Elon Musk Mendirikan SpaceX Karena Dia Berpendapat Bahwa Program Eksplorasi Ruang Angkasa Amerika Serikat Tak Banyak Berkembang
Pemanasan global perlahan menjadi sesuatu yang dapat mengancam kehidupan manusia di Bumi. Salah satu solusi yang mungkin diterapkan untuk menjaga keberlangsungan spesies manusia saat permukaan Bumi mendidih ke titik yang tak dapat kita huni adalah dengan melanjutkan kehidupan di planet Mars. Tentu ini adalah cita-cita yang sangat ambisius, namun cita-cita ini jugalah yang mendorong SpaceX untuk terus berinovasi menciptakan pesawat ruang angkasa yang mampu bertahan menghadapi perjalanan panjang dengan tingkat bahaya yang belum pernah kita jumpai sebelumnya. Cita-cita ini muncul karena Elon merasa kecewa dengan kurangnya ambisi yang terbangun di industri eksplorasi ruang angkasa Amerika Serikat.
Kisah dari SpaceX dimulai di tahun 2000 saat Musk kehilangan pekerjaannya sebagai Chief Executive di Paypal (yang mana ia juga ikut berperan dalam mendirikannya). Sambil menyusuri Long Island Expressway, seorang kawan pengusahanya yang bernama Adeo Ressi bertanya kepadanya kira-kira apa yang akan kamu lakukan selanjutnya. Dengan sedikit keraguan, Elon menjawab “eksplorasi ruang angkasa”; dalam benaknya Elon bertanya “Dapatkah seseorang yang tak memiliki pengalaman di bidang penjelajahan ruang angkasa berhasil? Mengapa industri tersebut membutuhkan orang seperti dia?”. Saat itu, tiga dekade telah berlalu semenjak Amerika Serikat berhasil menerbangkan astronautnya untuk pertama kali ke bulan; dan seharusnya tak lama lagi NASA akan mampu untuk mengirimkan manusia ke planet Mars bukan?
Setelah percakapan tersebut berakhir, Elon mencari informasi di website NASA mengenai misi NASA untuk menjelajahi planet Mars. Mengejutkannya, Elon tak dapat menemukan apapun mengenai ini. Karena penasaran, Elon memutuskan untuk mengunjungi sebuah konferensi NASA di California, dan ternyata memang NASA tak berencana untuk mengirimkan manusia ke planet Mars dalam waktu dekat. Di situ lah Elon menemukan peluang; mungkin ini saatnya pengusaha ikut mengambil peran dalam menjelajahi ruang angkasa.
Dua tahun kemudian, tahap demi tahap dari rencananya mulai berjalan. Elon mengadakan sebuah pertemuan yang mengundang insinyur ahli ruang angkasa di Hotel Renaissance, Los Angeles. Di sana Elon menceritakan ambisinya. Banyak yang tak yakin dengan rencananya; salah satu dari mereka bahkan berkata “simpan saja uangmu Elon, habiskan saja waktumu untuk duduk di pantai”. Mendengar komentar tersebut Elon justru semakin yakin dengan rencananya.
Dari Awal, SpaceX Telah Menerapkan Pendekatan Inkonvensional yang Mebuatnya Lebih Dinamis
Dari sekian banyak orang yang meragukan ide Elon, ternyata beberapa dari mereka tertarik untuk bekerjasama dengannya; di antaranya adalah Tom Mueller dan Chris Thompson. Elon memutuskan untuk mendirikan Space Exploration Technologies, yang disingkat dengan SpaceX, di tanggal 6 Mei 2002. Ambisi utama yang ingin diraih perusahaan ini adalah membangun roket dengan harga murah dan berkualitas tinggi dalam waktu yang singkat. Setelah bergabung dengan SpaceX, Mueller dan Thompson yakin bahwa perusahaan ini akan memberikan warna yang berbeda di industri aerospace.
Pendekatan unik pertama yang dilakukan Elon terhadap SpaceX adalah secara langsung ia bertemu dan mewawancarai 3000 orang pertama yang direkrut oleh perusahaan. Ini dilakukan olehnya karena mendapatkan orang yang tepat adalah kunci utama untuk memenangkan pertandingan. Proses wawancara yang Elon lakukan juga tak biasa. Phil Kassouf, seorang jenius berusia 21 tahun yang besar di Lebanon, adalah salah satu yang pertama merasakan pengalaman ini. Untuk menguji kemampuan berpikir Phil, Elon memintanya untuk memecahkan sebuah teka-teki. “Bayangkan kamu berdiri di satu titik di bumi sambil membawa kompas dan bendera. Pertama-tama, tancapkan bendera tersebut di titik awal. Kemudian berjalanlah satu mil ke arah selatan, lalu berjalanlah lagi satu mil ke arah timur, lalu kamu berjalan lagi satu mil ke arah utara, dan ternyata kamu kembali berdiri di titik semula. Di mana kah kamu?”. “Kutub Utara” jawab Kassouf dengan yakin. Saat itu juga ia direkrut oleh SpaceX.
Tak seperti perusahaan aerospace lain, SpaceX mengizinkan karyawan untuk bereksperimen dan “berbuat kesalahan” untuk menemukan pengetahuan baru. Ini dilakukan Elon karena ia ingin membangun SpaceX dengan cepat; menggunakan proses engineering yang digunakan kompetitor pada umumnya hanya akan memakan waktu. Model pengembangan yang diterapkan SpaceX adalah iterative, bukan linear. Dengan proses yang linear, perusahaan akan mencapai sebuah tujuan dengan mengikuti metode tertentu secara bertahap, dan menguji seluruh komponen dari roket secara teliti. Hasil dari metode linear menawarkan kestabilan, namun sekali terdapat kesalahan dalam proses, akan memakan banyak biaya dan waktu untuk memperbaikinya.
Sementara pendekaran iterative yang dilakukan oleh Elon dimulai dengan sebuah konsep dan langsung membangun konsep tersebut menjadi kenyataan. Kesalahan adalah hal yang diharapkan dan dilakukan secepat mungkin agar mereka dapat belajar darinya. Inilah kunci yang membuat SpaceX begitu fleksibel dan efisien secara waktu dalam membangun roket.
Musk Memiliki Seorang Pendahulu yang Gagal Dalam Upayanya Menaklukkan Ruang Angkasa
Orang-orang yang terjun ke industri aerospace lebih awal sempat pesimis dengan kemampuan Elon karena mereka sudah melihat banyak jutawan dengan ambisi yang sama gagal pada akhirnya. Salah satunya adalah Gorge Koopman yang mendirikan AMROC (American Rocket Company) di tahun 1985. Koompman memiliki pengalaman yang cukup unik; dia pernah menjadi analis intelijen saat Perang Vietnam, pernah juga membuat film training untuk militer, dan ia juga seorang penata stunts (aksi-aksi) yang ada di film-film Hollywood. Banyak teman dari Koopman berasal dari industri perfilman seperti Dan Ackroyd (pemeran Ghostbusters) dan juga tokoh-tokoh budaya seperti Timothy Leary (seorang psikolog dan pendukung penggunaan obat-obatan psikedelik).
Tak jauh berbeda dari Elon, Koopman ingin menciptakan roket dengan biaya murah dan membuat perjalanan ruang angkasa menjadi hal yang umum. Tetapi lain dengan Elon yang berfokus pada planet Mars sebagai tujuan, Koopman ingin menjadikan AMROC sebagai perusahaan transportasi sekaligus logistik ruang angkasa, layaknya Federal Express yang mengirimkan paket menuju ke dan dari orbit Bumi.
Banyak insinyur aeronautics ternama yang mendaftarkan diri untuk bekerja di AMROC seperti James French, yang pernah bekerja untuk NASA selama dua dekade, dan Mike Griffin, yang akhirnya menjadi penasihat untuk Elon di SpaceX. Awalnya, segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Namun lama kelamaan para insinyur ini menganggap Koopman seperti seorang “pedagang yang lihai” saja karena sebenarnya dia tak memiliki pemahaman yang cukup akan ilmu roket. Dia pandai menggunakan jargon-jargon industri untuk memikat para investor, namun sebenarnya pengetahuannya sangat dangkal.
Ketika pemerintah mulai mengurangi dukungan dana untuk proyek ini, Koopman mulai mencari-cari investor kaya. Proyek ini memakan begitu banyak waktu dan biaya riset; jika AMROC tak segera menciptakan roket yang dapat memberikan keuntungan, investor akan segera menarik dana yang telah diberikan. Sering kali Koopman menenangkan para investor dengan melebih-lebihkan perkembangan dari proyek; berulang kali dia menyatakan bahwa hanya tinggal beberapa bulan saja sebelum roket dapat diluncurkan.
Empat tahun telah berlalu dan akhirnya AMROC setuju untuk meluncurkan roket Air Force Amerika Serikat di lapangan terbang Vanderberg, California. Namun tak lama setelahnya, Koopman terbunuh dalam sebuah kecelakaan mobil. Walaupun kehilangan pemimpin utamanya, AMROC tetap berusaha untuk mewujudkan peluncuran pertamanya di tahun 1989. Ketika sampai pada Hari-H, terjadi bencana yang tak diharapkan; roket meledak luluh lantak dimakan api. Gagalnya peluncuran pertama melunturkan keyakinan investor pada AMROC. Tak lama setelahnya, AMROC tak lagi beroprasi. Ini lah mengapa banyak orang yang bekerja di industri aerospace pesimis dengan rencana Elon mengingat banyak pendahulunya yang telah gagal.
Proses Ditemukannya Situs Peluncuran Roket SpaceX Pertama Kali
Ketika SpaceX meminta izin kepada Air Force Amerika Serikat untuk melakukan peluncuran di Vanderberg (California) yang cukup legendaris, permintaan Elon dan kawan-kawan ditolak secara halus. Padahal semua persyaratan dan kriteria yang diperlukan telah terpenuhi. Nampaknya pihak Air Force telah berencana untuk meluncurkan roketnya sendiri yang diproduksi oleh Lockheed Martin di tahun 2000-an. Uang sebanyak USD 200 juta telah digelontorkan untuk memodernkan situs peluncuran. Karena Elon ingin meluncurkan roketnya sesegera mungkin, ia mulai mencari tempat alternatif. Satu pilihan yang memungkinkan adalah Pulau Omelek yang masih menjadi bagian dari Kwajelin Atoll (Kepulauan Marshall). Pihak militer Amerika Serikat telah menggunakan pulau tersebut untuk tes peluru misil selama beberapa dekade terakhir.
Faktor lain yang memicu SpaceX untuk secepatnya menggunakan Kwajelin Atoll, atau biasa disingkat dengan Kwaj, adalah karena mereka telah menandatangani kontrak dengan Pemerintah Malaysia untuk meluncurkan satelit. Namun agar satelit tersebut dapat ditempatkan pada orbit yang telah ditentukan, SpaceX perlu menerbangkan roket melewati daratan AS, yang mendapatkan larangan dari pemerintah AS. Kwaj yang terletak di tengah- tengah lautan Pasifik adalah tempat yang sempurna untuk mengakali halangan tersebut.
Secaptnya Elon melacak petinggi dari pihak militer yang bertanggung jawab untuk mengelola Kwaj dan menghubunginya. Ketika mendengar penjelasan dari Elon, petinggi tersebut mengira bahwa Elon hanyalah pebisnis gila lainnya dan tak ingin mendengarkannya lebih jauh. Namun setelah sang petinggi mencari nama Elon di Google, beliau memutuskan untuk menghubungi Elon kembali dan memberikan lampu hijau kepada Elon untuk menggunakan Kwaj sebagai launch site. Kwaj adalah bagian vital dari sejarah SpaceX.
Peluncuran SpaceX yang Pertama Tak Berjalan Seperti yang Diharapkan
Pada hari Jumat tanggal 24 Maret 2006, enam tahun setelah perusahaan didirikan, SpaceX siap meluncurkan roket pertamanya yang bernama Falcon 1 di pulau Omelek. Falcon 1 adalah hasil kerja keras dari seluruh insinyur SpaceX. Elon sendiri tak sabar untuk menyaksikan peluncuran roket hasil kerja kerasnya dan tim secara langsung. Pagi-pagi sekali para insinyur datang ke ruang kendali roket dengan bersepeda sambil merasakan desir angin lautan. Rasa kegembiraan terlihat jelas di raut wajah mereka.
Ketika Musk tiba di ruang kendali, hitung mundur pun dimulai. Namun sesuatu yang aneh terjadi. Tak memperhatikan peluncuran pertamanya, Elon malah berjalan menuju ke meja Chris Thompson, salah satu dari dua insinyur pertama SpaceX, dan mulai membicarakan tentang bahan yang ingin ia gunakan untuk roket-roketnya di masa mendatang. Elon terlihat kehilangan rasa antusiasnya terhadap Falcon 1 beberapa detik sebelum peluncuran, dan secara tiba-tiba ia membicarakan tentang sifat dasar dari aluminum alloys. Elon adalah seseorang yang selalu memusatkan perhatiannya pada masa depan, bahkan di saat-saat yang menegangkan seperti ini.
Sembari tim menyaksikan layar, roket Falcon 1 mulai merangkak naik menuju angkasa dengan pancaran api hasil pembakaran menyala terang. Tetapi beberapa detik kemudian, mesin roket nampak mulai terbakar. Nafas seluruh anggota tim terhenti sekejap, dengan gelisah memperhatikannya. Tak lagi kuat merangkak naik, roket malah ditarik kembali oleh daya gravitasi bumi. Gambar hasil tangkapan kamera yang diletakkan di landasan peluncuran (launchpad) memperlihatkan bahwa potongan-potongan metal dari roket tercebur kedalam lautan.
Kerja keras enam tahun terbakar begitu saja. Kejadian ini terasa seperti tonjokan keras yang ditujukan kepada rasa percaya diri mereka. Di malam harinya ketika tim tenggelam dalam rasa sedih, Kimbal Musk, saudara dari Elon yang merupakan koki profesional, berusaha untuk mengembalikan semangat mereka dengan memasak stew kacang dan tomat. Di ke-esokan harinya, sembari tim menginvestigasi kerusakan roket di launchpad, para penghuni pulau menunjukkan iktikad baiknya dengan membantu tim SpaceX menyelamatkan bagian- bagian dari Falcon 1 yang mungkin masih bisa digunakan. Di saat itu juga Elon mulai sadar bahwa meluncurkan roket bukanlah sesuatu yang mudah. Dia harus bersiap menghadapi kegagalan-kegagalan yang akan muncul kedepannya, dan Elon tak akan menyerah sekarang.
SpaceX Tak Gentar Menghadapi Pemain di Industri yang Terjun Lebih Awal
Ambisi Elon untuk mendorong perkembangan eksplorasi ruang angkasa AS yang sempat lesu sangatlah besar. Saking besarnya, ia berani untuk “meruntuhkan” skeptisisme dari perusahaan aerospace besar, pemerintah, dan militer dengan melakukan aksi yang tak biasa. Di tahun 2003, saat Falcon 1 masih dalam tahap pengembangan, Elon mengadakan
sebuah event spektakuler untuk mengumumkan bahwa SpaceX datang sebagai pemain baru di industri aerospace. Melalui event ini, Elon ingin mencuri perhatian dunia sekaligus menyebarkan informasi kepada para calon customer-nya bahwa SpaceX mampu memberikan nilai lebih dibandingkan kompetitornya. Untuk membuat situasi semakin heboh, Elon memutuskan untuk membawa Roket Falcon 1 sepanjang 68 kaki itu ke National Air and Space Museum di Washington DC yang menjadi tempat presiden bersemayam. Di malam yang menggigil itu, Elon sempat memberikan pidato singkat di depan roket. Ya, Elon telah berhasil mencuri perhatian mereka.
Beberapa saat kemudian NASA mengumumkan bahwa mereka akan menandatangani kontrak untuk proyek selanjutnya denga Kistler Aerospace yang membuat Elon cukup geram. Di mata Elon, ini adalah sebuah ketidak-adilan karena Kistler tak pernah mengajukan kontrak di dalam proses tender proyek NASA; mereka berhasil mendapatkan kontrak hanya karena terdapat nepotisme di tubuh institusi-institusi tersebut. Elon berpendapat bahwa ini adalah cara orang-orang lama untuk “melindungi” kelompok mereka sendiri. Bahkan Kistler sendiri tak membuat roketnya secara mandiri; mereka menyerahkan pengembangan roket ini kepada Lockheed Martin dan Northrop Grumman yang merupakan pemain lama di industri.
Banyak yang menganggap Elon gila karena dia berani untuk menentang keputusan NASA yang merupakan pelanggan potensial SpaceX di masa depan. Ternyata, waktu membuktikan bahwa Elon mengambil langkah yang benar. Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS menyatakan bahwa NASA tidak melakukan penyerahan kontrak secara adil. Akhirnya, kontraknya dengan Kistler-pun dibatalkan, dan NASA membuka ruang kompetisi baru di industri pengembangan roket AS. Kemudian di bulan Agustus tahun 2006, ketika SpaceX berada dalam kondisi keuangan yang serba terbatas, NASA memberi tahu bahwa mereka memenangkan kontrak untuk proyek yang sangat menguntungkan ini. Tak lama setelahnya, ia mengadakan meeting dadakan dengan para staff nya dan berkata “We f***ing won”.
Setelah Kegagalan Berulang Kali, SpaceX Harus Berhasil Kali Ini
SpaceX masih belum menyerah setelah kegagalan melanda pada peluncuran pertamanya. Dua kali lagi tim mencoba untuk membawa Falcon 1 ke orbit. Walaupun SpaceX mengalami kemajuan pada kedua percobaan tersebut, roket tak pernah benar-benar bisa mencapai ruang angkasa. Pemerintah dan para client dari SpaceX mulai meragukan kemampuan tim. Maka dari itu, kesuksesan pada percobaan ke-4 nanti adalah sebuah keharusan. Di samping reputasi yang menjadi taruhannya, Elon juga telah kehabisan uang. SpaceX dijadwalkan untuk melaksanakan peluncuran ke-4 nya di tanggal 29 September 2008.
Roket diangkut dari AS ke Kwaj menggunakan pesawat militer “giant C-17” yang memiliki ruang kargo cukup luas. Di tengah-tengah perjalanan, ujian baru untuk tim SpaceX kembali muncul. Para insinyur mulai mendengar suara “pop-pop” yang berasal dari bodi roket layaknya kaleng Coca-Cola yang diremas. Para insinyur menyadari bahwa perubahan tekanan yang cukup mendadak pada saat pesawat C-17 mendarat dari ketinggian membuat tekanan di dalam kabin pesawat semakin meningkat; sementara tekanan dalam tangki bahan bakar Falcon 1 tak bisa mengimbangi perbedaan tekanan tersebut dengan cepat. Tak disangka, Zach Dunn berinisiatif untuk masuk ke dalam roket untuk mengakses tangki cairan oksigen. Ia menggunakan tang untuk membuka ventilasi yang memungkinkan udara untuk mengalir ke tangki bahan bakar roket dan menyeimbangkan perbedaan tekanan; lipatan- lipatan di bodi roket pun mulai merata.
Walaupun berhasil diselamatkan, roket mengalami kerusakan yang cukup parah. Tim hanya memiliki beberapa hari sebelum peluncuran dijadwalkan. Mereka harus membongkar roket sepenuhnya dan merangkainya kembali. Ini merupakan kerja “terkeras” yang dilakukan oleh tim mengingat cuaca yang ada di pulau tropis tersebut cukup panas. Beruntungnya, saat Falcon 1 diuji di tahap pre-launch test, roket dinyatakan layak terbang. Hari-H pun datang. Jika gagal pada percobaan ke-empat ini, SpaceX akan berhenti beroperasi.
Atmosfir di ruang kendali Kwaj sangat penuh dengan determinasi sekaligus kegelisahan. Kali ini Elon dan beberapa kawannya menyaksikan peluncuran melalui live streaming saja di LA. Saat angka hitung mundur mencapai 0, roket perlahan merangkak naik, naik dan naik tanpa terhenti. Akhirnya setelah perjalanan 8 tahun semenjak SpaceX didirikan, tim mampu untuk mengirimkan roket dan muatannya ke orbit. Di saat itu juga, Elon Musk selangkah lebih dekat menuju cita-cita nya untuk membuat spacecraft yang mampu membawa manusia ke planet Mars.
Add a comment