Ryan adalah pemilik toko roti yang menjual berbagai jenis roti dan kue. Suatu hari, seorang pria datang ke tokonya. Setelah bertanya tentang biaya, dia memesan beberapa kue, lalu membayarnya. Ryan meminta waktu untuk menyiapkan kue baru, sementara pria itu duduk di kursi dan dengan sabar menunggu pesanannya.
Namun, ternyata Ryan menghabiskan waktu lebih lama dari yang diharapkan. Ketika pelanggan bertanya tentang alasan penundaan tersebut, dia mengatakan bahwa ovennya tidak berfungsi, sehingga kue baru tidak dapat dipanggang. Pria itu mulai berteriak dengan marah.
Ryan berkata dengan tangan terlipat, “Maaf Pak, saya menerima kesalahan saya. Mohon maafkan saya. Saya akan mengembalikan uang Anda”. Pria itu terkesan dengan kesopanan Ryan. Dia memaafkannya dan meminta Ryan mengirimkan pesanannya saat oven selesai diperbaiki.
Cerita tersebut menujukkan bahwa kesopanan memberi kita banyak teman baik dan rasa hormat dari orang lain. Ketika kita bersikap sopan dan menunjukkan perilaku yang baik, orang lain juga cenderung bersikap baik dan sopan sebagai balasannya.
Namun kenyataannya, tidak semua orang seperti Ryan dan pelanggannya yang murah hati, mau meminta maaf dan memaafkan. Beberapa orang tidak selalu memperhatikan kesopanan, mereka biasanya lebih memperhatikan kekasaran atau perilaku tidak pengertian.
“Being polite means being aware of and respecting the feelings of other people.”
Mengapa Kesopanan Penting?
Menurut Yusuff Ibrahim dalam tulisannya, The Importance Of Politeness And Smile In Life, kesopanan adalah berperilaku hormat dan perhatian terhadap orang lain. Setiap orang ingin mendengar hal-hal yang baik dan melihat perilaku yang baik terhadap diri mereka sendiri.
Oleh karena itu, penting untuk berperilaku dengan cara yang sopan dan menyenangkan terhadap orang lain. Kesopanan tidak harus berarti kata-kata baik terhadap orang lain, tetapi juga bagaimana kita menghadapi lingkungan dan hewan di sekitar kita.
Kesopanan memudahkan kita untuk membuat kesan pertama yang baik dalam lingkungan sosial atau profesional. Seseorang yang berbicara kepada orang lain dengan sopan, lebih cenderung membuat kesan yang baik daripada seseorang yang memiliki perilaku buruk.
Dalam beberapa kasus, kesopanan membantu meredakan situasi tegang dan menyelesaikan konflik. Sebaliknya, perilaku tidak sopan cenderung menyulut api, meningkatkan konflik dan mempersulit penyelesaian masalah.
Adapun untuk bersikap sopan, kita harus berani menelan harga diri kita sendiri, karena dengan keangkuhan, tidak ada yang bisa menjadi sopan. Keangkuhan adalah tren yang berbahaya dan selalu menunjukkan kejatuhan seseorang.
Kesopanan juga dapat mengurangi stres pada diri sendiri dan orang lain. Dengan mengetahui bahwa seseorang berbicara pada kita dengan hormat, kita akan siap untuk keluar dari cangkang kita dan bersedia bergaul bersama orang lain. Melalui pergaulan, orang selalu dapat berbagi kondisi dan situasi stres mereka.
Selain itu, kesopanan membuat manusia berbeda dari makhluk lainnya. Dengan bersikap sopan kepada orang atau lingkungan, nalar logis kita akan selalu terlihat. Jika kita sopan, maka kita menjadi lebih bertanggung jawab dan akan memperhatikan hal-hal kecil di sekitar kita.
Dirangkum dari tulisan Yusuff, dua situasi berbeda ini dapat membantu menjelaskan mengapa kesopanan itu penting bagi kita:
Bayangkan sekarang kita adalah orang buangan dari keluarga dan masyarakat. Hal ini karena kita adalah penjahat garis keras yang tidak sopan akibat didikan dan lingkungan. Semua orang membenci, memarahi, menghakimi. Semua orang melihat kita dengan wajah marah. Tidak ada yang baik pada kita bahkan senyuman pun tidak.
Bagaimana perasaan kita?
Mungkin merasa tidak berguna dan hidup tidak ada artinya lagi bagi kita (perilaku mereka membunuh niat kita untuk mengubah cara kita hidup), bahkan mungkin terbesit niat untuk mengakhiri hidup.
Namun bagaimana jika kita adalah orang dengan latar belakang yang sama, tetapi keluarga dan masyarakat menerima kita sepenuh hati, memperlakukan kita sama seperti orang lain bahkan lebih baik, dan selalu sopan kepada kita dengan wajah tersenyum tulus.
Percaya bahwa kita adalah orang yang baik, hanya keadaan yang membawa kita ke jalan yang salah dan bahwa kita dapat kembali ke jalan yang benar serta kembali menjadi orang yang baik.
Bagaimana perasaan kita?
Mungkin merasa terlahir kembali, merasa dihargai dan layak untuk mengubah hidup di dunia ini. Oleh karena itu, jelaslah bahwa kesopanan dapat ‘memberikan’ kehidupan kepada orang lain ataupun sebaliknya.
Bagaimana menjadi Sopan?
Yusuff melanjutkan bahwa setiap orang harus mempelajari seni kesopanan. Hal tersebut adalah inti dari kelangsungan hidup dan komunikasi kita sehari-hari. Merupakan keterampilan penting jika kita ingin menghargai semua orang di masyarakat kita. Manfaatnya juga sangat besar dan karenanya harus diperhatikan setiap saat.
Artikel berjudul How To Be Polite dalam laman Harappa menyebutkan bahwa, jika kita ingin tahu bagaimana menjadi rendah hati dan sopan, pikirkan tentang orang yang sangat kita cintai. Bagaimana mereka berbicara? Apa yang mereka katakan yang membuat kita merasa baik? Penghargaan adalah bagian penting dari kesantunan. Semua orang suka dihargai.
Adapun Tami Claytor melalui tulisan berjudul How to Be Polite, menyebutkan bahwa bersikap sopan dapat membantu kita memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain dan bahkan membuka pintu bagi kita secara profesional. Hal ini juga cara yang bagus untuk membuat orang lain merasa dihargai dan nyaman di sekitar kita.
Kesopanan mudah dipelajari dan akan menjadi sifat kedua kita jika semakin sering dilatih. Dirangkum dari tulisan Tami, berikut adalah langkah-langkah sederhana yang dapat kita coba untuk mulai bersikap lebih sopan dengan orang lain:
1: Menyapa Orang dengan Sopan
Tersenyumlah saat menyapa seseorang. Saat pertama kali bertemu atau menyapa seseorang, berikan senyuman hangat. Tersenyum menunjukkan bahwa kita sedang dalam semangat yang baik dan senang melihatnya. Sangat membantu untuk membangun keramahan sejak awal karena senyuman adalah kesan pertama yang biasanya dibuat orang saat bertemu seseorang. Namun, di beberapa budaya, seperti Rusia, tersenyum tidak diperlukan.
Katakan halo. Alih-alih hanya berjalan melewati seseorang yang kita kenal atau mengabaikan seseorang yang seharusnya kita temui, sapa mereka dengan ‘halo’ yang hangat. Kita tidak perlu menunggu mereka mengatakannya kepada kita terlebih dahulu, tidak apa-apa menjadi inisiator. Misalnya, “Halo, Tuan Sanderson. Senang bertemu denganmu! Nama saya Emma Payne dan saya bekerja di keamanan siber.”
Berjabat tangan dengan sungguh dan tegas. Saat bertemu seseorang, pegang tangan mereka dengan kuat, goyangkan ke atas dan ke bawah sekali. Hormati orang lain dengan tidak meremas tangannya terlalu keras dalam upaya untuk “mendominasi” mereka. Jika kita mengenal mereka dengan baik, kita bisa memeluk mereka sebagai gantinya.
Ada banyak cara berbeda orang di seluruh dunia saling menyapa, dan salam ini mungkin tidak selalu melibatkan jabat tangan. Waspadai apa yang sesuai di negara tempat kita tinggal. Kita dapat menjelajah internet untuk mencari tahu jika kita tidak yakin.
Lakukan kontak mata jika sesuai dengan budaya. Saat bercakap-cakap dengan seseorang, tatap mata mereka sedikit lebih dari separuh waktu kita berbicara. Mempertahankan kontak mata menunjukkan bahwa kita memperhatikan. Namun, menatap mereka bisa dianggap menyeramkan dan kasar. Hentikan kontak mata sesering mungkin untuk menghindari menatap.
Kontak mata biasanya dilihat sebagai tanda penghormatan dalam budaya Barat. Dalam beberapa budaya Timur, itu bisa dilihat sebagai tanda agresi. Jangan melakukan kontak mata jika orang lain menganggapnya tidak sopan.
Orang dengan kondisi tertentu seperti autisme dan kecemasan sosial mungkin menganggap kontak mata menakutkan atau mengganggu. Jika kontak mata sulit, kita dapat memalsukannya dengan melihat hidung atau dagu seseorang (mereka biasanya tidak dapat membedakannya). Jika lawan bicara kita menghindari kontak mata, perlu diingat bahwa mereka mungkin pemalu dan biarkan saja.
2: Sopan dengan Kata-kata
Katakan ‘tolong’ dan ‘terima kasih’. Saat meminta seseorang melakukan sesuatu untuk kita, selalu katakan ‘tolong’. Setelah seseorang melakukan sesuatu untuk kita, selalu katakan ‘terima kasih’. Biarkan orang lain tahu bahwa kita menghargai kontribusi mereka.
Berbasa-basi. Alih-alih terjun langsung ke bisnis atau diskusi serius dengan seseorang, lakukan basa-basi terlebih dulu. Diskusikan hari mereka, anak-anak mereka, atau makanan enak yang mereka miliki untuk makan siang. Bicara tentang film atau acara yang kita tonton akhir-akhir ini atau buku yang sedang kita baca. Ini akan membantu mencairkan suasana.
Cobalah untuk mengingat detail tentang orang yang kita ajak bicara, seperti nama pasangan atau anak-anaknya, hari ulang tahunnya, atau hari jadinya. Perhatikan masalah lain dan peristiwa hidup yang sulit. Dengarkan dengan penuh perhatian dan perhatikan apa yang mereka katakan kepada kita.
Jangan menyela mereka saat mereka berbicara, tetapi tunjukkan bahwa kita tertarik dengan mengajukan pertanyaan. Hindari bahasa tertentu dan kosakata apa pun yang mungkin tidak diketahui orang lain. Jika kita membahas topik yang kompleks, berhati-hatilah untuk tidak berbicara dengan arogan.
Sapa orang yang lebih tua dengan hormat. Di banyak komunitas, memanggil orang yang lebih tua dengan nama depannya dianggap tidak sopan. Sebagai gantinya, gunakan “Tuan” dan “Nyonya”, jika kita tidak mengetahui gelar profesional atau status perkawinan mereka.
Jika mereka meminta kita untuk memanggil dengan nama depan mereka, kita harus melakukannya. Gunakan istilah ini untuk siapa pun yang sudah berusia 15 tahun atau lebih tua dari kita.
Ucapkan selamat kepada orang lain atas kesuksesan mereka. Ketika orang lain melakukannya dengan baik, beri mereka pujian. Jika kita melihat seseorang yang kita kenal baru saja lulus, menikah, atau mendapat promosi, ucapkan selamat kepada mereka. Akui juga saat-saat sedih. Jika kita mengetahui seseorang di keluarganya baru saja meninggal, ungkapkan belasungkawa kita.
Hindari kata-kata umpatan. Beberapa orang menggunakan kata-kata umpatan di rumah atau dengan teman. Jika kita berada di tempat ibadah, sekolah, lingkungan profesional, atau di sekitar orang yang tidak kita kenal dengan baik, jaga agar bahasa kita tetap halus.
Hindari bergosip. Meskipun kita mungkin tergoda untuk berbicara tentang orang yang kita kenal, hindari melakukannya. Orang yang santun tidak menyebarkan informasi yang merendahkan orang lain, baik itu benar atau tidak. Jika orang lain bergosip di sekitar kita, ganti topik pembicaraan atau pergilah.
Kenali topik yang tidak pantas. Beberapa topik percakapan dapat membuat orang kesal atau tidak nyaman, dan kita berisiko menyakiti perasaan orang lain, jika kita secara tidak sengaja membuat komentar yang sensitif. Cobalah untuk mengarahkan percakapan ke arah yang menyenangkan atau setidaknya sopan, dan hindari menimbulkan gesekan dalam suasana yang sopan.
Seks, kekerasan, kematian, detail medis, dan politik biasanya membuat orang tidak nyaman. Hindari topik-topik ini dalam percakapan yang sopan, terutama jika kita tidak terlalu mengenal lawan bicara kita. Jangan tunjukkan hal-hal tentang seseorang. Misalnya, jika seseorang kelebihan berat badan, jangan sebutkan itu. Hindari mengomentari ukuran tubuh, bagian tubuh, kebiasaan, disabilitas, atau topik sensitif lainnya.
Hindari menekan orang lain. Jangan pernah memaksa siapa pun untuk melakukan apa pun yang membuat mereka merasa tidak nyaman, mulai dari pengejaran romantis hingga aktivitas biasa. Jika bahasa tubuh mereka menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan, perlambat atau hentikan.
Jika mereka mengungkapkan batasan, segera hormati. Jika menurut kita seseorang mungkin merasa tertekan, katakan “Tidak ada tekanan” atau “Silakan untuk tidak mengikuti saran saya jika itu tidak cocok untukmu.” Jika kita merasa telah melewati batas, kita dapat mengatakan, “Maaf. Apakah saya membuatmu tidak nyaman?” atau “Apakah kamu ingin saya berhenti?”
Minta maaf ketika kita melakukan kesalahan. Setiap orang membuat kesalahan sosial dari waktu ke waktu, tidak peduli seberapa keras mereka berusaha. Ketika kita membuat kesalahan, minta maaf dengan tulus dan lakukan dengan segera. Nyatakan bahwa kita menyesal dan buatlah rencana untuk menghindari perilaku tersebut di masa mendatang.
Misalnya, mungkin kita membohongi teman kita akhir pekan ini di pesta yang kita berdua rencanakan selama berminggu-minggu. Katakan “Saya sangat menyesal tentang hari Jumat ini. Saya benar-benar lelah setelah bekerja dan hanya ingin tidur. Itu tidak membuatnya baik-baik saja, jadi saya minta maaf. Ayo pergi keluar akhir pekan ini.”
3: Sopan dengan Tindakan
Datang lebih awal, hormati waktu orang lain. Jika kita memiliki pertemuan atau janji temu dengan seseorang, cobalah datang setidaknya 5 menit lebih awal karena terlambat di beberapa budaya dianggap sangat ofensif. Kita tidak pernah tahu lalu lintas seperti apa yang akan kita hadapi, jadi berangkatlah lebih awal untuk bersiap-siap.
Berpakaian dengan tepat. Saat diundang ke acara, cek kembali undangan untuk melihat kode berpakaian. Jika kita tidak tahu, kita bisa bertanya kepada tuan rumah apa yang bisa diterima atau menemukan contoh pakaian yang sesuai.
Misalnya, jika suatu acara bersifat kasual bisnis, maka kita harus mengenakan kemeja dan celana panjang atau rok yang bagus. Kita juga bisa mengenakan blazer atau cardigan. Pastikan pakaian kita sudah disetrika dan bersih.
Jagalah kebersihan kita. Selain pakaian, pastikan untuk menjaga kebersihan. Mandi setiap hari, gunakan deodoran dan losion. Jaga agar rambut kita tetap bersih, rapi, dan tidak menutupi wajah.
Ketahui tata krama pesta makan malam yang tepat. Untuk perangkat makan dari perak, lakukan dari luar, ke dalam. Letakkan serbet di pangkuan kita, dan jangan menambahkan apa pun ke meja yang tidak ada di sana sebelumnya (ponsel, kacamata, perhiasan).
Letakkan dompet kita di antara kaki dan di bawah kursi. Kita tidak boleh merias wajah di meja, jadi jika ingin membetulkan riasan atau memeriksa apakah ada sesuatu di gigi, pergilah ke kamar kecil.
Jangan mulai makan sampai semua orang dilayani. Kunyah dengan mulut tertutup dan jangan bicara jika mulut kita penuh. Hindari makanan dengan bau yang akan melekat pada napas kita.
Jangan menyeruput makanan. Jangan meletakkan siku kita di atas meja dan jangan menjangkau orang lain untuk mengambil sesuatu. Tanyakan apakah mereka dapat memberikannya kepada kita.
Hindari kebiasaan yang mungkin dianggap menjijikkan oleh orang lain. Jangan mengunyah kuku atau jari. Hindari mengorek telinga atau hidung. Alih-alih, permisi jika kita perlu membuang ingus atau pergi ke kamar kecil untuk membersihkannya.
Amati orang lain jika ragu. Bagaimana mereka menyapa satu sama lain? Apa yang mereka lakukan dengan mantel mereka? Topik apa yang mereka diskusikan? Jika kita tidak tahu, carilah petunjuk dari tuan rumah atau tamu lain.
‘‘Politeness means being empathetic, good-hearted, and, most important of all, humble.’’
Berteriak pada ponsel di depan umum, mengemudi dengan menjengkelkan, atau membuang sampah sembarangan, merupakan perilaku yang tidak jarang kita temukan di tengah kehidupan bersosial. Sangat mudah untuk mengenali dan mengingat ketika seseorang kasar atau tidak pengertian terhadap kita, tetapi seringkali lebih sulit untuk mengenali sifat-sifat ini dalam diri kita sendiri.
Pada dasarnya, kita semua bisa bersikap sopan. Hal-hal kecil dalam aktivitas sehari-hari seperti: meminta maaf ketika merusak sesuatu atau menyakiti seseorang, mengucapkan terima kasih ketika seseorang membantu kita dalam situasi sulit, dan meminta izin atau mengatakan tolong, sebelum kita mengambil barang milik seseorang, bukanlah suatu hal yang sulit untuk dilakukan.
Bersikap sopan juga tidak hanya untuk menyenangkan orang lain, tapi juga untuk menyenangkan diri kita sendiri. Padamkan ego, tenangkan diri, gunakan akal sehat dan cobalah untuk berperilaku sewajarnya manusia. Tidak ada yang buruk dari berbuat baik dan saling menghargai sesama.
Add a comment