Dari awal manusia merupakan mahluk yang tidak bisa berdiam diri untuk bermalas-malasan. Nenek moyang kita adalah mahluk yang selalu bergerak. Untuk bertahan hidup, manusia purba harus terus mengubah lokasi tinggalnya, beranjak dari satu sumber air ke sumber air selanjutnya, melarikan diri dari terkaman singa lapar, dan berburu hewan lain untuk makanan.
Akan tetapi pada hari ini, sebagian manusia modern menghabiskan sebagian besar waktu kerjanya dengan duduk di depan layar komputer, tanpa menggerakkan apapun kecuali jari-jemari dan pergelangan tangannya. Mungkin hal ini tampak seperti “kemajuan”, akan tetapi kurang nya aktivitas tubuh dapat mendatangkan malapetaka bagi otak manusia. Lalu pertanyaannya adalah, mengapa menggerakkan badan secara keseluruhan itu penting bagi otak?
Berolahraga Tak Hanya Baik untuk Badanmu Tetapi Juga Baik untuk Otakmu
Mungkin banyak yang tahu bahwa kita dapat memperkuat otot dengan membiasakan diri mengangkat beban. Namun apakah kamu tahu bahwa otakmu merupakan sesuatu yang dapat ditempa dan bisa menjadi semakin “kuat” saat semakin sering digunakan? Bayangkan saja otakmu merupakan sekumpulan otot yang kuat; yang berarti jika kamu menjaga otak tetap aktif, maka otak itu akan semakin kuat. Tiap kali kamu mempelajari sesuatu yang baru, sel-sel yang ada di otakmu akan membentuk koneksi-koneksi yang lebih kuat untuk memproses informasi baru.
Tetapi hal yang lebih mengejutkannya adalah berolahraga fisik juga membantu memfasilitasi proses pembentukan koneksi ini sehingga mempersiapkan otakmu untuk dapat mempelajari lebih banyak hal. Mungkin kamu bertanya-tanya, apakah hubungan antara keduanya?
1) Berolahraga dapat meningkatkan level neurotransmitter, seperti dopamine dan serotonin, yang penting untuk membantu proses koneksi sel di otak. Dopamine dan serotonin juga dapat mempertajam fokusmu serta membuat suasana hati menjadi positif.
2) Berolahraga juga dapat mengubah fisik dari sel-sel otak. Ketika kamu menggunakan otot mu untuk berolahraga, tubuh akan memproduksi protein jenis tertentu yang juga dikenal dengan growth factors. Protein ini akan bergerak menuju ke otak dan membuat otak semakin optimal dalam membangun koneksi dan membentuk sel-sel otak baru sebagai bahan baku. Maka dari itu, semakin rutin kita berolahraga, semakin baik pula kemampuan otak untuk belajar.
Di SMA Naperville Amerika Serikat, banyak murid mengalami kesulitan dengan mata pelajaran literasi Bahasa Inggris. Mereka diwajibkan untuk mengikuti pelajaran tambahan untuk meningkatkan pemahaman dalam membaca. Selain itu, sekolah juga meneliti efek olahraga dalam proses pembelajaran dengan cara mewajibkan satu kelompok untuk melaksanakan olahraga sebelum kelas dimulai. Ternyata program olahraga yang dinamai Zero Hour PE ini dapat meningkatkan pemahaman baca kelompok sebesar 17%. Sementara mereka yang hanya mengikuti kelas tambahan saja hanya mengalami peningkatan sebesar 10,7%.
Saat Stres, Cobalah Lakukan Jumping Jacks
Bayangkan kamu telah menyewa kontraktor untuk merenovasi rumah. Ternyata setelah beberapa waktu berjalan, rumahmu justru menjadi seperti “neraka”. Semuanya dibongkar dan berantakan, seakan proyek renovasi ini tidak akan berakhir. Hal inilah yang terjadi kepada Susan, seorang Ibu energetik yang juga merawat empat orang anak. Kisah Susan merupakan contoh bagaimana stres dapat berakibat pada penyakit yang berhubungan dengan stres. Susan merasa kewalahan karena proyek ini menyita banyak sekali waktunya. Kontraktor dengan pegawainya pun sangat tidak pengertian, mereka meninggalkan rumah dalam kondisi berantakan setiap harinya tanpa rasa bersalah. Kejadian ini membuat Susan stres sampai-sampai ia harus meminum beberapa gelas wine untuk menenangkan dirinya; saking parahnya, ia menjadikan meminum anggur sebagai bagian dari rutinitas nya di siang hari, setiap hari.
Situasi stres ini dapat memicu Susan untuk kecanduan alkohol, namun beruntungnya dia menemukan olahraga sebagai cara untuk menaklukkan krisis ini. Definisi dari stres itu sendiri adalah segala sesuatu yang mendorong atau mendesak terjadinya aktivitas seluler pada otak. Stres hanya akan menyakitimu saat ia berada di luar kendali – beruntungnya olah raga dapat membantu mengendalikan potensi efek berbahaya yang ditimbulkan oleh stres.
Ketika kamu berolahraga, produk molekuler sampingan tertentu, akibat hasil dari metabolisme otak, akan melukai sel-sel otak. Saat hal itu terjadi, sebuah mekanisme perbaikan sel otak segera diaktifkan dan justru memperkuat sel-sel otak untuk dapat bertahan dari kerusakan di masa-masa mendatang. Ini yang membuat otak semakin tahan/resistan terhadap penyebab stres sehari-hari. Untuk melihat video penjelasan lebih rinci tentang mekanisme perbaikan sel-sel otak, silahkan klik tautan ini.
Awalnya Susan menceritakan masalah ini ke seorang psikiater, dan beliau berkata sebaiknya Susan mengganti kebiasaan minum wine nya dengan berolahraga. Karena Susan suka lompat tali, Susan melakukan olahraga itu setiap kali ia merasa stres. Kegiatan fisik yang melelahkan tubuhnya ini dapat menenangkannya, dan ia tak perlu lagi kembali ke kebiasaan lamanya.
Depresi Tak Hanya Melanda Pikiranmu, Tetapi Depresi Juga Hinggap di Tubuhmu. Berolahraga Dapat Meringankan Mood yang Kelam Itu
Pernahkah kamu merasa murung dan tak bersemangat selama berbulan-bulan? Ini mungkin tanda bahwa kamu sedang mengalami depresi. Jika kamu berbicara dengan seorang terapis, mungkin dia akan bertanya tentang pengalaman di masa kecil yang mungkin dapat menjadi penyebab dari periode depresimu. Dahulu, depresi hanya dianggap sebagai masalah psikologis saja, dan tak berhubungan dengan fisik sama sekali. Namun semua pandangan ini berubah ketika dokter-dokter menemukan bagaimana kondisi fisik seseorang juga dapat memengaruhi suasana hati.
Di tahun 1950-an, para dokter memperhatikan bahwa pasien-pasien akan “bergembira” setelah mengonsumsi sebuah obat tuberkulosis. Efek yang sama juga diamati pada pasien yang sedang menjalani medikasi atas alerginya. Berdasarkan pada pengamatan ini, dokter mulai berpendapat bahwa jika sesuatu yang bersifat fisik, seperti obat-obatan, dapat memperbaiki suasana hati seseorang maka susana hati yang “buruk” mungkin juga mempunyai penyebab yang bersumber dari kondisi fisik. Dari situ peneliti mulai melakukan pencarian akan penjelasan biologis dari depresi, dan dalam prosesnya, mereka menemukan adanya hubungan biologis antara berolahraga dengan suasana hati.
Ketika kamu merasa sedih atau jika kamu sedang menderita depresi klinis, berolahraga dapat membantu mengurangi atau memperbaiki gejala-gejala depresi. Saat berolahraga, tubuh menghasilkan zat yang mirip dengan morphine (morphine-like-substances) yang disebut dengan endorphins yang menimbulkan efek euforia pada seseorang.
Salah satu pasien dari penulis bernama Bill baru saja menginjak usia 50 tahun. Berdasarkan pengamatan penulis, Bill kelebihan berat badan sebanyak 20 pounds atau -/+ 9 kg. Untuk mengatasi hal ini, Bil menjalani diet dan mulai melakukan jogging. Setelah menjalaninya beberapa saat, Bill terkejut dengan hasilnya. Amarah yang biasanya meletup-letup menjadi jauh berkurang dan sikap kritis terhadap diri sendiri dan orang lain pun tidak se-intens sebelumnya. Walaupun Bill tak pernah ter-diagnosis sebagai penderita depresi klinis, berolahraga dapat membantunya mengurangi gejala-gejala depresi sedang.
Ketika Attention Deficit Disorder Menyulitkan Diri untuk Fokus, Olahraga Dapat Membantu Mengembalikan Fokus
Apakah kamu pernah kesulitan untuk mempertahankan fokus ketika sedang berusaha untuk memahami sebuah konsep abstrak dari filosofi atau matematika? Mungkin sebagian orang akan menjawab iya. Kemampuan diri untuk mempertahankan fokus tergantung pada reward center (pusat penghargaan) yang ada pada otak. Wilayah tersebut juga dikenal dengan nucleus accumbens yang tersusun atas dopamine neurons atau sel otak yang menghasilkan dopamine – hormon yang memberi penghargaan ke wilayah prefrontal cortex otak (yang menangani aktivitas berpikir, pengendalian diri dan fokus pada manusia).
Pada seseorang yang mengalami attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), wilayah pemberian penghargaan pada otak perlu sedikit bantuan ekstra agar dapat teraktivasi. Salah satu cara untuk mengaktivasi reward center adalah dengan berolahraga. Sistem pengendali perhatian pada pasien ADHD tidak berjalan secara optimal karena otak hanya membentuk sedikit koneksi saraf dengan wilayah reward center nya. Maka dari itu, seseorang dengan ADHD lebih sedikit merasakan penghargaan atas fokus yang dituangkannya pada suatu hal yang dikerjakan.
Tapi ini tidak berarti bahwa seseorang dengan ADHD tak bisa menemukan motivasi atau memberikan perhatian penuhnya. Akan tetapi mereka membutuhkan sedikit bantuan, dan di situlah peran dari berolahraga.
Sam adalah seseorang venture capitalist berusia 36 tahun yang sukses, akan tetapi pada awalnya, masa depannya terlihat tak begitu menjanjikan. Di masa remajanya, keluarganya menganggap Sam sebagai anak pembuat onar dan mereka sering menghukumnya dengan keras. Namun di sekolah, guru-gurunya melihat Sam sebagai anak pintar yang dapat menaklukkan tantangan yang datang jika saja dia mau untuk berusaha lebih keras dan mempunyai sikap yang lebih baik alih-alih memberontak dan mengonsumsi narkotika.
Namun di satu waktu tertentu, Sam membuktikan bahwa dia dapat fokus terhadap hal yang dikerjakannya. Ketika orang tuanya melarangnya untuk mendapatkan surat izin mengemudi sampai dia berhasil meningkatkan nilainya, Sam berhasil meningkatkan IPK nya dari hanya 1,5 menjadi 3,5. Bagaimana Sam melakukannya? Satu hal yang membantu Sam untuk fokus selama ini adalah olahraga. Dia bergabung dengan sebuah program atletik yang serius. Di hari-hari tersebut dia berlari beberapa mil setiap harinya. Latihan yang cukup intens ini telah membuat Sam mampu untuk kembali fokus dan berjaya di industri venture capital yang sangat kompetitif.
Hindari Tak Beraktivitas, Tak Peduli Berapapun Usiamu
Pilihan gaya hidup yang buruk, seperti kurangnya aktivitas tubuh atau merokok, akan meningkaktkan kemungkinan terjadinya gangguan otak degeneratif. Sementara pilihan hidup yang baik, seperti melakukan olahraga secara teratur, akan menjaga otakmu tetap sehat. Mengangkat beban dapat membantu menghindari osteoporosis ketika tulang beranjak keropos dan rapuh; kegiatan tersebut juga memacu sel-sel otak untuk membentuk koneksi-koneksi baru. Lari pagi dapat membawa manfaat untuk pembuluh darah, termasuk pembuluh darah yang ada di otakmu. Berlari dapat menurunkan tekanan darah dan membantu mencegah penyumbatan di kapiler-kapiler otak yang disebabkan oleh timbunan lemak atau pembekuan darah.
Dahulu, Ibu dari sang penulis selalu aktif, entah itu dengan berjalan ke gereja, menyerok salju dan merawat taman dengan jenis tumbuhan beragam. Tak lama setelah itu, beliaupun mencoba untuk bermain golf, berenang, dan berjalan lebih banyak dari pada di masa mudanya. Namun tak disangka, beliau mematahkan pinggulnya sebanyak dua kali dalam kurun waktu beberapa tahun. Setelah terjatuh pertama kali, beliau tak bisa beraktivitas seperti dulu dan ini mengacaukan kemampuan berjalannya sekaligus intensitas jalan kakinya. Seperti tubuhnya, kemampuan otaknya pun mulai memelan, dan beliau lebih memilih untuk menonton drama di rumah. Setelah terjatuh dan mematahkan tulang pinggulnya untuk kedua kali, kondisi kesehatannya semakin memburuk. Beliau mulai kebingungan untuk membedakan antara kenyataan dengan fiksi yang ada pada drama tontonannya. Beliau juga bahkan berhalusinasi tentang kehadiran dari karakter-karakter yang ada pada drama di sekelilingnya.
Sekali lagi, berolahraga tak hanya bermanfaat untuk tubuh mu saja, tetapi untuk otakmu juga. Kasus Ibu dari sang penulis jelas menunjukkan bahwa kesehatan fisik dan mental dari seorang wanita sangat mungkin untuk merosot dikarenakan ke-tidak-aktifan tubuh dalam bergerak. Jadi berenang atau berlari di pagi hari sama bermanfaatnya untuk otak dengan mengerjakan teka- teki silang yang perlu ketelitian.
Add a comment