Dari bangun tidur hingga tidur lagi, terdapat bermacam kegiatan yang kita lakukan secara rutin mulai dari sikat gigi, minum teh atau kopi ketika sarapan, membaca surat kabar sebelum berangkat ke kantor, dan masih banyak lagi. Tapi apakah kamu tahu jika di samping kebiasaan tersebut, terdapat pola lain dalam keseharian yang lebih tak kasatmata? Pola lain ini adalah pola suasana hati (mood).
Peneliti di Cornell University mencoba untuk menemukan pola suasana hati yang kebanyakan orang alami dalam satu hari dengan meneliti kicauan dari pengguna media sosial Twitter. Dari 500 juta kicauan dalam periode waktu dua tahun, mereka menemukan sebuah pola yang sangat jelas. Secara umum, suasana hati yang positif memuncak pada pagi hari dan menurun secara tajam di sore hari, yang kemudian kembali beranjak positif menuju ke malam hari. Siklus ini ditemukan pada sebagian besar orang di hari-hari kerja (weekdays) tanpa mengenal ras atau kebangsaan.
Tentu, Twitter bukanlah tempat yang tepat untuk mengetahui emosi sebenarnya dari seseorang mengingat tak semua orang di sana berkata jujur. Software yang digunakan peneliti untuk memindai kata-kata yang mengandung emosi juga tak mampu menilai jika kata-kata yang dituliskan mempunyai maksud sarkasme di baliknya. Walaupun begitu pola yang sama juga muncul di penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan perilaku (behavioral scientist) dengan memanfaatkan day reconstruction method (DRM) yang memonitor perilaku seseorang dari jam ke jam. Pola ini sering disebut dengan morning peak (puncak pagi), afternoon trough (palung sore) and evening rebound (lonjakan mood positif di malam hari).
Menariknya lagi, pola tersebut juga memiliki efek yang jelas terhadap kualitas pekerjaan manusia. Dalam studi lain, tiga profesor dari sekolah bisnis Amerika menganalisa lebih dari 26.000 ribu earnings calls – panggilan konferensi antara CEO dari sebuah perusahaan dengan investor utamanya yang mendiskusikan tentang bagaimana jalannya bisnis dan merencanakan tentang apa yang harus dilakukan di masa mendatang. Panggilan ini dapat menentukan nasib dari naik atau turunnya harga saham perusahaan tersebut. Studi menunjukkan bahwa semakin sore earning calls dilaksanakan, semakin tak produktif diskusi yang terjadi di dalamnya mengingat suasana hati yang tak lagi positif dari para peserta. Nasihat yang diberikan oleh peneliti ini adalah: laksanakan earning calls di pagi hari untuk mendapatkan semangat positif dari para peserta.
Untuk Mengoptimalkan Harimu, Pahami Chronotype-mu
Walaupun terdapat bukti substansial yang menunjukkan bahwa suasana hati seseorang cenderung mengikuti pola umum dalam satu hari, tak berarti bahwa semua orang memiliki pola yang sama. Penelitian menunjukkan bahwa satu di antara empat orang memiliki jam internal (chronotype) yang berbeda. Terdapat dua pola lain yang melengkapi normal chronotype yakni: night owl dan early risers. Dari penelitian itu, disimpulkan bahwa 20 hingga 25 persen manusia adalah night owl, termasuk para penemu seperti Thomas Edison dan seorang novelis Gustave Flaubert.
Mereka yang tergolong night owl akan mengalami puncak suasana hati yang positif di pukul 21:00 malam hari. Inilah alasannya mengapa mereka suka sekali mengerjakan kegiatan produktif di jam-jam tersebut. Kemudian mereka akan merasakan kembali positive rebound (kemunculan kembali perasaan positif) di sekitar jam 09.00 – 11.00 pagi di keesokan harinya. Penelitian terhadap pola tidur dan tipe kepribadian menunjukkan bahwa night owl cenderung lebih kreatif, sensitif, dan impulsif jika dibandingkan dengan orang-orang pada umumnya.
Sebaliknya, early-bird atau seseorang yang cenderung tidur lebih awal di malam hari dan bangun lebih awal juga di keesokan harinya akan mengalami the peak, trough, and rebound lebih awal dari orang-orang ber-chronotype normal. Early bird cenderung lebih stabil secara emosi, ramah, dan berkepribadian introvert. Jika kamu tipe orang yang peduli dengan produktifitas dan berharap dapat lebih efisien dalam memanfaatkan waktu, sangat disarankan agar kamu dapat mengidentifikasi tipe jam internal yang kamu miliki. Dengan begitu kamu dapat menjadwalkan kegiatan sesuai suasana hati yang kamu lalui seiring berjalannya hari.
Misalkan, kamu adalah tipe seseorang dengan jam internal normal, sangat disarankan agar kamu dapat menggunakan waktu di pagi hari untuk mengerjakan tugas-tugas yang membutuhkan analisa, logika serta tingkat fokus yang tinggi. Sementara, untuk tugas-tugas yang bersifat abstrak dan membutuhkan pemikiran tak biasa (“out of the box”), jadwalkan mereka di awal petang hari (early evening). Tetapi jika kamu adalah night owl, gunakan malam hari untuk pemikiran analitis dan manfaatkan pagi menjelang siang hari untuk kegiatan yang bersifat kreatif. Sementara untuk kegiatan yang tidak memerlukan pemikiran berat, kerjakan itu di sore hari ketika suasana hatimu berada di titik terendahnya. Satu lagi, ketika kamu menginginkan untuk mendengarkan keputusan baik dari atasanmu, coba lakukan pertemuan itu di pagi hari.
Tetap Waspada dan Sempatkan Beristirahat untuk Menghindari Kesalahan
Jadi, termasuk kedalam tipe yang manakah jam internalmu? Pasti sekarang kalian sudah menyadarinya. Namun perlu kalian ketahui bahwa kita akan mengalami tiga jenis jam internal tersebut seiring dengan bertambahnya usia. Pada umumnya, anak-anak dan orang tua berada pada masa early bird, sementara para remaja cenderung memasuki masa night-owl. Inilah alasannya mengapa ketika para remaja yang duduk di bangku SMP & SMA dijadwalkan untuk belajar matematika di pukul 07.00 pagi, mereka tak akan mampu menggunakan pemikiran analitisnya secara optimal.
Pada masa ini, semakin banyak sekolah memahami pentingnya pemilihan waktu yang tepat untuk belajar dan beristirahat. Sebuah penelitian di Denmark, salah satu negara yang menekankan akan pentingnya tes yang ter-standardisasi, menunjukkan dengan jelas bahwa semakin sore tes dilaksanakan, semakin menurun nilai dari para siswa. Untuk membantu siswa mengeluarkan kemampuan terbaiknya, sekolah-sekolah memutuskan untuk memberikan waktu istirahat selama 20 hingga 30 menit sebelum tes di sore hari dilaksanakan. Hasilnya, nilai para siswa mengalami peningkatan dari sebelumnya (ketika tak ada jeda yang diberikan).
Fenomena ini juga ditemukan di rumah sakit yang mana tingkat perhatian dan fokus dari para staff menurun seiring dengan berjalannya hari. Kesalahan medis adalah perkara hidup dan mati yang membuat kebijakan pemilihan waktu yang tepat menjadi semakin penting. Fakta berkata bahwa kesalahan medis lebih sering terjadi antara pukul 15:00 dan 16:00 sore. Pada pukul 9:00 pagi, hanya ada sebesar 1% kemungkinan untuk staf medis berbuat kesalahan, sementara pada pukul 16:00 sore, kemungkinan ini meningkat 4 kali lipat menjadi 4.2%.
Selain itu, saat memasuki sore hari, staf rumah sakit mencuci tangan 38% lebih jarang dari apa yang standar telah tetapkan. Peneliti percaya bahwa penurunan dalam standar kebersihan di sore hari mengakibatkan terjadinya 600.000 infeksi yang tak dapat dihindari di Amerika Serikat setiap tahunnya; dan ini menambahkan beban biaya yang tak perlu hingga USD 12,5 miliar. Sebagai solusi, banyak rumah sakit yang memutuskan untuk memberikan waktu istirahat (vigilance break) di sore hari, salah satunya University of Michigan Medical Center. Waktu istirahat dimanfaatkan tim untuk rileks, meninjau kembali instruksi dan memastikan bahwa setiap anggota tim berada dalam kondisi prima dan tahu tugas mereka masing-masing. Hasilnya, terjadinya kesalahan medis menurun dan keluhan dari pasienpun mereda.
Istirahat dan Tidur Siang Dengan Porsi yang Tepat Akan Sangat Bermanfaat
Seperti yang kita lihat di bagian sebelumnya, ketika dilakukan pada saat yang tepat, beristirahat akan membantu kita untuk memperluas kemampuan kognitif, meningkatkan suasana hati dan berperan dalam menyegarkan kembali pikiran dan tubuh. Desktime, sebuah perusahaan yang mengembangkan software produktifitas, telah menganalisa data dari pengguna mereka dan menyimpulkan bahwa waktu istirahat yang ideal untuk menghasilkan produktivitas optimal adalah selama 17 menit setelah 52 menit bekerja tanpa berhenti. Tetapi jika kamu tak menerapkan hal ini, beristirahat selama 5 menit setelah bekerja selama 1 jam juga dapat membantu memunculkan motivasi dan kreativitas.
Bersosialisasi di sela-sela waktu istirahat, walaupun itu hanya berupa obrolan ringan di pantry, terbukti dapat mengurangi tingkat stress. Meninggalkan email, chatting dan tugas lain yang berkaitan dengan bisnis di waktu istirahat juga akan memberikan efek yang sama. Data dari studi lain juga menunjukkan bahwa menghabiskan waktu di luar ruangan di bawah rimbunnya pepohonan serta kicauan burung-burung dapat meningkatkan kondisi mental dan emosimu. Jadi tinggalkan telepon genggam dan ajak teman-temanmu jalan santai sejenak menyusuri taman kantor saat waktu istirahat tiba.
Kegiatan lain yang dapat mengembalikan suasana hati adalah tidur siang. Ya, kamu tidak salah baca, tidur siang. Mungkin ada beberapa dari kalian merasakan pening, lelah dan ter-disorientasi setelah tidur siang, tetapi itu mungkin karena sesi tidur siang yang terlalu lama. Tidur siang lebih dari 20 menit dapat mengakibatkan “sleep inertia” (istilah ilmiah dari rasa pening yang muncul di kepala). Perlu anda ingat bahwa tidur siang yang tepat berdurasi antara 10 hingga 20 menit. Output yang bisa kamu dapatkan setelah tidur siang dengan cara yang tepat diantaranya: tingkat fokus yang meningkat selama 3 jam kemudian dan mempunyai kapasitas yang lebih besar untuk menyimpan informasi.
Hal menarik lain yang ditunjukkan oleh sebuah studi adalah dengan meminum secangkir kopi sebelum tidur siang, dapat ikut berperan untuk meningkatkan kesegaran. Kafein memerlukan waktu sekitar 20 menit untuk memasuki aliran darah dan mengeluarkan efek penghilang rasa kantuknya pada tubuh, oleh karena itu agar dua kegiatan yang saling berlawanan ini akan dapat bekerja, timing harus dilakukan dengan tepat. Rangkaian kegiatan dari mulai meminum kopi, mengatur alarm tidur 20 menit, higga bangun dari tidur ini penulis sebut dengan napuccino; 7 menit pertama dari 20 menit merupakan waktu rata-rata yang diperlukan seseorang orang untuk menuju ke alam tidur. Sebangunnya kamu dari tidur, kamu akan lebih siap untuk menaklukkan dunia.
Ketika Memulai Proyek-Proyek Baru, Antisipasilah Munculnya Masalah
Masalah dan ujian pasti akan terjadi ketika kita memulai proyek baru, tak peduli apapun jenis proyeknya. Untuk dapat melalui ujian tersebut dengan lancar, ada satu teknik yang disarankan oleh penulis untuk dilakukan, yakni: premortem. Apa maksudnya? Premortem adalah sebuah strategi manajerial yang mana tim dari proyek tersebut membayangkan bahwa proyek tersebut telah gagal, kemudian menginspeksi secara mundur untuk mencari tahu hal-hal apa saja yang memiliki potensi untuk menggagalkan proyek. Misalkan apakah memiliki banyak orang untuk mengerjakan satu hal yang sama menjadi penyebabnya? Atau apakah tujuan dari proyek tak begitu jelas dari awal? Mencari tahu potensi masalah terbesar dari proyek dapat membantumu menghindari masalah di masa mendatang.
Kedua, seorang peneliti bernama Connie Gersick menemukan sebuah teori bernama “uh-oh effect”. Beliau muncul dengan teori ini setelah mengamati perilaku dari staf rumah sakit, bank dan universitas. Ada satu perilaku sama yang muncul secara berulang-ulang di entitas yang bergerak di tiga industri berbeda tersebut: yakni perilaku menunda-nunda pekerjaan. Ketika sebuah proyek resmi dimulai, di awal-awal tak ada banyak sesuatu yang diselesaikan. Namun ketika setengah waktu dari total proyek telah berlalu dan mereka berada di titik tengah (di antara awal dan deadline dari sebuah proyek), tim tersebut akan segera berkumpul dan bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan karena mereka menyadari bahwa tak ada banyak waktu yang tersisa. “uh-oh”!
Sesuatu yang sama juga dapat ditemukan ketika dua tim basket sedang bertanding. Ketika salah satu tim ketinggalan satu digit point di pertengahan pertandingan, tim tersebut memiliki kesempatan menang yang lebih besar karena bisa dijamin bahwa mereka akan mendapatkan pep talk yang akan membakar semangat dari pelatih untuk anggota tim demi mengeluarkan permainan terbaik mereka dan melewati skor dari tim lawan. Dengan menyadari bahwa titik tengah (midpoint) adalah waktu yang tepat untuk memberikan timmu percikan semangat dan motivasi, kamu dapat menggunakan momen “uh-oh” untuk meningkatkan produktivitas tim.
Untuk Menuntaskan Sebuah Tugas, Pertgas Kembali Apa yang Menjadi Tujuan
Ada dua kemungkinan yang terjadi ketika kita mengalami krisis titik tengah, kita bisa bangkit dan memperbaiki kesalahan yang terjadi di awal atau justru menjadi panik dan membuat segala hal yang sudah berjalan berantakan. Berikut adalah beberapa tips untuk membantumu melalui krisis titik tengah.
Pertama, visi yang dimiliki oleh pendiri mengenai proyek ini haruslah selaras dan diamini oleh seluruh anggota tim. Jika di tengah-tengah perjalanan proyek mengalami kemunduran, kamu dapat mengingatkan kembali diri sendiri dan seluruh anggota tim mengenai apa alasan utama proyek ini dilakukan. Coba untuk saling mengingatkan bahwa yang kalian lakukan bukanlah sekedar bisnis, melainkan kegiatan ini akan membawa manfaat untuk orang banyak. Tujuan yang selaras akan dapat membangun motivasi dari anggota tim yang sempat memudar. Kedua, jangan berikan tugas baru secara tiba-tiba ke anggota tim atau mengusulkan ide baru yang benar-benar berbeda dari ide awal ketika proyek sedang mengalami krisis. Melainkan, pertegas kembali peran-peran yang telah terbentuk. Nyalakan kembali semangat anggota yang telah memudar.
Kadang-kadang seseorang bisa bertindak secara ekstrim ataupun ceroboh ketika proyek akan berakhir. Fenomena ini terjadi karena kita cenderung memberikan penilaian yang berlebihan terhadap akhir dari sesuatu. Oleh karenanya, kita mencoba untuk memberikan banyak nilai tambahan di momen-momen akhir. Sebagai contoh, mari amati kehidupan dari dua orang CEO imajinasi ini. Salah satu dari mereka menghabiskan 50 tahun untuk bersedekah dan infak tetapi dalam dua tahun terakhir, dia bertindak kasar, keras kepala dan semena-mena. Sementara CEO kedua, pada 50 tahun pertama kehidupannya, ia bersifat kejam dan keras kepala terhadap karyawannya, namun dua tahun kemudian, sifatnya berubah menjadi jauh lebih baik dan ramah pada setiap orang. Jika dilihat dari sudut pandang berapa banyak kebaikan yang dilakukan, tentu CEO pertama melakukan lebih banyak amal. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa ketika dihadapkan dengan dua skenario tersebut, orang-orang cenderung memberikan nilai lebih pada sesuatu yang dilakukan di akhir dan menyatakan bahwa kedua CEO tersebut menjalani kehidupan yang sama baiknya.
Add a comment