konsep tentang hidup yang terfokus sangat diromantisasi dalam budaya kita. Pemikiran tentang takdir atau panggilan jiwa, pemikiran bahwa masing-masing kita punya satu hal hebat yang harus kita lakukan dalam hidup dan kita harus mencari apa itu, lalu mencurahkan hidup kita terhadapnya. Tapi bagaimana jika kita adalah seseorang yang tidak seperti ini? Bagaimana jika ada banyak topik berbeda yang membuat kita penasaran dan banyak hal yang ingin kita lakukan?
Kita mungkin merasa sendirian atau tidak punya tujuan, namun tidak ada yang salah dengan kita. Jika hal inilah yang kita alami, bisa jadi kita adalah seorang multipotensial. Melanjutkan pernyataan Emilie, multipotensial adalah seseorang yang memiliki banyak ketertarikan dan pencarian kreatif. Memiliki sinonim dan istilah yang terkait seperti multi-passionate, polymath, Renaissance people, generalist, bahkan Barbara Sher menggunakan istilah “scanners”. Pada tahun 2011, seorang anggota komunitas Puttylike menyarankan bahwa multipotensial dapat disingkat menjadi “Multipod”.
Emilie menyatakan bahwa cukup mudah untuk melihat multipotensialitas kita sebagai batasan atau penderitaan yang harus kita kalahkan. Tapi setelah dia berbicara dengan orang lain, dan menulis tentang hal ini di website-nya dia belajar bahwa ada kekuatan luar biasa untuk menjadi seseorang seperti ini. Berikut saya rangkum 3 kekuatan super multipotensial menurut Emilie:
Tiga hal di atas adalah hal yang dikuasai oleh multipotensial dan ketiganya mungkin akan hilang jika mereka mempersempit fokus mereka. Cara seorang multipotensial dalam berpikir, belajar, dan berkreasi terkadang juga dapat berbenturan dengan norma-norma khusus. Tantangan mereka bukan akibat dari kegagalan, namun sebaliknya, kesulitan-kesulitan ini muncul dari kurangnya sumber daya, kesalahpahaman yang meluas tentang kebutuhan multipotensial, dan penurunan nilai kekuatan unik mereka. Beberapa tantangan yang mereka hadapi diantaranya:
Selain tantangan tersebut, multipotensial juga sering dihantui oleh banyak pepatah mitos yang dapat membatasi keyakinan dan potensi mereka untuk berkembang. Claire Nyles Suer dalam tulisannya, 12 Myths About Multipotentialites and Affirmations to Overcome Them, menjabarkan beberapa mitos tersebut beserta afirmasi yang bisa diterapkan, berikut ini:
Mitos #1
“Jika kita memiliki keterampilan atau bidang ketiga, atau ketujuh, atau keempat-puluh yang kita minati, itu berarti kita tidak fokus. Takut akan komitmen, bertindak, atau ada sesuatu pada diri kita yang salah.”
Afirmasi: Tertarik pada banyak keterampilan dan bidang itu luar biasa! Keingintahuan dan hasrat kita adalah sesuatu yang harus dirayakan, dan kita dapat fokus ketika kita memilihnya.
Mitos #2
“Jika melakukan hal tertentu bukanlah cara kita mencari nafkah, atau jika itu tidak menghasilkan uang, berarti hal tersebut tidak berharga atau bukan bagian penting dari hidup kita.”
Afirmasi: Pekerjaan sampingan, hobi, dan hasrat sampingan semuanya hebat. Kita yang memutuskan diantara semua pekerjaan dan hiburan kita, yang merupakan bagian penting dari hidup kita.
Mitos #3
“Jika kita berbakat dalam sesuatu dan memutuskan untuk tidak mengejarnya secara penuh, profesional, atau intens, berarti kita “membuang-buang” bakat kita.”
Afirmasi: Bakat itu luar biasa, tetapi sepenuhnya terserah kita untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dengannya. Kita tidak berutang perhatian, waktu, atau energi apa pun, hanya karena kita ahli dalam hal tersebut.
Mitos #4
“Jika kita memutuskan untuk mengejar sesuatu yang sama sekali berbeda dari pekerjaan, hobi, atau minat yang kita kejar sebelumnya, itu mungkin “bukan kita” atau hal terbaik untuk kita.”
Afirmasi: Hanya kita yang dapat mengetahui dengan pasti pencarian apa yang terbaik untuk kita, atau yang cocok untuk kita sebagai manusia yang unik dan dinamis. Hanya kita yang tahu kapan kita siap untuk sesuatu yang sama sekali berbeda sebelumnya.
Mitos #5
“Jika kita beralih karier setelah 5, 10, atau 30 tahun, hal ini berarti kita menyia-nyiakan kemajuan yang kita buat, dan membuat kesalahan bodoh.”
Afirmasi: Orang-orang mengubah jalur karier mereka sepanjang waktu, dengan sukses besar, bahkan setelah menginvestasikan waktu puluhan tahun ke jalur tertentu. Jika kita telah berada di jalur tertentu untuk sementara waktu, kita pasti telah belajar banyak dan akan membawa pembelajaran itu bersama kita saat kita menuju ke arah yang baru.
Mitos #6
“Jika kita depresi, cemas, memiliki penyakit mental lain, atau sakit kronis. Hal ini mungkin terkait dengan stres karena kita tidak fokus pada satu jalur karier.”
Afirmasi: Depresi, kecemasan, penyakit mental dan penyakit kronis mempengaruhi siapa saja termasuk seorang spesialis dan multipotensial. Mereka tidak disebabkan karena tidak memilih jalur karier tunggal, atau oleh stres sehari-hari. Multipotensial yang hidup dengan penyakit mental atau penyakit kronis dapat dan memang berkembang.
Mitos #7
“Cara terbaik untuk menghasilkan uang adalah dengan memilih sesuatu yang kita minati dan kemudian menjadi ahli di dalamnya. Semakin spesifik pengetahuan, semakin banyak kita dapat menghasilkan uang darinya.”
Afirmasi: Multipotensial atau “generalis” menghasilkan banyak uang dengan keahlian mereka yang beragam dan kekuatan super khusus yang dimiliki. Mereka adalah anggota penting di tim mana pun, di bidang apa pun.
Apakah Kita Seorang Multipotensial?
Mengutip pernyataan Emilie, multipotensial berkembang dalam proses belajar, mengeksplorasi, dan menguasai keterampilan baru. Mereka sangat baik dalam menyatukan ide-ide yang berbeda dengan cara yang kreatif. Ini menjadikan mereka inovator dan pemecah masalah yang luar biasa. Sergio Caredda dalam tulisannya, Are you a Multipotentialite, menjabarkan beberapa pertanyaan umum dimana jika kita menjawab “Ya”, maka ada kemungkinan besar bahwa kita adalah seorang multipotensial, berikut ini:
Puttylike dalam lamannya, memfasilitasi bagi setiap orang yang ingin mengetahui apakah diri mereka termasuk seorang multipotensial, melalui link tes berikut ini: Quiz: Are You a Multipotentialite?. Berdasarkan tes yang saya lakukan, hasilnya menunjukkan bahwa saya termasuk seorang multipotensial dengan kategori di tengah spektrum Simultaneous-Sequential, atau disebut multipotensial gaya campuran (Mixed-Style). Multipotensial tipe ini artinya suka mencampuradukkan cara mereka bekerja. Tidak sepenuhnya ke dalam gaya Simultan (banyak proyek dikerjakan sekaligus) atau sepenuhnya ke dalam gaya Sekuensial (biasanya hanya satu atau dua proyek utama sekaligus).
Dalam hasil tes tersebut juga dijelaskan ciri-ciri dari tipe multipotensial Mixed-Style ini diantaranya:
Artikel lain yang ditulis Emilie, How Do I Know If I’m a True Multipotentialite?, menyatakan bahwa terkadang seseorang tetap tidak yakin apakah mereka memenuhi syarat sebagai multipotensial. Mungkin mereka sudah lama berkecimpung di satu bidang, dan pola mereka mulai terlihat lebih spesialis. Di satu sisi adalah seseorang yang yakin bahwa mereka baru saja hancur. Mereka sepertinya berpikir, “Tentu, ada yang namanya multipotensial, tapi saya tidak mungkin menjadi salah satunya. Bukan saya. Saya hanya mengambil peran dan tidak dewasa.”
Menurut Emilie, hal tersebut merupakan perasaan yang wajar dan dia sendiri pernah merasakannya untuk waktu yang lama. Tambahnya, mengaitkan diri dengan identitas “multipotensial” mungkin adalah cara terbaik untuk memulai. Beri diri kita identitas, bahkan jika kita belum sepenuhnya percaya. Ketika kita memeluk identitas tertentu, kita mulai berperilaku dengan cara yang sejalan dengan identitas tersebut. Ini bisa menjadi hal yang baik dan buruk. Di satu sisi, label dapat membuat kita merasa buntu dan dapat membatasi pilihan kita (itulah sebabnya kita harus bersedia melepaskannya jika perlu). Adapun di sisi lain, mengadopsi identitas dari perspektif aspirasional dapat mendorong kita untuk mencapai hal-hal besar.
Jika kita memang yakin sebagai seorang spesialis, tidak ada yang salah juga dengan diri kita. Namun kita tetap perlu untuk mendorong multipotensial agar menjaga diri mereka sendiri. Menurut Emilie, ada banyak masalah kompleks dan multidimensi di dunia saat ini, dan kita memerlukan para pemikir kreatif yang tidak dibatasi oleh satu bidang untuk menghadapinya. Fakta menunjukkan bahwa beberapa tim terbaik terdiri dari seorang spesialis dan multipotensial digabungkan bersama. Spesialis dapat menyelam lebih “dalam” dan menerapkan ide, sedangkan multipotensial membawa pengetahuan yang luas ke dalam proyek. Kerjasama yang sangat indah.
Kita harus membangun hidup dan karier kita sebagaimana kita dilahirkan. Namun faktanya, multipotensial sebagian besar didorong untuk menjadi lebih seperti rekan spesialis mereka. Jika kita memang seorang spesialis, maka fokuslah pada bidang yang dipilih. Kita akan bekerja dengan baik di bidang tersebut. Tapi untuk multipotensial, Emilie menambahkan bahwa, “Rangkulah seluruh minat kita. Ikuti rasa ingin tahu kita kemana pun ia membawa kita. Jelajahi perbatasan kita. Merangkul kata hati kita akan membantu kita lebih bahagia. Dan mungkin yang terpenting, dunia membutuhkan kita.”
silviapeggyf@gmail.com
Add a comment