Penulis percaya bahwa setiap orang bisa menjadi kaya dalam hal harta. Namun mengapa masih terdapat banyak orang yang mengalami kesulitan finansial? Jawabannya adalah banyak dari kita yang mempunyai pola pikir yang sebenarnya menghambat kita untuk menghasilkan uang. Ketika seorang pengusaha melihat sebuah peluang bisnis, yang kita lihat hanyalah risiko dan rintangan. Mungkin sekarang adalah saatnya untuk mu mengubah pola pikir mengenai peluang jika memang kesuksesan finansial adalah hal yang kamu cari.
Manfaatkan Prinsip Kerja Pengungkit (Leverage)
Bagaimana caranya untuk menghasilkan banyak uang dengan sedikit uang yang kamu miliki? Setelah bertahun-tahun mencari, Kiyosaki menemukan jawabannya pada prinsip kerja pengungkit: sebuah alat sederhana yang terdiri dari balok panjang dan titik tumpu (re: bayangkan sebuah jungkat-jungkit) yang memanfaatkan hukum fisika untuk menggerakkan obyek berat dengan gaya/kekuatan seminimal mungkin. Jika kamu cukup jeli, prinsip ini tak hanya dimanfaatkan untuk mengangkat beban berat saja, tetapi juga digunakan pada berbagai macam aspek kehidupan.
Jika kita bandingkan antara hewan dengan manusia, hewan lebih memiliki banyak keunggulan dalam hal kekuatan fisik. Manusia tak secepat citah dalam berlari. Manusia juga tak mampu terbang layaknya burung atau berenang selincah ikan. Namun dengan semua kekurangan itu, kita masih bisa mendominasi bumi. Ini karena manusia mampu memanfaatkan semaksimal mungkin anugerah yang telah diberikan, yakni pikiran. Dengan pikiran, kita mampu menciptakan alat yang mempermudah kerja dari fisik kita. Pikiran memberikan manusia keunggulan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kekuatan fisik yang dimiliki oleh hewan.
Sekitar 5000 tahun yang lalu, para pedagang laut menyadari bahwa dengan memasangkan selembar kain anyaman yang terbuat dari rami pada tiang dan balok melintang yang ada pada perahu dapat menjadikan hembusan angin sebagai sumber energi baru untuk mendorong jalannya perahu. Berlayar menjadi lebih mudah dan efisien jika dibandingkan dengan memanfaatkan energi dari para pendayung. Selain itu, teknologi sederhana ini menjadikan kapal mampu untuk membawa muatan lebih dari pada sebelumnya. Pedagang dan negarawan yang mampu mengadopsi teknologi ini lebih awal kedalam usahanya menjadi semakin makmur dan berkembang. Mereka dapat melakukan sesuatu yang lebih, dengan sumber daya yang jauh lebih sedikit. Asalkan kamu mampu untuk melihat peluang dari teknologi baru yang muncul, segeralah manfaatkan kesempatan tersebut.
Rasio Risk-Reward (Risiko-Penghargaan) Dapat Membantumu untuk Melihat Risiko dari Sudut Pandang yang Lebih Jelas
Bagaimana caramu melihat dunia, memengaruhi caramu dalam berperilaku. Jika kita berbicara tentang risiko, maka persepsi kita terhadap risiko dari sebuah perilaku dapat menentukan apakah kita akan melibatkan diri ke dalam perilaku tersebut. Untuk beberapa orang, berinvestasi sering dianggap sebagai sesuatu yang berisiko, maka dari itu beberapa orang memilih untuk menghindarinya. Perilaku ini sesuai dengan kata orang zaman dulu yang berbunyi “kalau tak ingin terbakar, janganlah bermain api”. Namun menyebrang jalan pun ada risikonya tersendiri; lalu pertanyaan selanjutnya adalah seberapa seringkah kita akan memfokuskan perhatian kita kepada risiko saja? Terlalu terpaku pada risiko hanya akan memunculkan rasa takut yang akhirnya malah membatasi dirimu untuk bergerak. Terpaku pada risiko itu sendiri adalah hal yang kontraproduktif. Maka dari itu Kiyosaki menyarankan agar kita dapat melihat sesuatu dari kaca mata risk-reward ratio (rasio risiko-penghargaan).
Meskipun 9 dari 10 bisnis yang dibangun gagal di tengah jalan, masih banyak orang yang bersedia untuk mencoba mendirikan bisnis baru. Ini mungkin karena para pengusaha memiliki pandangan sekaligus appetite (selera) yang berbeda terhadap risiko. Mereka tak hanya melihat risikonya saja, tetapi mereka juga melihat ganjaran yang didapat saat mereka berhasil. Anggaplah jika setiap bisnis harus gagal 9 kali untuk meraih 1 kesuksesan, maka 1 kesuksesan itu cukup untuk menutupi kekurangan yang muncul dari 9 kegagalan.
Salah satu dari sahabat Kiyosaki menerapkan strategi ini dalam menggeluti pekerjaannya sebagai pedagang saham. Dia tak akan pernah menggunakan lebih dari seper-sepuluh total asetnya untuk melakukan investasi di pasar saham; seandainya dia memiliki total uang sebanyak USD 200.000, ia hanya akan menggunakan USD 20.000 saja untuk bermain saham. Jadi di saat prediksinya mengenai pasar benar-benar salah, ia masih bisa melanjutkan hidup dengan uang yang ia sisihkan.
Namun hal yang lebih menarik lagi adalah saat teman Kiyosaki melakukan trading saham, hampir pasti ia dapat menghasilkan keuntungan atas 1 dari 20 trading yang ia lakukan. Dengan mengetahui formula tersebut, ia hanya menghabiskan USD 1.000 saja untuk setiap transaksi (USD 20.000 / 20 trading). Jadi, walaupun ia merugi pada 19 transaksi di awal (walaupun hal ini cukup jarang terjadi), maka ia akan mampu untuk membuat keuntungan yang melebihi kerugiannya pada 1 sesi trading terakhir. Karena ia melihat keuntungan yang lebih besar dari pada risikonya, maka dia memilih untuk tetap melakukan trading.
Menggunakan Rasio Utang dan Rasio Kekayaan Sebagai Alat untuk Melacak Kesehatan Keuangan Dari Waktu ke Waktu
Konsep atau teori adalah peralatan (tools) untuk pikiran. Jika kamu dapat menggunakannya dengan tepat, maka kamu akan mampu melihat sesuatu yang tak bisa disaksikan oleh mata. Konsep pertama yang diajarkan oleh Kiyosaki untuk melacak kesehatan finansial adalah rasio utang terhadap ekuitas (debt-to-equity ratio).
Katakanlah, kamu memiliki utang sejumlah USD 100.000, sementara jumlah ekuitasmu sebesar USD 20.000 (entah itu dalam bentuk saham, uang tunai, atau aset lancar lainnya). Kemudian bagikan jumlah total utang tersebut terhadap jumlah ekuitas, hasilnya adalah 5. Rasio ini tak begitu berarti jika kamu menggunakannya di satu waktu saja, namun kamu akan merasakan manfaatnya jika kamu bisa mengukurnya dari waktu ke waktu. Misalkan, setelah satu tahun berlalu, angka dari rasio tersebut berubah menjadi 10, itu adalah tanda bahwa porsi utangmu telah meningkat; bisa saja jumlah utangmu melonjak ke angka USD 200.000, atau jumlah ekuitasmu yang justru menurun menjadi USD 10.000 saja. Angka debt- to-equity ratio yang meningkat memberikan sinyal kepadamu bahwa kamu perlu mengkaji ulang kondisi keuangan dan mencari cara untuk mengembalikannya ke jalur yang benar. Kuncinya adalah semakin kecil angka dari rasio utang-terhadap-ekuitas, maka semakin sehat kondisi keuagan seseorang.
Rasio kedua adalah rasio kekayaan (wealth ratio) yang dapat membantu kita untuk mengukur porsi pendapatan pasif terhadap pengeluaran. Caranya adalah dengan membagikan pendapatan tak langsung dengan jumlah total pengeluaran. Katakanlah kamu menerima penghasilan dari saham atau uang kontrak rumah sebesar USD 800 tiap bulannya, sementara total pengeluaranmu selama sebulan sejumlah USD 4.000; maka rasio kekayaanmu berada di angka 0,2 yang berarti 20% dari pengeluaranmu dapat dipenuhi oleh pendapatan di luar penghasilan dari pekerjaan/bisnis utama mu. Rasio ini dapat memberi tahumu tentang seberapa dekat kamu dari memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang cukup menantang, seperti pensiun dini atau mengambil pekerjaan yang jauh lebih santai walaupun tak menghasilkan banyak uang. Ketika rasio tersebut telah mencapai angka 1, itu menandakan bahwa seluruh pengeluaranmu dapat ditutupi oleh pendapatan pasifmu. Semakin besar nilai dari rasio ini, maka semakin bebas kamu untuk menghabiskan waktu untuk melakukan hal lain di samping bekerja.
Kebiasaan Baik yang Mudah Dilakukan Akan Membawamu Pergi Jauh
Terdapat ratusan buku yang dirilis di pasar yang membahas tentang bagaimana caranya untuk menjadi kaya tiap tahunnya. Namun cukup sulit untuk membedakan mana saja penulis yang memberikan solusi yang cocok dengan nilai yang kamu percaya dan gaya hidupmu. Banyak juga dari penulis yang menyarankan pembacanya untuk melakukan langkah-langkah yang sulit untuk dipraktikkan para pembaca, dan akhirnya ilmu yang ada di dalam buku tak pernah diuji kebenarannya. Karenanya, Kiyosaki menyarankan pembaca untuk menerapkan kebiasaan baik yang mudah untuk diterapkan, apapun bentuknya.
Beberapa kebiasaan yang ada akan membuatmu kaya, sementara beberapa kebiasaan lain hanya akan menghabiskan uangmu saja; maka dari itu, pilih dengan bijak. Menurut Kiyosaki, terdapat dua kebiasaan yang telah mentransformasi hidup dan jumlah kekayaan yang ia miliki, yakni kebiasaan untuk belajar dan kebiasaan untuk mencatat serta melacak kondisi keuangan.
Mengapa belajar? Kita hidup di zaman dengan perkembangan informasi yang sangat dinamis. Di abad 20 lalu, sebagian besar orang hanya mempelajari kemampuan-kemampuan tertentu saja dan menghabiskan waktu kerjanya untuk menerapkan pengetahuan itu-itu saja. Tetapi jika kita menerapkan strategi yang sama di hari ini, mungkin apa yang kita ketahui hari ini sudah tak berlaku di keesokan harinya; perubahan adalah sesuatu yang tak bisa dihindari. Maka dari itu, informasi yang ada di otak kita adalah aset termahal yang kita miliki.
Dengan pengetahuan, kamu akan berada beberapa langkah di depan dari yang lain. Habiskan waktumu untuk membaca buku, mengikuti seminar, atau berbicara dengan orang- orang di industri yang berbeda. Pastikan bahwa dirimu selalu penasaran dengan perkembangan terbaru dari pengetahuan atau berita yang ada di dunia. Hasilnya, kamu akan mampu melihat peluang bisnis yang belum bisa dilihat oleh orang lain; dan untuk mewujudkan peluang bisnis tersebut, kamu perlu mengumpulkan modal dari lembaga atau orang lain. Inilah saat di mana kebiasaan mencatat kondisi keuangan Kiyosaki dapat membantu.
Sebagian besar orang tak memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman uang karena mereka memiliki catatan keuangan yang buruk. Bagaimana orang akan mempercayaimu untuk mengelola uangnya jika kamu sendiri saja tak bisa melacak kondisi keuanganmu. Kebiasaan untuk mencatat aset, pendapatan, pengeluaran, dan utang dapat membantu seseorang agar lebih sadar dan berhati-hati dalam menggunakan uang; ia juga akan lebih mampu untuk mengalokasikan uang dengan orientasi jangka panjang. Akhirnya, saat kamu membutuhkan sumber uang baru dari lembaga lain untuk membangun usaha, orang lain akan lebih mudah percaya kepadamu.
Menggunakan Utang untuk Membeli Aset Produktif Dapat Memberimu Keuntungan Lebih Dari Ekspektasimu
Mungkin beberapa dari kalian berpikir bahwa utang adalah sesuatu yang harus dihindari. Bahkan ada beberapa dari kita yang menyisihkan sebagian besar pendapatan untuk melunasi utang agar dapat keluar dari jurang ini secepat mungkin. Ya itu semua betul. Tetapi, jika digunakan dengan cara yang benar, utang adalah alat yang dapat membantumu untuk menjadi lebih kaya. Ini semua tergantung pada cara penggunaannya. Utang yang baik akan menciptakan pendapatan; utang yang buruk dapat menelan sebagian besar pendapatan. Utang yang baik akan bekerja untukmu; sementara utang yang buruk menyuruhmu untuk bekerja lebih keras lagi.
Banyak orang menggunakan utang untuk membeli sesuatu yang bersifat konsumtif dan sebenarnya tak benar-benar dibutuhkan, entah itu untuk membiayai liburan mahal atau membeli kendaraan mewah. Membayarkan cicilan utang ini justru akan membuat hidupmu semakin sengsara. Lain hal nya jika kamu menggunakan utang untuk membeli aset yang nilainya dapat meningkat seiring dengan berjalannya hari; contoh aset tersebut adalah tanah dan rumah yang bisa kamu jual di kemudian hari jika harganya telah melonjak signifikan, atau bisa juga aset tersebut kamu sewakan untuk menghasilkan pendapatan tambahan tiap bulannya.
Di tahun 1974, Kiyosaki menemukan sebuah kondominium yang terletak di pinggir pantai Kepulauan Hawaii yang dijual dengan harga USD 18.000. Waktu itu Kiyosaki cukup miskin dan memerlukan sumber dana dari bank untuk membelinya. Bank memberinya pinjaman sebesar USD 16.000, dan USD 2000 sisanya ditutup dengan menggunakan pinjaman dari credit card sebagai DP. Setelah mempunyai hak milik terhadap kondominium, Kiyosaki menyewakannya. Pendapatan yang ia dapatkan dari kegiatan sewa menyewa ini telah mampu untuk membayarkan utang pokok, bunga dari utang, pinjaman dari credit card, serta biaya perawatan kondominium; di samping itu Kiyosaki masih memperoleh keuntungan bersih sebesar USD 25 (atau setara dengan USD 130 di masa kini) yang bisa ia simpan atau nikmati tiap bulannya. Jadi pelajaran yang bisa dipetik dari kisah ini adalah, kamu dapat menggunakan uang orang lain untuk memperkaya dirimu selama kamu menerapkannya dengan cara yang benar. Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana cara mendapatkan properti yang tepat?
Untuk Menemukan Properti yang Tepat, Kamu Perlu Melakukan Banyak Riset dan Cek Kondisi Lapangan
Walaupun terdapat kejanggalan dan ringtangan-rintangan birokrasi tersendiri di industri properti, pada dasarnya memilih properti yang tepat tak jauh berbeda dengan ketika kamu memutuskan untuk memilih peralatan rumah, atau sepasang sepatu, atau travel agent mana yang memberikan penawaran terbaik untuk liburan musim panasmu; kamu wajib untuk melihat setiap penawaran dengan teliti dan membandingkannya dengan penawaran lain sebelum terjun untuk membeli properti tertentu. Dan ya, kamu perlu melihat banyak properti, tidak hanya sekedar satu atau dua saja. Kiyosaki menganjurkan agar kamu menerapkan metode 100:10:3:1 untuk menguji mana saja di antara investasi ini yang akan menghasilkan keuntungan menjanjikan. Angka 100 pada metode Kiyosaki ini berarti kamu harus melihat 100 properti yang ada, kemudian mengajukan penawaran terhadap 10 properti yang kamu rasa memiliki potensi, lalu meminta 3 dari penjual untuk bernegosiasi denganmu, dan akhirnya membeli 1 properti dengan penawaran terbaik.
Metode 100:10:3:1 tak hanya akan mengajarimu tentang bagaimana cara industri ini bekerja, tetapi ini juga akan menyelamatkanmu dari membuat keputusan yang salah dan tergesa-gesa. Salah seorang teman Kiyosaki yang merupakan seorang pengacara memutuskan untuk terjun ke dunia investasi properti tanpa menerapkan metode tersebut. Secara langsung ia membeli satu unit kondominium pinggir pantai yang terletak di dekat San Diego setelah hanya melihat dua unit yang terletak di kompleks perumahan yang sama. Ia tak melakukan riset terhadap pasar maupun kondisi lapangan secara mendalam.
Dua tahun kemudian, dia mengalami kerugian sebesar USD 450 tiap bulannya karena asosiasi kompleks perumahan memutuskan untuk meningkatkan biaya perawatan rumah, selain itu ia tak bisa menaikkan harga sewa seperti yang ia perkirakan di awal. Menjual propertinya juga bukan sebuah pilihan karena ia membeli kondominium dengan harga USD 25.000 di atas harga pasar. Ini semua tak akan terjadi jika saja ia mau meluangkan lebih banyak waktu untuk menggali informasi lebih mengenai pasar properti lokal.
Pelajaran yang diambil dari Kiyosaki dari kisah tersebut adalah: “Kamu harus mencium banyak katak sebelum menemukan seorang pangeran tampan”. Membuat keputusan hanya berdasarkan hasrat sesaat, atau gosip-gosip yang belum tentu kebenarannya hanya akan membuatmu sengsara. “People who don’t like kissing frogs often end up settling in an unhappy marriage with the first amphibian they encounter” kata Kiyosaki.
Masalah Bisa Menjadi Peluang
Keluarga Kiyosaki suka sekali menerapkan metode 100:10:3:1, bahkan ketika mereka sedang berlibur. Ini karena mereka tak akan pernah tahu di mana dan kapan kesempatan akan muncul. Jadi tak ada salahnya untuk melihat-lihat properti mana saja yang sedang dijual di daerah tetangga. Di penghujung tahun 90-an, Keluarga Kiyosaki melakukan pendakian di bukit daerah Pennsylvania. Mereka menyempatkan untuk mengunjungi seorang makelar properti di daerah setempat dan tak sengaja melihat sebuah penawaran yang menarik – sebuah rumah di lereng gunung yang tak begitu terawat dengan luas tanah sekitar 15 hektar dijual dengan harga USD 43.000, yang menurut mereka cukup murah.
Keluarga Kiyosaki terheran dan bertanya mengapa? Ternyata, sumur dari properti tak menghasilkan air yang cukup agar penghuni bisa tinggal di situ untuk waktu yang cukup lama. Karena penasaran, Kiyosaki mencoba memeriksa properti ke lokasi. Setelah cukup melihat-lihat, Kiyosaki segera menghubungi ahli sumur untuk mencari solusi. Ternyata, sebenarnya sumur menghasilkan cukup air untuk digunakan sehari-hari; namun masalahnya jumlah air yang dihasilkan sumur berubah mengikuti musim. Di beberapa bulan tertentu, sumur menghasilkan air berlebih, sementara di bulan-bulan sisanya, sumur menampung lebih sedikit air. Solusi yang paling efektif untuk permasalahan ini adalah dengan memasang tangki air berukuran 11.356 liter untuk menyimpan kelebihan air yang bisa digunakan saat musim kering melanda. Mengetahui solusi ini, Kiyosaki dengan tenang menawar rumah di harga USD 24.000. Karena pemilik sudah berusaha untuk menjual properti tersebut selama bertahun-tahun, penawaran Kiyosaki ia terima. Segera, Kiyosaki menghubungi ahli sumur tadi untuk memperbaikinya dan hanya memakan biaya USD 5.000 saja.
Sebulan setelah proses instalasi dan sedikit perbaikan, Kiyosaki menjual rumah tersebut. Beberapa minggu kemudian, sepasang kekasih yang masih muda sangat bersedia untuk membeli rumah di atas gunung ini dengan harga USD 66.000. Kiyosaki mendapatkan keuntungan sebesar USD 37.000 dari penjualan ini. Pelajaran tak terlupakan yang diambil dari Kiyosaki melalui pengalaman ini adalah dengan kesabaran dan kreativitas, properti- properti yang bermasalah dapat menghadiahi investor dengan keuntungan besar.
Add a comment