Site logo

Tips untuk Menyusun Pertanyaan Survei yang Efektif

Apakah Perbedaan Antara Survei dan Kuesioner?

Ada banyak definisi dan deskripsi tentang apa itu survei. Survei digunakan untuk mengumpulkan informasi kuantitatif secara sistematis dari sampel yang merupakan bagian dari sebuah populasi (seluruh jumlah orang / penduduk / atau benda yang menempati suatu daerah dan/atau memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian).

Namun, terdapat perbedaan mendasar antara survei dan kuesioner. Kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian, tetapi mereka adalah dua hal yang berbeda. Mari kita coba jelaskan: Survei adalah proses menyeluruh untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menarik kesimpulan dari data yang didapatkan. Sementara kuesioner adalah serangkaian pertanyaan yang diberikan kepada responden ketika survei dilaksanankan.

Komponen Dari Pertanyaan Survei yang Efektif

Membuat pertanyaan yang jelas, mudah dipahami serta memformat kuesioner survei agar terasa mengalir dan mengedepankan partisipasi dari responden adalah kunci untuk membuat pertanyaan yang efektif.

Berikut ini merupakan rangkuman proses tanya jawab yang disediakan oleh de Leuuw dan koleganya, dimaksudkan untuk memberikan tips dan strategi untuk mengembangkan pertanyaan survei.

Sebelum itu perlu kita pahami bahwa agar responden dapat menjawab pertanyaan yang diajukan, mereka harus:

  1. Memahami pertanyaan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti
  2. Memiliki informasi yang relevan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
  3. Menerjemahkan informasi tersebut ke dalam format tertentu yang dipersiapkan untuk menjawab pertanyaan
  4. Bersedia untuk berbagi informasi yang relevan terhadap penelitian dengan jujur dan akurat

1. Tulis pertanyaan yang dapat dipahami responden

Mengingat bahwa metodologi survei mewajibkan peneliti untuk mengajukan serangkaian pertanyaan yang distandarkan, tiap responden perlu memiliki pemahaman yang sama tentang apa yang dimaksud dari sebuah pertanyaan. Untuk mengurangi kesalahpahaman terhadap pertanyaan, berusahalah untuk mengurangi ambiguitas.

1.1 Gunakan bahasa yang jelas dan sederhana, hindari istilah kompleks, akronim, dan jargon

Penggunaan bahasa dan istilah yang kompleks, serta akronim dan jargon khusus yang hanya dipahami oleh orang yang bergelut di bidang Anda, akan membuat pertanyaan lebih sulit untuk dijawab.

Contoh:

Pertanyaan buruk

“Dalam seminggu terakhir, apakah Anda pernah berolahraga?”

Kesalahan: Istilah ‘olahraga’ tidak didefinisikan dengan jelas dan dapat ditafsirkan secara berbeda oleh responden – beberapa mungkin menganggap berjalan menuju ke dan dari mobil sebagai sebuah olahraga, sedangkan responden lain mungkin tidak menganggap apa pun yang tidak menyebabkan mereka berkeringat atau terengah-engah sebagai olahraga.

Pertanyaan yang disarankan

“Dalam seminggu terakhir, apakah Anda pernah berolahraga atau melakukan aktivitas fisik apa pun selama setidaknya 20 menit yang membuat Anda berkeringat dan terengah-engah, seperti berlari, berenang, bersepeda, atau kegiatan serupa?”

Contoh lain:

Pertanyaan buruk

“Apakah Anda pernah didiagnosis dengan CHD oleh dokter?”

Kesalahan: Menggunakan akronim dan jargon teknis akan menyulitkan orang-orang yang tidak tahu dengan istilah-istilah ini untuk memberikan jawaban yang akurat.

Pertanyaan yang disarankan

“Apakah Anda pernah didiagnosis menderita penyakit jantung koroner (CHD) – sebuah penyakit di mana pembuluh darah yang memasok oksigen dan darah ke jantung menyempit?”

1.2 Berikan kerangka atau referensi waktu untuk responden

Pastikan responden mengetahui periode atau referensi waktu — yang berperan sebagai konteks — dari pertanyaan Anda.

Contoh:

Pertanyaan buruk

“Seberapa seringkah Anda berolah raga?”

Kesalahan: Kurangnya referensi waktu atau konteks untuk menjawab pertanyaan dapat menyebabkan responden menafsirkan pertanyaan secara berbeda (yaitu dengan memberikan jawaban pada umumnya atau dengan memilih referensi waktu secara acak).

Pertanyaan yang disarankan

“Dalam empat minggu terakhir, seberapa seringkah Anda berolah raga?” atau “Rata-rata, seberapa seringkah Anda berolah raga?”

Perhatikan bahwa jenis pertanyaan ini akan mendapatkan jawaban yang lebih baik jika respons disusun menggunakan format skala peringkat Likert (di mana 1 = tidak pernah dan 5 = sepanjang waktu).

1.3 Hindari pertanyaan yang disisipi dengan asumsi

Terkadang pertanyaan dapat berisi dengan asumsi mengenai situasi dari responden atau bagaimana cara berpikir dari responden. Ketika asumsi-asumsi ini tidak benar, responden dipaksa untuk menjawab pertanyaan dengan cara yang tidak dapat menggambarkan situasi sebenarnya yang mereka alami.

Contoh:

Pertanyaan buruk

“Ketika duduk di kursi belakang mobil, seberapa seringkah Anda mengenakan sabuk pengaman?”

Kesalahan: Ini mengasumsikan bahwa responden selalu duduk di kursi belakang mobil, dan tidak memberikan pilihan bagi mereka yang tidak pernah duduk di kursi belakang (juga tidak menyediakan referensi waktu). Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda perlu terlebih dahulu mengetahui apakah responden pernah duduk di kursi belakang, dan jika demikian, seberapa sering mereka mengenakan sabuk pengaman.

Pertanyaan yang disarankan

1.a) “Dalam setahun terakhir, apakah Anda pernah duduk di kursi belakang mobil?”
1.b) (Jika Iya) “Ketika duduk di kursi belakang mobil, seberapa seringkah Anda mengenakan sabuk pengaman?”

1.4 Hindari menanyakan beberapa pertanyaan dalam satu waktu sekaligus

Untuk menghindari ambiguitas, pastikan hanya ada satu pertanyaan yang diajukan responden pada satu waktu.

Contoh:

Pertanyaan buruk

“Seberapa besar kepedulian teman-teman dan keluargamu terhadapmu di saat kamu sakit?”

Kesalahan: Pertanyaan ini menanyakan tentang bantuan dari dua kelompok orang yang berbeda (1. teman dan 2. keluarga), sehingga kemungkinannya adalah responden harus memilih untuk mengabaikan salah satu dari dua grup ini atau menyatukan dua grup ini dalam satu kelompok yang sama.

Pertanyaan yang disarankan

1. “Seberapa besar kepedulian teman-temanmu terhadapmu di saat kamu sakit?”
2. “Seberapa besar kepedulian keluargamu terhadapmu di saat kamu sakit?”

1.5 Hindari pertanyaan dengan kata negatif ganda

Kata negatif ganda menimbulkan risiko salah tafsir, sehingga memunculkan risiko responden menjawab pertanyaan dengan cara yang tidak diinginkan (atau bahkan berkebalikan dari apa yang sebenarnya ditanyakan).

Pertanyaan buruk

“Manakah dari perilaku berikut yang tidak dianggap taknormal?”

Kesalahan: Elemen negatif ganda berefek membingungkan, dan dapat mengakibatkan respons yang tidak dapat diandalkan – buatlah pertanyaan dengan jelas dan hilangkan elemen ambigu.

Pertanyaan yang disarankan

“Manakah dari perilaku berikut yang dianggap normal?”

2. Buatlah pertanyaan yang responden dapat jawab dengan informasi yang mereka miliki

Responden hanya dapat menjawab pertanyaan dengan informasi yang sudah mereka miliki. Ada dua alasan utama mengapa responden dapat atau tidak dapat memberikan informasi yang relevan:

2.1 Kurangnya Informasi

Seorang peneliti mungkin secara tidak sengaja mengajukan pertanyaan yang responden tidak ketahui jawabannya, atau dalam format yang asing bagi responden. Misalnya, pertanyaan seperti “Berapa kilometer kah jarak rumah sakit terdekat dari rumah Anda?”. Padahal pertanyaan ini dapat dijawab dengan lebih mudah jika waktu perjalanan digunakan sebagai unit pengukuran.

Selain itu, manusia juga tidak dapat secara akurat mendeskripsikan emosi orang lain, lebih baik jika peneliti dapat menghindari mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan emosi. Misalnya, alih-alih bertanya “Seberapa bahagianya ibumu menikmati kegiatan di panti wreda?”, alternatif yang lebih baik adalah bertanya tentang perilaku yang dapat diamati, seperti, “Apakah ibumuikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang ada di panti wreda?”

2.2 Mengalami Masalah dalam Mengingat Informasi

Responden mungkin tidak dapat mengingat informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan tertentu karena berbagai macam alasan. Namun ada beberapa strategi yang mungkin dapat membantu responden untuk mengingat informasi yang dibutuhkan:

  • Buat jangka waktu yang konsisten dengan tingkat signifikansi dari sebuah kejadian – semakin tidak signifikan sebuah kejadian, sebaiknya semakin pendek jangka waktunya.
  • Pecahkan pertanyaan yang rumit ke dalam serangkaian pertanyaan yang lebih sederhana sehingga memungkinkan responden untuk menghabiskan lebih banyak waktu dalam menjawab setiap elemen pertanyaan.
  • Pertimbangkan untuk menggunakan kata atau tindakan yang terkait dengan peristiwa yang dimaksud. (misalnya hari dimana respoden tidak masuk kantor atau saat badan mulai terasa hangat dapat dijadikan sebagai petunjuk bagi responden untuk mengingat-ingat informasi tentang hari di mana responden mengunjungi dokter).

3. Tulislah pertanyaan sehingga responden dapat menerjemahkan jawabannya ke dalam format yang diperlukan

3.1 Jelaskan tentang format jawaban yang diinginkan

Responden harus dapat dengan mudah mengetahui jenis jawaban apa yang diperlukan, tingkat kedetailannya, dan bagaimana responden harus mengkategorikan jawaban terbuka.

Contoh:

Pertanyaan buruk

“Sudah berapa lama Anda meninggalkan pekerjaan Anda?”

Kesalahan: Format periode waktu tidak ditentukan. Apakah pertanyaan harus dijawab dengan menggunakan hari, bulan, atau tahun sebagai satuan waktu?

Pertanyaan yang disarankan

“Sudah berapa bulan berlalu semenjak Anda meninggalkan pekerjaan Anda?”

3.2 Memastikan pilihan dari respons yang tersedia telah sesuai dan jelas

Jangan membuat responden menghabiskan waktunya untuk mencari tahu cara menjawab pertanyaan Anda – opsi dari respons harus terlihat dengan jelas dari cara pertanyaan dituliskan.

Contoh:

Pertanyaan buruk

“Dalam 12 bulan terakhir, apakah dokter Anda memperlakukan Anda dengan hormat (Ya / Tidak)?”

Kesalahan: Pertanyaan ini diformat sebagai pertanyaan biner ketika kenyataannya jawaban dapat bervariasi dan penuh dengan nuansa.

Pertanyaan yang disarankan

“Dalam 12 bulan terakhir, seberapa sering dokter Anda memperlakukan Anda dengan hormat?”

3.3 Menyediakan opsi respons yang eksklusif dan lengkap untuk pertanyaan yang bersifat tertutup

Dengan kata lain, harus ada opsi respons untuk semua orang, dan setiap orang harus memiliki hanya satu jawaban respons yang paling sesuai dengan situasi mereka.

Contoh:

Pertanyaan buruk

“Apakah Anda saat ini: menikah, pisah, bercerai, menjanda, tinggal dengan pasangan, atau apakah Anda belum pernah menikah?”

Kesalahan: Ada beberapa cara pertanyaan ini dapat dijawab oleh seseorang yang belum pernah menikah tetapi tinggal bersama dengan pasangannya, atau bercerai namun masih tinggal bersama, dll.

Pertanyaan yang disarankan

1. “Apa status perkawinan Anda saat ini (menikah, terpisah, bercerai, menjanda, atau belum pernah menikah)?”
2. “Apakah anda saat ini tinggal bersama pasangan/suami atau istrimu?”

4. Susunlah pertanyaan yang membuat responden bersedia untuk menjawabnya dengan jujur dan akurat

Ada banyak alasan mengapa responden mungkin tidak ingin menjawab pertanyaan tertentu dengan jujur. Kekhawatiran akan anonimitas dan rahasia dari informasi yang mereka berikan akan dibagikan kepada orang lain, keinginan untuk memperlihatkan citra yang baik kepada orang lain, dan / atau keinginan untuk diklasifikasikan dengan benar (yaitu jika jawaban yang benar dipandang berpotensi untuk mengarah pada kesimpulan yang salah, responden mungkin merasa perlu mendistorsi jawaban mereka untuk menerima klasifikasi yang tepat menurut mereka).

Salah satu metode untuk mengurangi masalah ini adalah dengan memberikan informasi yang cukup dan jaminan akan kerahasiaan dan anonimitas responden melalui sebuah persetujuan yang diinformasikan. Selain itu ada beberapa cara untuk meminimalkan terjadinya misinterpretasi dan menyediakan konteks yang tepat untuk tiap pertanyaan.

4.1 Sertakan pengantar untuk tiap pertanyaan
Contohnya, “Banyak orang berpendapat bahwa mereka tidak berolahraga sebanyak yang mereka inginkan karena adanya pekerjaan lain yang lebih penting, masalah keluarga yang perlu diselesaikan, atau tanggung jawab lainnya. Melihat hal ini, apakah Anda telah berolahraga sesering yang Anda inginkan?”

4.2 Menyediakan respons alternatif yang bersifat inklusif
Sebagai contoh, ketika mengajukan pertanyaan tentang jam yang dihabiskan untuk menonton televisi setiap harinya, buatlah batas atas dari respons jauh lebih besar dari apa yang diharapkan orang pada umumnya (misal 10 jam alih-alih 4 jam saja), untuk mencegah peserta mendistorsi jawaban mereka karena ketakutannya akan dianggap ‘ekstrim’ oleh orang lain.

Meskipun mengikuti tips ini akan membantu meningkatkan desain dan kejelasan kuesioner, pengujian lapangan (piloting) dan melakukan evaluasi pertanyaan adalah langkah-langkah kunci untuk membuat survei yang efektif (untuk informasi lebih lanjut tentang pengujian pertanyaan Anda, lihat de Leuuw dkk.

Tulisan ini diadaptasi dari: KnowledgeNudge

Comments

  • No comments yet.
  • Add a comment