Adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan pagi saya setelah yakin puas dari mengaso semalaman penuh. Cek ponsel, buka Spotify, dan tentu saja menyalakan melodi-melodi bak musik latar yang mengiringi aktivitas jalan pagi saya hari itu. Langit biru, sinar jingga matahari yang hangat, dan riuh dedaunan hijau bersatu-padu disapu oleh angin. Alam pagi itu, sepertinya ingin membawa saya menjadi karakter utama dalam animasi-animasi Ghibli. Imajinasi yang menenangkan, tidak lupa saya abadikan.
Kegemaran terhadap pesona alam ini rupanya kerap diabadikan pula oleh beberapa orang. Dalam postingan liburan teman, misalnya, tidak jarang mereka memperlihatkan pemandangan seperti birunya langit dan laut, matahari pagi dan senja yang jingga merona, hijaunya sawah, gunung, dan lain sebagainya. Lantas, mengapa banyak dari kita begitu menyukai hal ini? Apakah benar jika warna-warna pada alam berkaitan dengan stress release? atau adakah faktor lain yang mempengaruhi?
Psikologi Warna
Cameron Chapman dalam tulisannya, Cause and Effect — Exploring Color Psychology menyebutkan bahwa hijau sering dikaitkan dengan alam dan pertumbuhan karena kebanyakan orang telah menyaksikan tanaman tumbuh. Biru hampir secara universal menenangkan karena dikaitkan dengan hal-hal seperti langit dan air. Kendra Cherry dalam artikelnya, Color Psychology: Does It Affect How You Feel? menuliskan bahwa warna adalah alat komunikasi yang kuat dan dapat digunakan untuk memberi sinyal tindakan, mempengaruhi suasana hati, dan bahkan mempengaruhi reaksi fisiologis. Adapun dalam artikel Color Psychology: What Colors Should You Wear and Why, yang ditulis oleh Vanessa Van Edwards memaparkan pendapat Leatrice Eiseman (seorang spesialis warna) bahwa bagaimana warna mempengaruhi kita, berkorelasi dengan perilaku warna di alam.
Arti Warna
Menurut Cameron, setiap warna dikaitkan dengan emosi yang berbeda. Penggunaan warna dalam desain dapat mempengaruhi emosi dan suasana hati orang yang melihat palet warna tersebut. Adapun dalam tulisan Kendra disebutkan bahwa seniman dan desainer interior telah lama percaya bahwa warna dapat secara dramatis mempengaruhi suasana hati, perasaan, dan emosi seseorang. Seperti satu pernyatan seniman Pablo Picasso bahwa, “Warna, seperti fitur, mengikuti perubahan emosi”. Misalnya, warna biru sering digunakan untuk mendekorasi kantor karena penelitian menunjukkan bahwa orang lebih produktif di ruangan biru. Penelitian menunjukkan bahwa warna dapat memainkan peran penting dalam menyampaikan informasi secara nonverbal, menciptakan suasana hati tertentu, dan bahkan mempengaruhi keputusan yang dibuat orang.
Kendra menambahkan bahwa preferensi warna, dari pakaian yang kita kenakan hingga mobil yang kita kendarai, terkadang dapat mengartikan tentang bagaimana kita ingin dipandang oleh orang lain. Faktor lain seperti usia dan jenis kelamin juga dapat mempengaruhi pilihan warna yang kita buat. Seseorang mungkin lebih menyukai warna yang lebih cerah dan lebih menarik perhatian saat mereka masih muda, tetapi saat bertambah usia, mereka lebih tertarik pada warna yang tradisional/netral. Membeli kendaraan putih mungkin bukan sekadar ingin orang berpikir bahwa kita masih muda dan modern, tetapi juga bisa dikarenakan faktor lain seperti iklim tempat mereka tinggal. Orang yang tinggal di iklim panas biasanya lebih suka kendaraan berwarna terang daripada yang gelap.
London Image Institute melalui artikel Color Psychology: How Do Colors Affect Mood & Emotions? menyebutkan bahwa ada beberapa warna yang bersifat universal karena memiliki efek pada otak, tetapi beberapa warna juga bisa bersifat budaya. Saat bepergian, misalnya, akan bijaksana untuk meneliti warna yang diterima dan tidak diterima untuk acara keluarga atau budaya apa pun yang kita hadiri di negara atau tempat lain. Dalam tulisan Cameron dijelaskan pula bahwa di sebagian besar budaya barat, putih dikaitkan dengan kepolosan dan hitam dikaitkan dengan kematian dan duka. Tetapi dalam budaya lain, khususnya Cina, Jepang, Korea, dan negara-negara Asia lainnya, putih dikaitkan dengan kematian dan duka, dan bahkan nasib buruk. Oleh sebab itu, dalam proses desain UX, penting untuk mempertimbangkan asal pengguna suatu produk dan merupakan salah satu hal yang tidak dapat diabaikan. Bukan hanya karena perbedaan budaya, tetapi juga karena efek signifikan warna terhadap perilaku pengguna.
Cameron dalam tulisannya membagi warna menjadi beberapa kategori dan arti yang saya rangkum dibawah ini:
Pertama: Warna Hangat (nuansa merah, oranye, dan kuning)
Merah dikaitkan dengan gairah, cinta, dan nafsu. Ini juga dapat dikaitkan dengan peringatan dan bahaya, atau bahkan dengan kemarahan. Merah juga dapat memiliki dampak fisiologis pada manusia, termasuk meningkatkan pernapasan dan detak jantung.
Oranye dikaitkan dengan sifat energik dan positif. Kaitannya dengan dedaunan musim gugur dan transisi musiman juga dapat membuat orang berpikir tentang perubahan ketika mereka melihatnya. Oranye juga diartikan sebagai peringatan, meskipun kurang kuat dibandingkan merah.
Kuning dianggap sebagai rona paling bahagia dalam spektrum warna dan terkait erat dengan sinar matahari dan harapan. Ini juga dapat dikaitkan dengan kehati-hatian atau perasaan takut.
Kedua: Warna Dingin (nuansa biru, hijau, dan ungu)
Biru adalah menenangkan dan juga mewakili kejujuran dan kesetiaan (karenanya popularitasnya di banyak skema warna branding perusahaan). Biru dapat dikaitkan dengan kesedihan dan kehilangan, tergantung pada konteksnya. Ini juga terkait dengan perdamaian dan bahkan spiritualitas.
Hijau dapat mewakili awal dan pertumbuhan baru, serta alam. Ini memiliki beberapa sifat energi kuning dan juga membawa beberapa efek menenangkan biru. Hijau dikaitkan dengan kemakmuran, uang (berawal dari warna mata uang dollar Amerika) dan stabilitas, terutama dalam warna yang lebih gelap.
Ungu telah lama dikaitkan dengan kemewahan dan royalti, tetapi juga dengan misteri dan okultisme. Ungu yang lebih terang, seperti lavender, lebih romantis dan terkait dengan musim semi.
Ketiga: Warna Netral (hitam, putih, abu-abu, coklat, dan krem)
Hitam adalah elegan dan pintar, tetapi juga bisa sedih dan mewakili kematian atau duka.
Putih adalah murni dan polos, sering dikaitkan dengan kebersihan. Meskipun dalam beberapa budaya juga dapat dikaitkan dengan kematian.
Abu-abu dapat dilihat sebagai pintar dan kuat, tetapi juga dapat terlihat membosankan jika digunakan dengan cara yang salah. Ini adalah salah satu warna netral yang paling fleksibel, karena dapat terlihat hangat atau dingin, tradisional atau modern.
Cokelat adalah kukuh dan dapat diandalkan, dapat dikaitkan dengan alam tergantung pada konteks penggunaannya.
Krem bisa hangat atau dingin tergantung pada warna yang digunakan di sekitarnya. Dapat mengambil kehangatan cokelat atau kesejukan putih. Ini mengambil makna warna di sekitarnya dan sering memudar ke latar belakang, menambahkan sedikit pengaruh psikologis dengan sendirinya.
Warna sebagai Terapi
Dalam artikel Kendra dijelaskan bahwa beberapa budaya kuno, termasuk Mesir dan Cina, mempraktekkan chromotherapy atau metode pengobatan yang menggunakan spektrum warna untuk menyembuhkan. Metode ini, terkadang disebut sebagai terapi cahaya atau colorology yang masih digunakan sampai sekarang sebagai pengobatan holistik atau alternatif. Dalam laman The Float Space dituliskan bahwa tubuh kita membutuhkan cahaya matahari untuk hidup. Dan cahaya itu sebenarnya dapat dipecah menjadi tujuh spektrum warna. Ketidakseimbangan dari salah satu warna tersebut dapat memanifestasikan dirinya dalam gejala fisik dan mental. Terapi warna bekerja pada berbagai titik energi untuk membantu menyeimbangkan tubuh kita melalui spektrum penuh cahaya tampak, setiap warna memenuhi kebutuhan yang berbeda.
Beberapa terapi warna yang digunakan yakni sebagai berikut:
Merah digunakan untuk mengaktifkan sistem peredaran darah dan saraf.
Merah muda gelap digunakan sebagai pembersih, memperkuat pembuluh darah & arteri.
Merah muda digunakan untuk mengaktifkan dan menghilangkan kotoran dari aliran darah.
Oranye digunakan untuk memberi energi dan menghilangkan lemak. Membantu mengatasi asma dan bronkitis.
Kuning tua digunakan untuk memperkuat tubuh dan bekerja pada bagian dalam.
Kuning digunakan untuk mengaktifkan kembali dan membeningkan kulit. Membantu gangguan pencernaan dan stres tubuh.
Hijau digunakan sebagai relaksan.
Hijau tua digunakan untuk memberikan anti-infeksi, anti-septik dan sistem peredaran darah.
Biru tua digunakan untuk melumasi sendi. Membantu mengatasi infeksi, stres, dan ketegangan saraf.
Biru digunakan untuk merangsang sel otot dan kulit, saraf dan sistem peredaran darah.
Nila atau indigo membantu mengatasi peradangan mata, katarak, glaukoma, dan kelelahan mata.
Violet untuk melemaskan saraf dan sistem limfatik. Mengatasi peradangan dan penyakit kencing.
Dari berbagai sumber tersebut dapat diketahui bahwa warna ternyata memiliki pengaruh psikologi yang cukup besar terhadap kehidupan kita. Tak hanya memberi rasa tenang karena kaitannya dengan warna-warna alam, tetapi juga dari hal kecil seperti gaya berpakaian, barang yang kita beli, desain interior, bahkan kebudayaan serta membantu dalam ilmu kesehatan. Namun secara keseluruhan, hal itu semua juga tergantung pada bagaimana dan kapan kita bisa menggunakan fungsinya secara tepat (faktor pribadi, budaya, dan situasional).
Add a comment