Kita hidup di jaman yang penulis sebut dengan throwaway society. Ketika gadget terbaru muncul di pasaran, tanpa ragu kita membelinya dan membuang gadget yang lama begitu saja. Jika diamati, perilaku ini juga tanpa sadar kita bawa ke dalam ranah pernikahan. Ketika sudah merasa tidak ada kecocokan dengan pasangan, perceraian sepertinya menjadi satu-satunya jalan keluar.
Namun, perceraian bukanlah solusi yang dapat menyelesaikan masalah pernikahanmu dengan mudah. Ketika pernikahan mulai terasa tidak nyaman, itu merupakan tanda bahwa terdapat masalah yang mendasar pada masing-masing individu. Jika masalah ini tidak diselesaikan, tidak menutup kemungkinan bahwa masalah yang sama akan terjadi lagi pada pernikahan selanjutnya.
Fokus Pada hal Positif di Waktu Sulit
Jika kamu secara terus menerus memikirkan segala hal yang salah dalam pernikahanmu, kondisi rumah tangga justru akan semakin runyam. Satu-satunya jalan keluar dari masalah ini adalah mencoba untuk fokus pada hal-hal positif yang ada. Dengan berpikiran positif, kamu akan dapat melihat sesuatu dengan jernih dan solusi yang terbaik untuk kedua belah pihak pun dapat ditemukan.
Ambil satu kasus yang dialami oleh Wendy. Dia merasa frustrasi kepada suaminya yang keluar masuk kerja dengan pendapatan yang tidak menentu selama beberapa tahun terakhir. Penulis meminta Wendy untuk melihat sisi positifnya. Tentu, kondisi keuangan yang serba terbatas memaksa mereka untuk menghentikan beberapa layanan hiburan yang mereka nikmati seperti Netflix. Namun, hal ini tidaklah seburuk yang dibayangkan. Nyatanya mereka dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk berbicara dan menikmati kebersamaan di malam hari yang biasanya digunakan untuk menonton TV.
Dengan belajar bersikap positif, Wendy juga dapat mendukung suami dalam proses menemukan pekerjaan yang lebih baik alih-alih menyalahkannya atas kondisi keuangan keluarga yang tidak stabil. Untuk sementara waktu, Wendy menyarankan agar mereka menjual barang-barang yang sudah tidak terpakai untuk menutupi kekurangan finansial mereka. Solusi ini tidak akan muncul ketika Wendy memilih untuk beriskap negatif yang akan menuntun Wendy untuk selalu mengkritisi kesalahan yang diperbuat oleh suami.
Berusahalah untuk Bersikap Konstruktif daripada Kritis
Sering kali pernikahan mengalami permasalahan ketika pasangan kita tidak memenuhi ekspektasi yang kita miliki. Mari kita amati kasus yang dialami oleh Suzanne dan Jamal. Suzanne adalah seorang pedagang yang kompeten dan seorang Ibu yang perhatian kepada anak pertama dari pernikahan sebelumnya. Itu adalah karakter yang menurut Jamal sangat atraktif dari Suzanne. Sebelum menikah, Jamal berencana agar Suzanne dapat memegang kendali semua hal domestik yang berhubungan dengan rumah dan urusan internal keluarga.
Jamal berharap agar setiap kali dia pulang dari kantor dia dapat melihat rumah yang tertata dengan rapi dan menikmati masakan sang istri. Namun bukan hal itu yang dia temukan. Suzanne terlalu sibuk mengurusi anak pertamanya dan anak dari hasil pernikahan mereka sehingga Suzanne tidak sempat untuk melakukan hal yang diharapkan. Jamal merasa kecewa dengan sang istri dan sering kali mengkritisinya dengan komentar yang menyakitkan yang berujung pada perdebatan. Untuk menyelesaikan masalah ini, penulis menyarankan Jamal untuk meminta maaf kepada sang istri dan bertanya kepadanya bagaimana caranya agar dia dapat menjadi suami yang lebih baik di masa depan.
Dari situ, Suzanne meminta sang suami untuk mengubah rutinitasnya. Alih-alih mengeluhkan kondisi yang berantakan sesampai nya dia di rumah, Jamal harus memanggil kedua anak mereka dan memberi mereka pelukan dan ciuman, lalu melakukan hal yang sama kepada sang istri. Setelah beberapa saat melakukan hal yang diminta, Suzanne mulai bertanya kepada Jamal tentang apa yang dapat dia lakukan agar hidup Jamal terasa lebih mudah. Tidak lama kemudian Jamal mendapatkan masakan rumah yang telah lama ia idam-idamkan.
“Mengejutkan” Pasangan itu Perlu
Kadang, cara satu-satunya untuk menyelesaikan masalah yang tidak terselesaikan dalam sebuah pernikahan adalah dengan cara memberikan “kejutan”. Ini dapat dilakukan ketika pasangan mu tidak menyadari bahwa sebenarnya ada masalah di antara kalian. Jika “kejutan” tidak diberikan, pasangan akan mengira bahwa pernikahan kalian baik-baik saja.
Salah satu hal yang sering ditanyakan kepada penulis ketika sedang memberikan seminar adalah: “bagaimana caranya untuk mengatasi pasangan yang gila kerja?”. Untuk membahas hal ini, coba kita lihat kasus dari Jim dan Amy. Jim adalah seseorang yang gila kerja. Hampir sebagian besar dari harinya dihabiskan di kantor. Amy merasa dia dan anak-anaknya kurang diperhatikan oleh Jim. Beberapa kali Amy mencoba membicarakan hal tersebut namun sang suami tidak menggubrisnya.
Suatu hari, Amy mengajak Jim untuk pergi ke satu rumah pensiunan yang mahal dan mewah. Mereka melihat-lihat seluruh fasilitas yang ditawarkan oleh rumah pensiunan tersebut. Merasa tidak sabar, Jim pun bertanya “apa yang kita lakukan di sini? Waktu pensiun ku masih 27 tahun lagi.” Pada saat itu juga Amy mengungkapkan kegelisahannya bahwa dia tidak ingin menunggu 27 tahun lagi untuk bisa menghabiskan waktu bersama sang suami. Amy merasa bahwa anak-anak juga perlu mendapatkan perhatian dari seorang ayah. Agar hal ini dapat terwujud, Jim perlu mengambil lebih banyak cuti. Mendengar hal itu, Jim tercengang dan menangis karena dia mulai memahami di mana letak masalahnya.
Ayah dari Jim pernah berkata bahwa Jim tidak akan pernah meraih apapun. Karena ingin membuktikan bahwa perkataan ayahnya itu salah, Jim berusaha sekuat tenaga untuk meraih kesuksesan dalam karirnya. Namun kini dia sadari bahwa kesuksesan itu tidak akan ada maknanya ketika dia kehilangan istri dan anaknya. Untuk menyelesaikan masalah ini, Jim segera menjadikan keluarga sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Pada akhirnya, Jim menemukan pekerjaan dengan jam kerja fleksibel yang memungkinkan dia untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarganya. Jadi masalah sebenarnya terletak pada kesulitan dalam menyadari bahwa masalah itu ada.
Coba Pahami Perilaku Controlling dari Pasangan Kita
Ada saatnya di mana pasangan kita mulai mengendalikan kita secara berlebihan. Dia ingin tahu dimana posisi kita dan apa yang kita lakukan setiap saat. Dengan perlakuan seperti ini, kadang kita merasa terkekang. Lalu apa solusinya? Coba pahami apa yang mendasari perilaku controlling dari pasangan alih-alih beradu argumen dengannya.
Dua ciri utama yang biasanya dimiliki oleh pasangan yang suka mengendalikan adalah pertama, mereka cinta kebebasan – selama itu kebebasan mereka sendiri. Mereka akan semakin merasa bebas ketika pasangan mau menuruti apa yang menjadi kemauan mereka. Kedua, mereka sangat ingin merasa bahwa dirinya penting. Perasaan ini akan didapatkan ketika mereka mencapai tujuan yang mereka sendiri telah tetapkan. Sebaliknya, rasa tidak nyaman akan muncul di benak jika orang lain menghalangi mereka dalam meraih tujuan pribadi mereka, sekalipun itu pasangan mereka sendiri.
Menurut penulis, kunci untuk menaklukkan pasangan yang controlling adalah dengan menerima aragumen mereka dan tidak membiarkan dirimu terpengaruh olehnya. Kamu harus sadar bahwa kamu pun mempunyai hak untuk mendapatkan “ruang”. Dan kadang untuk mempertahankan posisi ini, kamu harus melakukan aksi yang melawan kehendak pasanganmu jika diperlukan. Mereka harus belajar bahwa tidak semua keputusan berada di tangan mereka.
Berurusan dengan Kekerasan Verbal dalam Pernikahan Membutuhkan Ketegasan
Kekerasan verbal dalam pernikahan bukan merupakan hal yang jarang ditemukan. Untuk mengakhiri kebiasaan buruk ini dari pasangan, pertama kamu harus terbuka bahwa kamu tidak suka dengan ucapan kasar yang sering kali dinyatakan. Tanyakan kepadanya apakah dia mau untuk mengubah kebiasaan ini. Jika iya, rencanakan sebuah sesi terapi dengan bantuan seorang terapis jika diperlukan. Namun, jika ia tidak mempunyai niatan untuk berubah, beri tahu dia bahwa kamu sudah tidak mampu lagi untuk menghadapi hal ini.
Kita coba lihat kasus yang dialami oleh Megan. Perilaku Barry, sang suami, yang tidak sopan dan jahat dalam perkataannya sering membuat Megan cemas dan depresi. Merasa tidak sanggup menghadapinya, Megan memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya dan tinggal di sana untuk beberapa saat tiap kali Barry melakukan hal yang sama. Ini dilakukan Megan secara konsisten.
Lama kelamaan, Barry sadar bahwa sikap kasarnya adalah hal yang salah dan secara perlahan ia mulai mendisiplinkan mulut tajamnya. Untuk menjalankan rencana ini diperlukan banyak kesabaran, pengendalian diri dan cinta. Pengertian cinta disini adalah tentang mempertimbangkan kepentingan terbaik (terutama kesehatan fisik dan mental) untuk kedua belah pihak. Pada kondisi ini, ketegasan dari pihak yang tertindas memang diperlukan, dan ini adalah cara untuk menunjukkan cinta agar mereka dapat keluar dari situasi yang mendukung perilaku abusive.
Didiamkan Pasangan adalah Tanda dari Kebutuhan Emosional yang Tak Terpenuhi
Didiamkan pasangan berhari-hari tanpa tahu penyebabnya adalah hal yang menyebalkan. Hal ini juga dirasakan oleh Katelyn. Setiap kali dia bertanya kepada Chris, sang suami, tentang apa yang menjadi masalah, Chris selalu enggan menjawabnya dan meninggalkan ruangan begitu saja. Keadaan ini pun membuat Katelyn tak berdaya. Penulis mencoba membantu Katlyn untuk menelusuri letak masalahnya. Ternyata beberapa waktu yang lalu Katlyn merencanakan liburan di pantai bersama dua orang rekan kerja wanitanya di akhir pekan nanti. Chris tidak setuju dengan rencana ini. Mendiamkan Katlyn adalah cara Chris untuk menyampaikan ketidak-setujuannya. Sayangnya, Katlyn tidak menangkap sinyal yang dikirimkan oleh Chris.
Mungkin hal ini terdengar konyol, namun jika kita telusuri lebih dalam, silent treatmentadalah tanda bahwa kebutuhan emosional dari pasanganmu tidak terpenuhi. Setelah menggali lebih dalam, ternyata kepopuleran dan lingkar pertemanan Katlyn yang luas membuat Chris merasa terbaikan. Chris khawatir jika dia tidak lagi menjadi prioritas nomor satu Katlyn. Dalam beberapa bulan terakhir, Katlyn juga sangat sibuk dengan pekerjaan kantornya sampai sampai dia tidak mempunyai banyak waktu untuk bercengkerama dengan suaminya.
Hal ini memberi Katelyn kejelasan. Katelyn akan tetap pergi di akhir pekan nanti, namun dia akan berusaha untuk lebih intens dalam membangun komunikasi dengan Chris sebelum dia pergi. Kesadaran untuk memperhatikan kebutuhan emosional dari pasangan kita adalah kunci untuk membuat hubungan tetap berdiri tegak.
Perselingkuhan Tidak Harus Berakhir dengan Perceraian
Mungkin ini terdengar aneh, namun jika dilihat dari sudut pandang lain, perselingkuhan dapat dijadikan sebagai momen untuk menyembuhkan sebuah hubungan yang sedang rusak. Menurut penulis, perselingkuhan merupakan tanda bahwa terdapat masalah perilaku dari individu masing-masing yang mendasarinya. Raphael, seorang client dari penulis, baru saja mengetahui bahwa istrinya, Johanna, telah berselingkuh selama dua setengah tahun terakhir. Namun jika diperiksa lebih dalam, Raphael pun juga mempunyai peran dalam perselingkuhan ini.
Walaupun Raphael adalah seseorang yang peduli dan sayang dengan keluarga, ia tidak dapat memenuhi kebutuhan Johanna akan sebuah hubungan yang seimbang. Johanna merasa bahwa selama ini hanya Raphael yang membuat keputusan-keputusan penting dalam keluarga tanpa berkonsultasi dengannya, walaupun dia masih mempertimbangkan kepentingan Johanna. Perilaku ini membuat Johanna merasa diabaikan. Dari sisi Johanna, pernikahan ini lebih terasa seperti hubungan antara ayah dengan anak daripada hubungan antara suami dan istri.
Memang butuh waktu yang lama agar hubungan antara dua insan ini dapat kembali seperti sediakala. Meskipun Johanna merasa bersalah atas perbuatannya, dia masih menyalahkan perilaku Raphael atas hal yang terjadi. Namun setelah beberapa bulan berlalu, Johanna menyadari rasa sakit yang dialami oleh Raphael dan diapun meminta maaf padanya. Di titik ini, mereka berdua berkomitmen untuk memperbaiki kekurangan mereka masing-masing. Poin yang dapat diambil dari kasus ini adalah dengan bantuan dari terapi dan refleksi diri, sepasang kekasih dapat melalui masa sulit dan mulai menyembuhkan luka yang ada dalam pernikahan mereka.
Add a comment