Mungkin kamu sudah tahu jika tubuhmu merupakan sebuah sistem. Darahmu dapat mengalir ke pembuluh darah di sekujur tubuh berkat jantungmu yang terus memompanya, ginjalmu berperan menghilangkan sampah yang bercampur dengan darah, paru-parumu yang memungkinkan darah untuk mendapatkan pasokan oksigen secara teratur, dan seterusnya. Dengan kata lain, tubuhmu terdiri dari berbagai macam organ dengan fungsinya masing- masing, namun di saat yang sama mereka semua bertujuan untuk membantumu bertahan hidup. Entah di dalam sebuah tim sepak bola, perusahaan, organisasi sosial, atau struktur organ tumbuhan, sistem itu akan selalu ada.
Sebuah Sistem Adalah Sekelompok Elemen-Elemen yang Saling Terhubung Demi Memenuhi Tujuan yang Sama
Sistem ada di mana-mana. Lalu apa yang dimaksud dengan sistem? Sistem adalah sekolompok elemen-elemen berbeda yang saling terhubung dan dipasangakan untuk memenuhi sebuah tujuan. Elemen-elemen di dalam sistem dapat berupa sesuatu yang memiliki wujud atau tak berwujud sama sekali. Batang, akar dan daun-daun pepohonan merupakan sesuatu yang dapat kamu lihat dan sentuh; sementara kualitas pendidikan dari sebuah universitas merupakan sesuatu yang tak nampak. Elemen-elemen dalam sistem dikaitkan menjadi satu melalui hubungan-hubungan. Contohnya, pada sistem dari sebuah pohon, hubungan yang menjadi jembatan bagi elemen-elemen yang berbeda adalah proses metabolisme dan juga reaksi kimia. Sementara untuk menjaga kualitas pendidikan, universitas menetapkan standar tertentu untuk proses penerimaan dosen maupun mahasiswa, standar untuk proses ujian, dan penilaian.
Lalu bagaiamana dengan tujuan dari sebuah sistem? Tujuan dari sistem dapat diketahui dengan mengobservasi/mengamati perilaku dari sistem tersebut, tidak berdasarkan pada tujuan yang telah “ditetapkan”. Misalkan, pemerintah mungkin pernah menyatakan bahwa perlindungan lingkungan meruapakan prioritas utama mereka, akan tetapi kenyataannya, anggaran keuangan negara justru dialokasikan untuk hal lain. Dengan begitu, kita tahu bahwa perlindungan lingkungan bukan merupakan bagian dari tujuan pemerintah mengingat perbuatannya tak dapat merefleksikan tujuannya.
Penting untuk diketahui bahwa selama hubungan antar elemen dan tujuan dari sebuah sistem itu sendiri tak berubah, maka pergantian elemen-elemen dalam sistem tak akan memiliki pengaruh besar. Sebuah tim sepak bola mungkin bisa menggantikan beberapa pemain lama dengan pemain baru, akan tetapi hubungan antar posisi pemain serta tujuan utama untuk memenangkan pertandingan tak akan mengubah secara signifikan cara kerja dari tim sepak bola itu sendiri. Akan tetapi saat tujuan dari tim atau hubungan antar posisi itu berubah, maka cara kerja dari tim akan berubah pula.
Lebih dari itu, perilaku dari sebuah sistem sendiri dapat dijelaskan oleh apa yang disebut dengan stocks dan flows, yang terus berubah di setiap waktu. Apa maksudnya? Stocks adalah elemen-elemen dari sebuah sistem yang jumlahnya dapat dihitung di setiap waktu. Contohnya, air dalam bak mandi, buku-buku di perpustakaan, atau uang di sebuah bank. Di sisi lain, flow adalah perubahan pada jumlah stock karena adanya inflow (aliran yang masuk ke sistem) dan outflow (aliran yang keluar dari sistem); contoh dari flow adalah kelahiran dan kematian, ataupun pembelian dan penjualan.
Setiap Sistem yang Berkelanjutan Bergantung Pada Umpan Balik (Feedback) Untuk Menjaga Kestabilan
Ketika perubahan jumlah stock di dalam sistem memengaruhi besaran inflow atau outflow, dapat dikatakan bahwa sistem tersebut mempunyai kemampuan untuk memberikan umpan balik (feedback). Terdapat berbagai macam jenis feedback dalam sistem. Jika kekuatan umpan balik tersebut mendorong sistem untuk menyesuaikan jumlah stock sebenarnya dengan jumlah stock yang telah ditargetkan oleh sistem, maka mekanisme ini disebut dengan balancing feedback.
Salah satu alat yang bekerja menganut mekanisme balancing feedback adalah termostat yang berada di dalam ruangan. Dalam kasus ini, suhu ruangan merupakan stock dari sistem, kemudian panas yang dihasilkan oleh termostat merupakan inflow, dan panas yang meninggalkan sistem melalui jendela di ruangan merupakan outflow. Ketika suhu di dalam ruangan menurun, dengan sensornya, termostat akan mengetahui adanya perbedaan antara suhu ruangan sebenarnya dengan suhu yang telah ditetapkan oleh sistem. Maka dari itu, secara otomatis termostat akan menyala untuk menaikkan kembali suhu ruangan kepada angka yang telah ditargetkan.
Kemudian ada yang disebut dengan reinforcing feedback; dalam sistem ini, elemen-elemen yang ada di dalam sistem akan bekerja untuk meningkatkan atau mengurangi jumlah stock secara terus menerus. Contohnya, semakin banyak uang yang kamu miliki di tabungan, maka semakin banyak pula bunga yang kamu dapatkan, dan jika dibiarkan saja, uang di tabungan akan terus bertambah tanpa kamu harus menambahnya. Mekanisme reinforcing ini dapat menghasilkan pertumbuhan atau kehancuran yang bersifat konstan atau eksponensial.
Dua jenis feedback ini adalah sesuatu yang krusial karena salah satu dari struktur sistem yang paling umum ditemukan memiliki stock yang bermekanisme balancing dan stock yang bersifat reinforcing.
Contohnya, tingkat kelahiran yang positif dapat menimbulkan reinforcing feedback pada populasi manusia. Semakin banyak manusia, maka semakin besar kemungkinannya bagi mereka untuk hidup berpasang-pasangan dan melahirkan anak, dan anak-anak itu akan tumbuh dan akhirnya memiliki anak mereka sendiri lagi. Tetapi, di satu waktu tertentu, populasi manusia juga memiliki mekanisme balancing feedback, yakni dengan adanya kematian. Saat populasi manusia menjadi begitu besar, mekanisme balancing feedback segera bekerja dengan menimbulkan kematian manusia akibat wabah penyakit atau jumlah sumber daya yang tak dapat lagi memenuhi kebutuhan manusia yang ada.
Sistem yang Berfungsi dengan Baik biasanya Resilient, Dapat Mengorganisasi Dirinya Sendiri, dan Memiliki Hierarki
Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa beberapa sistem tertentu, seperti ekosistem dunia, dapat berfungsi dengan begitu baik? Salah satu penentu utamanya merupakan resilience - kemampuan sistem dalam beradaptasi kepada kondisi yang terus berubah. Resillience mencerminkan tingkat elastisitas dari sebuah sistem, ia juga menunjukkan seberapa baik sistem dapat bangkit dari proses transisi. Tingkat resilience dari sebuah sistem sangat tergantung pada struktur serta mekanisme feedback, yang pastinya akan bekerja dengan cara yang berbeda, arah yang berbada dan pada jangka waktu yang beragam. Lihat saja tubuh manusia; ia bisa melindungi dirinya dari bakteri, kuman dan virus yang menyerang, menoleransi tingkat suhu yang berbeda, beradaptasi dengan perubahaan pada pasokan makanan, merelokasi darah, dan bahkan memperbaiki tulang yang pernah retak.
Namun orang-orang sering meremehkan pentingnya resillince, dan terlalu fokus pada tujuan yang memiliki orientasi jangka pendek tetapi berdampak buruk untuk jangka panjang. Contohnya, industri menggunakan sumber daya alam yang berlebihan untuk mendapatkan keuntungan lebih, akan tetapi spesies hewan dan tumbuhan menjadi terancam punah, zat-zat kimiawi mengubah tanah dan racun menumpuk di dalamnya, malapetaka lingkungan menjadi sesuatu yang tak bisa dihindari.
Walaupun begitu, resilience bukanlah satu-satunya pertahanan yang ada pada sebuah sistem; beberapa dari sistem memiliki kemampuan untuk mengorganisasi dirinya sendiri (self- organize). Ini artinya, mereka dapat belajar, melakukan diversifikasi, berkembang dan membangun strukturnya sendiri. Contoh: ovum (sel telur) yang telah dibuahi memiliki kemampuan untuk menjadi manusia dewasa secara utuh.
Saat sebuah sistem mampu membangun struktur-struktur baru yang semakin kompleks, secara alami mereka akan mengorganisasi dirinya sendiri berdasarkan hierarki. Bahkan, segala hal yang ada di bumi dibagi-bagi kedalam subsistem yang tiap subsistemnya membentuk subsistem turunan yang lebih besar, begitu seterusnya. Contoh, sebuah sel di dalam hati (liver) merupakan subsistem dari organ hati itu sendiri, hati merupakan subsistem dari tubuhmu, kamu merupakan subsistem dari sebuah keluarga, keluarga merupakan sebuah subsistem dari negara, dan seterusnya. Tapi mengapa harus berbentuk hierarki? Karena struktur hierarki dapat mengurangi jumlah / tingkat informasi yang harus ditangani oleh bagian tertentu dari sistem. Misalkan, karena sel-sel hati tahu bagaimana caranya untuk menguraikan racun, sel-sel paru- paru tak perlu melakukannya dan tak perlu tahu caranya.
Memahami Beberapa Kesalahan yang Umum Dilakukan Akan Membantumu untuk Menginvestigasi Sistem dengan Lebih Produktif
Sistem yang kita “ketahui dengan baik” dapat terkesan “transparan”. Akan tetapi besar kemungkinannya bagi kita untuk memiliki pemahaman yang salah terhadap sistem saat kita terlalu fokus pada keluaran (outcome) yang dihasilkannya tanpa memperhatikan perilaku sebenarnya dari sistem atau cara sistem tersebut berfungsi dari waktu ke waktu. Karena hasil keluaran dari sistem merupakan aspek yang paling dapat dilihat, sering kali kita menyederhanakan sistem kepada serangkaian kecil kejadian saja.
Coba bayangkan, saat kamu menyaksikan sebuah pertandingan sepak bola dan melihat bahwa salah satu tim bermain dengan sangat baik, tak akan mengejutkan bagimu jika tim tersebut dapat memenangkan pertandingan. Akan tetapi bagi mereka yang hanya melihat skor akhirnya saja, mereka akan jauh lebih terkejut, terlebih jika permainan dimenangkan oleh tim kelas bawah.
Namun tidak hanya itu kesalahan yang kita perbuat. Sering kali kita berasumsi bahwa elemen- elemen di dalam dunia mempunyai hubungan yang linear walaupun kita sebenarnya tahu bahwa dunia cenderung bekerja dengan cara yang tidak linear. Misalkan, kamu menambahkan 4,5 kg pupuk ke sebuah kebun, dengan komposisi tersebut, kebun dapat menghasilkan sekitar 2 gantang gandum. Mengikuti logika ini, kamu mungkin berekspektasi bahwa dengan menambahkan 9 kg pupuk, maka kebun akan menghasilkan 4 gantang gandum. Namun ternyata, cara kerja alam tidak seperti ini. Jika kamu menambahkan pupuk menjadi 9 kg, kemungkinan kebun akan menghasilkan jumlah gandum yang sama karena adanya nutrisi yang berlebihan justru merusak tanah dan mengurangi kesuburannya.
Dan terakhir, manusia sering lupa bahwa sangat jarang sistem-sistem yang ada bekerja secara terpisah antara satu dengan yang lainnya. Ini karena otak kita mempunyai batasnya dalam memproses informasi, sehingga untuk mempermudah pemahaman, kita cenderung mengisolasi tiap sistem. Kita sering lupa bahwa batasan yang kita buat antar sistem adalah batasan buatan; saking terbiasanya berpikir dengan cara ini, batasan buatan antar sistem menjadi sesuatu yang terasa alami. Akibatnya, kebiasaan ini mendorong kita untuk cenderung memikirkan sesuatu dengan ketentuan yang terlalu luas atau terlalu sempit.
Contohnya, jika kita mendiskusikan cara-cara untuk mengurangi emisi CO2, menghasilkan model cuaca bumi yang sangat mendetail hanya akan membuat rumit prosesnya, namun hanya berfokus pada menemukan solusi untuk industri transportasi juga tak akan banyak membantu.
Sistem yang Korup Dihasilkan oleh Kekuasaan yang Tak Seimbang dan Mendorong Terjadinya Penyalahgunaan Kuasa
Semua sistem memiliki ciri-ciri umum, akan tetapi beberapa sistem dapat menampakkan perilaku yang tidak natural dan bahkan problematik. Ini dapat terjadi ketika tiap subsistem di dalam sistem memiliki tujuan yang berbeda; fenomena ini disebut dengan policy resistance (perlawanan terhadap kebijakan). Jika salah satu aktor dalam sistem atau subsistem mempunyai “kekuatan/kekuasaan lebih” dan ia berusaha menggunakannya untuk mengubah arah dari sistem, maka elemen atau aktor lain dari sistem tersebut harus bekerja dua kali lebih keras untuk menempatkan sistem pada tujuan awalnya. Kejadian ini membuat sistem terjebak pada masalah yang sama lagi dan lagi; tak ada perkembangan signifikan yang dibuat.
Contohnya, pengedar dan para pecandu narkoba menginginkan untuk mendapatkan pasokan narkotika yang tinggi, namun para penegak hukum menginginkan sebaliknya. Ketika polisi mencegah masuknya narkotika ke sebuah negara, harga narkotika yang ada di jalanan akan meningkat signifikan karena kurangnya pasokan. Sehingga, para pecandu rela untuk melakukan tindak kriminal untuk membayar harga tinggi dan para pemasok berinvestasi pada pesawat dan kapal untuk menghindari pengecekan dari pihak berwajib. Untuk memperbaiki sistem tersebut, yang bisa dilakukan adalah dengan mengalihkan energi dan sumber daya yang tersedia pada upaya untuk mempersatukan aktor-aktor yang ada di berbagai subsistem yang berbeda. Harapannya, dengan diskusi yang terbuka, kita bisa menemukan solusi yang menjawab permasalahan dari berbagai pihak.
Masalah lain yang dapat muncul di dalam sistem adalah ketika sistem menggunakan sebuah sumber daya yang dimiliki bersama-sama dan sumber daya tersebut sulit untuk dikembangbiakkan. Ini akan berujung pada keruntuhan yang tak bisa dihindari. Contohnya, jika sepetak tanah digunakan oleh beberapa penggembala domba yang terus menambahkan jumlah dombanya, maka dari waktu ke waktu, padang rumput di tanah tersebut akan semakin gundul mengingat kurang nya waktu yang dibutuhkan rerumputan untuk menumbuhkan kembali dirinya. Sangat mudah bagi rumput muda untuk kehilangan cengkeramannya pada tanah di saat hujan melanda. Untuk menghindari keruntuhan, penting bagi aktor-aktor di dalamnya untuk mengedukasi para pengguna sehingga mereka paham bagaimana aksi yang mereka lakukan dapat memengaruhi jumlah sumber daya dan juga menginformasikan bahwa keadaan tersebut dapat dipulihkan dengan mengatur konsumsi rumput secara teratur.
Sistem Dapat Disesuaikan Untuk Meningkatkan Efisiensi
Adakah cara untuk membuat sistem menghasilkan lebih banyak hal-hal baik dan lebih sedikit hal-hal buruk? Pasti. Beberapa hal yang dapat disesuaikan untuk membuat sistem semakin efektif di antaranya adalah: buffer, desain sistem, dan delay (penundaan).
Buffer (penyangga/penahan) adalah sesuatu yang dapat meminimalkan atau melunakkan efek buruk dari suatu hal terhadap hal lainnya. Di dalam sistem, waktu, stok, dan besarnya ruang penyimpanan dapat dikategorikan sebagai buffer; dan besarnya ukuran buffer harus dibuat seoptimal mungkin agar sistem dapat berfungsi dengan baik. Namun ada kalanya di mana meningkatkan besaran buffer lebih dari yang seharusnya membuat sistem menjadi tak fleksibel. Contohnya, bisnis memilih untuk membeli stok barang-barang tertentu seminimal mungkin; ini karena memberikan ruang untuk terjadinya kekurangan produk (product shortage) sesekali itu lebih murah dari segi biaya dari pada harus berinvestasi pada penyimpanan barang secara berlebihan dan belum tentu barang tersebut dapat terjual.
Desain sistem adalah faktor penting lainnya. Sistem yang didesain dengan benar akan menghasilkan efisiensi yang maksimal, tak begitu terpengaruh oleh fluktuasi, dan memiliki pemahaman yang lebih baik terkait dengan keterbatasannya dan di mana letak titik yang menghambat (bottlenecks). Contohnya, di masa lalu, satu-satunya jalan yang menghubungkan antara Hungary timur dan barat hanya melewati ibu kota, tak ada jalan lain. Akibatnya, dengan kegiatan ekonomi yang semakin berkembang, penambahan lampu lalu lintas di jalan tersebut tak dapat banyak membantu. Sistem jalan di Hungary perlu didesain ulang secara total.
Faktor terakhir yang memengaruhi sistem adalah delays (penundaan), yakni: waktu yang dibutuhkan oleh sistem atau aktor-aktor di dalamnya untuk menyadari akan adanya perubahan dan merespons perubahan tersebut. Adanya delay dapat menjadi sesuatu yang dimanfaatkan. Akan tetapi, saat delay pada sistem terjadi untuk jangka panjang, ia akan kesulitan untuk merespons perubahan yang terjadi pada jangka pendek. Maka dari itu, besarnya delay harus proporsional terhadap tingkat terjadinya perubahan dari sebuah sistem. Dalam kasus ekonomi global, dunia selalu mendorong untuk melakukan percepatan pertumbuhan ekonomi, akan tetapi realitas elemen-elemen fisik seperti keberadaan pabrik, teknologi, harga, dan pertukaran ide tak bisa berubah pada kecepatan yang sama. Dengan kata lain, delay itu ada. Maka dari itu, dengan melakukan memperlambat pertumbuhan, akan memberikan teknologi dan harga barang, waktu yang cukup untuk membuat sistem lebih efisien.
Memperhatikan Cara Kerja Internal dari Sistem akan Membantumu Memahami Dunia dengan Lebih Baik
Di titik ini kamu mungkin paham bahwa beberapa sistem cukup sulit untuk dikendalikan dan hanya bisa dipahami secara umum saja. Kabar baiknya adalah, ada beberapa langkah sederhana yang dapat kamu terapkan untuk mengarungi dunia sistem dan meningkatkan efisiensinya.
Pertama, observasi bagaimana sebuah sistem bekerja dengan mempelajari sejarahnya dan mengumpulkan informasi. Dunia ini penuh sekali dengan kesalahpahaman, maka dari itu, semakin banyak data yang kita punya, semakin baik penilaian yang dapat kita buat. Setelah kamu mengumpulkan cukup data, kamu harus memahami dengan menuliskan bagaimana sistem yang diamati itu bekerja, dan mencatatkan susunan struktur dan fungsinya. Dengan menuliskannya secara runtut, kamu memaksa dirimu untuk memeriksa kembali apakah pemahamanmu tentang model itu sudah benar, lengkap, masuk akal, dan konsisten.
Kedua, distribusikan informasi yang telah kamu dapatkan ke dalam sistem. Secara umum, agar sebuah sistem dapat berfungsi dengan baik, informasi yang berkualitas harus disebarluaskan. Semakin tepat waktu, akurat dan lengkap informasi disebarkan, semakin baik juga sistem akan bekerja.
Sambil melaksanakan proses ini, kamu juga harus memperhatikan faktor-faktor lain, baik yang dapat diukur maupun tidak. Ini karena manusia cenderung memberikan perhatian lebih pada angka dan sedikit mengabaikan kualitas karena angka pencapaian lebih mudah untuk diukur. Namun ingat, hal-hal seperti keadilan, demokrasi, keamanan dan kebebasan juga penting, walaupun sulit untuk mengukur mereka secara kuantitatif.
Kunci lain yang dapat kamu pegang adalah “perhatikan bagaimana sebuah sistem menghasilkan perilaku tertentu”. Untuk menerapkannya, coba ajukan dua pertanyaan ini: “Faktor internal dan eksternal apa saja yang dapat menghasilkan perilaku tertentu?” & “Apakah faktor-faktor ini dapat dikendalikan?”.
Setelah kamu bisa menjawab dua pertanyaan ini, maka kamu akan mampu melihat di mana letak dari pihak yang bertanggung jawab atas faktor tersebut di dalam sistem, bagaimana aksi- aksi tersebut dihasilkan, dan konsekuensi apa saha yang muncul. Contohnya, jika kamu merasa kesal dengan penerbangan yang tertunda, coba tanyakan pertanyaan ini pada dirimu sendiri, dan dijamin bahwa kamu tak akan meluapkan kekesalanmu pada petugas bandara yang tak bersalah.
Add a comment