Pada salah satu cabang matematika dikenal adanya istilah Teori Graf. Graf digambarkan sebagai kumpulan titik-titik (melambangkan simpul) yang dihubungkan oleh garis-garis (melambangkan sisi). Dalam graf, garis merupakan komponen penting dalam mengkoneksikan antar simpul hingga terbentuk satu kesatuan struktur graf itu sendiri.
Konsep graf ini mirip dengan konsep komunikasi. Komunikasi juga berdasar pada koneksi. Tanpa koneksi, kita akan kewalahan beradaptasi sebagai makhluk sosial. Perselisihan begitupun konflik hubungan antar manusia akan semakin sulit untuk dihindari. Hal ini dikarenakan komunikasi yang terjalin tidak terhubung dengan baik. Kesalahpahaman adalah akar segala persoalan tersebut.
Saya sering mengamati bagaimana orang-orang disekitar saya berkomunikasi. Faktanya, banyak dari kita ternyata masih belum menyadari etiket komunikasi. Entah itu secara personal maupun dalam sebuah perbincangan kelompok ringan. Banyak hal sepele yang lengah dari perhatian kita. Padahal jika kita mampu berinteraksi dengan etiket tepat, keterampilan dasar ini bisa menjadi life hack yang dapat menyelamatkan kita secara personal bahkan dalam kehidupan bersosial.
Mengutip tulisan dari laman debretts.com berjudul How to Make Small Talk, etiket percakapan atau obrolan ringan saat pertama kali bertemu seseorang atau dengan teman merupakan alat berharga dalam interaksi sosial. Ada beberapa hal dalam tulisan tersebut yang penting untuk kita ketahui, berikut penjabarannya beserta tambahan dari beberapa sumber:
Basa-Basi
Jika kita adalah seorang yang baru saja diperkenalkan dan saling bertanya, "Bagaimana kabarmu?", kita perlu memikirkan suatu kalimat sebagai respon. Mengucapkan respon dengan segera dan tidak meninggalkan keheningan dianggap sebagai tindakan yang sopan. Jika orang yang memperkenalkan kita sebelumnya telah memberi beberapa informasi, manfaatkan hal tersebut sebagai bahan obrolan. Bersikap proaktif dengan menanyakan beberapa hal lebih dulu juga bisa kita lakukan sebagai antisipasi. Yang terpenting lainnya yakni hindari menggosip.
Basa-basi bukan hanya hal remeh-temeh yang tidak penting untuk dipelajari. Jika kita pintar melihat peluang dan kesempatan, hal ini bisa menjadi sarana yang tepat untuk menciptakan kemujuran (serendipity) di kemudian hari. Menurut Christian Busch, kita bisa menanyakan beberapa hal seperti, "Apa kegiatan yang paling kamu sukai saat ini?" atau berbagi tentang kisah ‘keberuntungan’ favorit mereka. Akan tetapi, menurut saya hal ini agak aneh jika dilakukan saat masih awal percakapan, mungkin bisa dilakukan saat kita sudah mulai larut satu sama lain dengan obrolan atau tergantung situasi yang memungkinkan.
Adapun pengantar yang bisa kita bangun seperti menanyakan pertanyaan pamungkas, "Asalnya dari mana?", atau membahas tentang hobi juga bisa menjadi pemecah kebekuan yang baik. Bonus akan kita dapatkan jika ternyata kita menemukan hobi yang sejalan, ladang panen serendipity terpampang di depan mata kita jika pintar memanfaatkannya. Tapi ada satu hal lagi yang menurut saya penting menjadi perhatian. Seperti yang kita ketahui, lidah adalah organ tertajam yang kita miliki, sehingga perlu kesadaran penuh terhadap hal-hal yang kita ucapkan.
Sebelum melontarkan komentar, coba kita pikirkan lagi tujuan kita menanyakan hal tersebut. Apakah ada niat buruk disana yang bisa menyinggung orang lain? Jika iya, lebih baik urungkan hal tersebut. Saya berikan contoh pertanyaan "Hobimu apa?", disini apa kita benar-benar ingin mengetahui hobi dan minat mereka atau pada akhirnya hanya ingin mengolok-olok, "Yaelah hobi gitu aja semua orang juga bisa". Bagaimana rasanya jika respon seperti itu yang malah kita dapatkan? Jadi, lebih baik diam atau pikirkan dengan matang tujuan kita bertanya.
Apabila kita berada pada posisi orang yang mendapat pertanyaan tersebut, apakah kita perlu marah? atau diam saja seperti tidak terjadi apapun? Bersikaplah berani dan sampaikan apa yang sebenarnya kita rasakan, sampaikan jika itu memang mengganggu kita. Berusaha tenang dan tidak terpancing emosi juga penting untuk kita latih dalam merespon komentar orang lain. Karena tidak semua orang tahu kalau mereka salah. Bisa jadi memang mereka tidak ada niat buruk, sehingga akan baik untuknya pula jika kita bisa dengan sopan memberi tahunya.
Lakukan Percakapan
Jangan takut terdengar membosankan. Lakukan senyuman dan kontak mata. Kuncinya adalah memberi orang lain kesempatan untuk merespon. Setelah percakapan berlangsung, penting untuk mengingat giliran kemudian mendengarkan. Ketika percakapannya satu lawan satu, pastikan kita memperhatikan dan tetap melakukan kontak mata, tidak melihat hal lain untuk mencari teman obrolan yang lebih seru. Jika kita terjebak oleh orang yang benar-benar membosankan, lebih sopan untuk menyudahi diri dengan cepat daripada melihat hal lain dan tidak menghargainya.
Jika seseorang tiba-tiba bergabung dengan kita ketika sedang asik bercakap-cakap dengan orang lain, kita harus melepaskannya, betapapun menyebalkan dan tidak nyamannya hal itu. Sertakan pendatang baru dan buat mereka diterima dengan mengubah topik pembicaraan atau membuat penghubung, "Kamu pasti tidak ingin mendengar tentang drama kami. Bagaimana kabarmu?". Ada kemungkinan bahwa kita harus merahasiakan percakapan kita sebelumnya. Namun apabila bukan percakapan yang serius, kita bisa meneruskan obrolan dan menanyakan tentang pendapatnya.
Percakapan Kelompok
Saat kita berpartisipasi dalam percakapan kelompok, aturan yang harus selalu kita ingat adalah berbagi dan memastikan semua orang disertakan dalam obrolan. Hal satu ini yang seringkali saya temui luput dari perhatian kita semua. Mungkin kita terlalu asik dengan obrolan karena kita mengetahui topik yang dibicarakan. Namun sudahkah kita memastikan bahwa dalam obrolan tersebut semua orang paham dan mengerti? Satu etiket terpenting yang menurut saya perlu kita pelajari.
Pernahkah kita bertanya-tanya, kenapa seseorang cenderung diam pada saat obrolan kelompok berlangsung? kemudian mereka menjauh dan jarang bergabung dalam setiap obrolan lainnya? atau kita bahkan tidak pernah memerhatikan sama sekali? Beberapa teman pernah bercerita bahwa mereka merasa tidak nyaman dengan sekelompok orang. Mereka mengaku merasa tidak tersambung dalam percakapan. Merasa tidak dianggap, merasa tidak ada celah untuk bisa masuk dan bergabung dengan percakapan dan hanya bisa diam. Hal inilah yang ternyata sering membuat seseorang enggan bergabung karena mengganggap tidak ada eksistensi mereka dalam obrolan.
Saya juga sudah pernah mengalaminya. Bagaimana rasanya? Tidak enak, kalau bisa memilih saya ingin pulang saja kemudian tidur atau membeli es krim di swalayan sendirian. Ya mungkin sendirian lebih baik. Jika kalian belum pernah merasakan, semoga lebih peduli dengan sekitar kedepannya, sebelum orang-orang di sekitar kalian satu per satu menjauh. Hal ini juga yang saya lakukan. Karena saya sudah mengetahui seperti apa rasanya, sehingga sekarang lebih peka dan berhati-hati. Saya juga akhirnya menyadari bahwa ternyata ada satu teman yang sangat konsisten dan terbiasa dengan etiket ini setiap akan melakukan suatu obrolan.
Dia selalu menjelaskan duduk persoalan yang dibahas sebelum semua orang mulai merespon obrolan. Ini adalah satu etiket terbaik yang saya kagumi dan hormati. Dia mempersilakan semua orang untuk masuk dalam percakapan. Memastikan semua orang diterima dalam obrolan. Hal sederhana yang patut kita contoh ketimbang menghakimi seperti, "Yah kamu sih gak ikut kemarin, jadi gak tahu infonya deh", atau "Kamu gak tahu kalau si A baru saja melakukan hal itu? Makanya gabung sama kita biar update". Lantas apa semua itu salah kita? Apa salah jika kita tidak bisa mengetahui semua hal yang terjadi di alam semesta ini? Daripada terus menyalahkan orang lain, lebih baik melatih etiket percakapan kita sebelum terlambat.
Bijaksana Dalam Bersosial Pertama: Kecerobohan
Jika kita ingin tetap berpegang pada etiket yang baik, kita tidak boleh membuat terlalu banyak kecerobohan. Cara terbaik untuk menghindarinya adalah dengan mendengarkan dua kali lebih banyak daripada berbicara (aturan dua telinga, satu mulut). Ketika kita pertama kali bertemu seseorang, sekali lagi penting untuk memahami situasinya. Misalnya kita mungkin adalah seseorang yang tidak menyukai politik, tetapi dengan berkomentar rasis kita tidak akan dapat diterima dalam keadaan apa pun. Kita mungkin berpikir sedang melucu, tetapi sikap terbaik adalah mengendalikan humor tersebut. Jika kita melakukan kesalahan sosial, segera minta maaf dengan setulus mungkin, tapi jangan berlebihan.
Kedua: Pujian
Tidak masalah untuk memberi pujian kepada orang lain, tetapi komentar yang sangat pribadi, yang dapat merujuk pada masalah berat badan atau kesehatan, sebaiknya kita hindari. Cobalah untuk menjaga pujian sesuai dengan konteksnya. Kemudian jika seseorang memuji kita, tersenyumlah dan ucapkan terima kasih dengan ramah, dan jangan keberatan. Cobalah untuk menghindari "Heleh, sa ae lau. Lagu lama", suatu bentuk penghinaan diri yang dapat membuat orang yang memberi pujian merasa bahwa mereka telah melakukan hal yang salah dan merusak kepercayaan diri mereka.
“It is a great mistake for men to give up paying compliments, for when they give up saying what is charming, they give up thinking what is charming.”
- Oscar Wilde
Ketiga: Moving On
Kunci bijak dalam bersosial adalah mengetahui apa yang akan kita lakukan. Tempatkan diri kita pada posisi orang lain dan jangan menekan mereka terlalu keras untuk mendapatkan informasinya atau sampai mengabaikan mereka. Hindari menanyakan satu pertanyaan pun tentang privasi mereka. Cobalah untuk menarik orang keluar, tetapi jangan menggurui mereka. Tidak ada orang yang suka pada orang yang sok pintar. Jangan mengganggu. Cobalah untuk tidak melanjutkan percakapan jika sepertinya topik tersebut sudah tidak nyaman, coba alternatif lain misalnya membahas mode kesehatan terkini dan jika mereka merespon, cobalah untuk melanjutkan percakapan.
Kesalahan Etiket
Menurut Debby Mayne dalam tulisannya Proper Etiquette for Conversation, berpendapat bahwa situasi sosial membutuhkan pengetahuan bagaimana menghindari kesalahan selama percakapan. Namun, adakalanya kita tidak dapat mencegah percakapan mengarah ke topik yang tidak nyaman. Cara untuk mengatasinya yakni dengan mengubah topik pembicaraan secepatnya dan berharap orang tersebut memahami petunjuknya. Atau kita bisa langsung berkata, “Mari kita tidak membahas hal ini lagi.” Adapun kesalahan umum yang sering terjadi dan perlu kita hindari terangkum sebagai berikut:
Tidak tahu apa-apa tentang orang yang kita ajak bicara. Solusinya sederhana: luangkan waktu untuk mengenal orang tersebut. Ini akan memungkinkan kita untuk membicarakan sesuatu yang mungkin menarik baginya.
Mengirim pesan atau terus-menerus memeriksa ponsel kita. Tidak ada yang mau merasa bahwa telepon lebih penting daripada percakapan yang sedang berlangsung.
Menceritakan lelucon yang tidak pantas. Jika kita tidak terlalu mengenal lawan bicara, kita tidak akan pernah tahu apa yang mungkin menyinggungnya.
Menyela atau memonopoli percakapan. Beri orang lain kesempatan untuk berbicara.
Melirik orang yang kita ajak bicara. Kita tidak ingin terlihat oportunis dengan mengorbankan perasaan orang lain.
Bertingkah seperti orang yang tahu segalanya. Tidak ada yang tahu segalanya, jadi jangan berpura-pura kita tahu.
Lupa memperkenalkan orang lain. Bersikaplah ramah dan setidaknya mulai dengan pengantar.
Bergosip tentang siapa saja. Kita tidak pernah tahu sahabat siapa yang kita bicarakan.
Tidak mudah memang untuk menjadi orang baik yang bisa menjaga perasaan satu sama lain. Kita adalah tempatnya lupa dan salah. Langkah terbaik untuk meminimalkannya adalah dengan mulai sadar dan memperbaiki. Meminta maaf jika memang kita berbuat salah, lalu lakukan yang lebih baik lagi di kemudian hari. Niat yang tulus dari diri akan menuntun kita meluruskan setiap hal yang kita lalui. Yang terpenting, tetap waspada. Kehidupan sosial memang dapat melibatkan konsentrasi dan juga relaksasi jika kita berhasil.
Add a comment