Di dalam buku ini penulis akan menjelaskan apa yang menjadi kunci utama dari kesuksesan Apple, sebuah perusahaan teknologi multinasional asal AS, yang mungkin saja produknya kamu gunakan saat ini. Kuncinya terdapat pada Simplicity (Penyederhanaan): yakni, mengutamakan inti dari sesuatu dan menghilangkan hal yang tak perlu dalam semua aspek.
Manusia Cenderung Memilih Kemudahan (Simplicity) Dibandingkan dengan Kerumitan (Complexity)
Pernahkah kamu membeli sebuah komputer dengan fitur-fitur baru yang begitu rumit sampai-sampai kamu tak dapat menggunakannya? Kerumitan semacam ini merupakan masalah di dunia modern karena pada dasarnya manusia, sama hal nya dengan mahluk hidup lain di planet ini, lebih memilih kemudahan (simplicity). Kita tahu bahwa alam tak memilih cara yang paling rumit untuk menyelesaikan sebuah masalah, tetapi ia menggunakan cara yang paling mudah/sederhana. Bahkan, spesies dengan struktur yang paling sederhana lah yang paling sukses bertahan hidup. Contohnya cacing tanah: mereka adalah organisme yang begitu simpel, namun mereka mampu hidup lebih lama dibandingkan dengan spesies-spesies lain yang jauh lebih kompleks.
Kemudahan (simplicity) terlihat sebagai sesuatu yang natural, dan kita sebagai manusia lebih memilih agar hidup kita dapat dibuat semudah mungkin. Ini dapat dilihat dari bagaimana cara kita dalam memilih produk yang kita gunakan dalam keseharian. Isu kerumitan produk pernah dialami oleh Microsoft ketika mereka meluncurkan Zune Store. Alih-alih mengizinkan pelanggan untuk membayar lagu secara langsung dengan credit card (seperti yang dilakukan oleh Apple dengan iTunes), pelanggan malah diminta untuk menukarkan uang mereka dengan Microsoft Points terlebih dahulu yang kemudian point tersebut digunakan untuk membeli lagu. Para designer dari Microsoft tak memikirkan tentang aspek kemudahan, dan sebagai konsekuensinya Zune Store tak mampu mengejar kesuksesan iTunes.
Ini menunjukkan bahwa saat diberikan pilihan rumit atau sederhana untuk meraih sebuah tujuan, orang-orang akan cenderung memilih opsi yang paling mudah/sederhana. Perusahaan yang memahami hal ini, tahu bagaimana caranya untuk membuat produk se-seimpel mungkin tanpa mengurangi esensinya. Saat pola pikir simplicity itu diterapkan, perusahaan akan mampu membangun hubungan bisnis dengan pelanggan untuk jangka panjang.
Menjaga Tim tetap Ramping dan Mendapatkan Umpan Balik yang Jujur Memungkinkan Perusahaan untuk Meraih Solusi-Solusi yang Efektif
Banyak dari kita yang percaya bahwa cara yang terbaik untuk mendatangkan sebuah solusi adalah dengan mengumpulkan banyak pemikiran untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Namun menurut penulis, pendekatan seperti ini tidaklah selalu tepat. Terkadang memiliki tim yang ramping akan mendatangkan hasil yang lebih baik. Sering kali, semakin besar dan kompleks sebuah hierarki, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk melihat perkembangan proyek. Dengan banyaknya staff dari departemen berbeda yang bekerjasama, proses pembuatan keputusan menjadi semakin rumit.
Lihat saja Dell. Perusahaan ini mempunyai banyak departemen yang berbeda seperti customer support dan penjualan, dan tiap departemen memiliki CEO yang berbeda. Dikarenakan susunan ini, diperlukan banyak waktu agar suatu pekerjaan dapat diselesaikan. Masalah ini semakin kentara ketika Dell berusaha untuk membuat strategi branding baru. Proyek branding ini melibatkan beberapa departemen berbeda. Namun setelah berjalan selama beberapa bulan, tak ada perkembangan signifikan yang bisa dilihat. Pada akhirnya, karena tak ada satupun pendekatan yang mampu memuaskan berbagai pihak, proyek ini pun disingkirkan begitu saja.
Akan tetapi Apple telah menikmati banyak kesuksesan dengan melakukan sesuatu yang berbanding terbalik dengan Dell. Di Apple, tim yang ditugaskan untuk mengerjakan sebuah proyek dibuat seramping mungkin. Steve Jobs bahkan dikenal sebagai seseorang yang sering mengusir orang dari meetings jika saja menurutnya skill orang itu tak vital bagi kesuksesan dari proyek tersebut. Di samping tim yang ramping, hal lain yang perlu diperhatikan untuk menjalankan perusahaan secara efisien adalah dengan memastikan bahwa setiap orang menerima umpan balik yang jujur secara langsung dari project manager.
Sayangnya, di banyak perusahaan, umpan balik tak diberikan secara langsung, akan tetapi diturunkan dari manager ke supervisor dan baru kepada pegawai yang mengerjakan proyek. Proses yang terlalu berlapis-lapis ini tak hanya memakan waktu yang berharga, akan tetapi bisa juga menghasilkan umpan balik yang tidak akurat. Di Apple, para pegawai biasanya menerima umpan balik atas pekerjaan mereka secara langsung dan personal setelah mereka mempresentasikan pekerjaan mereka kepada bos. Proses yang disederhanakan ini mencegah terjadinya kesalahpahaman dan informasi yang disalahartikan.
Buatlah Tim Kecil yang Berisi Orang-Orang dengan Kemampuan Luar Biasa dan Berikan Mereka Tenggat Waktu yang Ketat
Pernahkah kamu duduk di sebuah meeting yang begitu menjemukan, mendengarkan orang-orang berbicara berjam-jam tanpa adanya kemajuan yang dibuat sama sekali. Banyak dari kita yang pernah merasakan pengalaman ini dan berusaha sekeras mungkin untuk menghindarinya. Dalam rangka menghindari inefisiensi semacam ini, perusahaan perlu mempersingkat proses kerjanya. Salah satu caranya adalah dengan membuat sebuah kelompok kecil yang terdiri dari orang-orang berkemampuan tinggi dan berdedikasi untuk menjalankan proyek dengan lancar.
Alih-alih membuat sebuah tim berukuran besar yang berisi banyak orang berkemampuan baik, bangunlah tim kecil yang hanya terdiri dari orang-orang terbaik bertalenta tinggi. Dengan begitu, setiap orang yang ada di dalam tim akan berkontribusi optimal dan tak akan ada satupun orang pun yang menghambat jalannya tim.
Metode ini terbukti dapat diterapkan di Apple secara efektif yang mana tim core design dan pemasaran tak pernah berisi lebih dari 100 orang. Steve Jobs lah yang mengusulkan angka ini mengingat ini adalah jumlah maksimal dari nama yang bisa beliau ingat dalam satu tim. Jobs menerapkan peraturan ini dengan begitu ketat sehingga jika saja terdapat orang baru yang ingin bergabung dengan tim, harus terdapat orang lain pada posisi yang sama yang meninggalkan tim tersebut. Atau dengan kata lain, orang yang baru harus lebih mampu dan sesuai secara kemampuan dibandingkan dengan orang yang digantikan: hasil dari kebijakan ini adalah, tim menjadi semakin efisien dan kemampuan dari anggota di dalamnya pun meningkat.
Saat tim berkemampuan mumpuni telah terbentuk, arahkan mereka untuk bekerja se-efisien mungkin dengan memberikan mereka tenggat waktu yang ketat. Menurut penulis, orang-orang cenderung bekerja dengan lebih baik dan lebih efisien saat mereka diberi waktu yang terbatas untuk menghasilkan pekerjaan dengan kualitas tinggi. Contohnya Apple hanya memberikan waktu 3 bulan untuk proyek pemasaran; 3 bulan yang diberikan mencakup waktu untuk proses brainstorming hingga hari di mana iklan diluncurkan. Ini adalah jangka waktu yang cukup untuk memilih dan mengembangkan ide terbaik, dan untuk mempersiapkan strategi peluncuran tanpa membuatnya begitu rumit. Waktu yang terbatas juga mencegah munculnya terlalu banyak ide yang bertentangan.
Berpikirlah secara Kreatif dan Berbeda untuk Mengungguli Rival-Rivalmu
Beberapa orang berpikir bahwa untuk bisa maju dalam berbisnis, salah satu caranya adalah dengan menirukan apa yang telah dilakukan perusahaan sukses. Namun sebenarnya, kesuksesan dalam berbisnis bergantung pada inovasi dan kreativitas. Jika perusahaan mu adalah pihak pertama yang datang dengan sebuah produk baru yang mampu memberikan solusi terhadap masalah yang berarti, kemungkinan besar kamu akan mempunyai pangsa pasar terbesar atas produk tersebut (market leader).
Menjadi yang pertama dalam memperkenalkan sebuah produk di pasar memberikan kamu beberapa keunggulan dibandingkan dengan rival-rivalmu. Ketika mereka sedang berusaha untuk menghasilkan produk yang bisa berkompetisi dengan versi awal dari inovasimu, kamu sudah berada pada tahap pengembangan generasi selanjutnya yang tentunya lebih baik dalam segala aspek.
Contohnya, Apple merupakan perusahaan pertama yang sukses memproduksi MP3 Player dengan konsep berbeda bernama iPod. Dengan produk ini, Apple mampu mendominasi ~65% dari pangsa pasar. Dalam perjalanannya, iPod generasi baru dengan spesifikasi yang lebih baik terus diproduksi dari waktu ke waktu, meninggalkan perusahaan lain untuk mengejarnya; dengan menjadi pemain pertama, Apple mampu mengantongi sebagian besar keuntungannya.
Selain menjadi inovatif dalam hal kreasi produk, perusahaan juga harus inovatif dalam hal pemasaran jika ingin terlihat menonjol di mata konsumen. Apple merupakan salah satu perusahaan yang telah berhasil meluncurkan strategi pemasaran yang sukses dalam sejarah dengan cara mengeksplorasi cara-cara baru dalam menciptakan iklan.
Pernahkah kalian melihat kampanye “Think Different” yang diluncurkan oleh Apple? Dalam kampanye ini Apple tidak mencoba untuk mengiklankan sebuah produknya yang spesifik. Alih-alih, kampanye ini mengangkat atau menyuarakan kepada publik akan values (nilai) yang dipegang erat oleh perusahaan. Kampanye ini bisa dibilang sukses karena telah membuat masyarakat global mengasosiasikan Apple dengan inovasi dan kreativitas. Cara Apple memasarkan produknya juga unik. Saat perusahaan lain menuliskan semua fitur-fitur berbeda dari produknya, Apple hanya menggunakan satu gambar dan membiarkan desain dari produknya berbicara kepada calon pembeli. Pendekatan pemasaran yang inovatif ini membedakan Apple dari kompetitor-kompetitornya.
Apple Menerapkan Konsep Simplicity (Kesederhanaan) pada Setiap Proses Kerjanya
Apple dikenal dengan pendekatannya yang simpel terhadap berbagai macam hal. Seperti yang kita lihat, simplicity memengaruhi pendekatan Apple terhadap pemasaran, desain produk, dan bahkan jumlah orang yang mengikuti meeting. Namun, kapankah sebenarnya pendekatan ini diadopsi?
Ini semua dimulai ketika Steve Jobs kembali bekerja untuk Apple di tahun 1997 dan menjadikan simplicity sebagai tujuan utamanya. Salah satu hal yang pertama kali beliau lakukan adalah menunjukkan sebuah bagan yang hanya terdiri dari empat kuadran untuk mengilustrasikan arah yang baru dan simpel yang Apple akan ambil kedepannya. Alih-alih memproduksi banyak model yang berbeda, Steve menginginkan Apple untuk hanya memproduksi empat model komputer: laptop untuk profesional dan konsumer umum, dan desktop untuk profesional dan konsumer umum. Semenjak momen itu, setiap produk dari Apple merupakan hasil dari proses simplifikasi.
Bahkan, semua produk Apple melalui sebuah proses di mana fitur-fitur yang tidak penting dan memperumit desain untuk dihilangkan. Lihat saja desain iPhone atau iPad lama yang kalian miliki, hanya ada satu tombol utama di bagian depan layar. Mengapa? Karena di samping 0, angka 1 merupakan nomor paling sederhana yang bisa dibayangkan. Ide di balik desain ini adalah bahkan jika sebuah produk memiliki fitur yang beragam, kita akan merasa aman karena hanya dengan satu klik saja, kita dapat kembali ke home screen yang familiar.
Di samping simplifikasi produk, Apple juga menyederhanakan sisi pengalaman pelanggan (customer experience). Mereka mengerti bahwa dengan menyediakan terlalu banyak pilihan dapat membuat pelanggan merasa gelisah; setelah produk dibeli, mereka bisa saja bertanya-tanya “Apakah mereka telah membuat pilihan yang tepat?”. Maka dari itu, di toko-toko milik Apple, pelanggan diperlihatkan dengan pilihan yang terbatas dan cara yang sederhana untuk mengetahui produk yang mana yang terbaik untuk mereka. Ini akan membuat mereka puas dengan pilihan mereka, dan menghindarkan mereka dari rasa penyesalan karena tidak membeli model yang sedikit berbeda. Ya, simplicity adalah ciri khas dari Apple dan merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan ini bisa menjadi begitu sukses.
Karyawan Apple Mencintai Apa yang Mereka Lakukan, Karenanya Mereka Bekerja Keras untuk Menciptakan Produk yang Terbaik
Hidup itu terlalu pendek jika digunakan untuk melakukan sesuatu yang membuatmu menderita. Jujur saja, jika saja kamu tidak memiliki gairah terhadap sesuatu, maka kamu tak akan menuangkan seluruh energimu ke dalamnya. Gairah (passion) itu vital, dan sebagian besar dari kesuksesan Apple diperoleh berkat tim di dalamnya yang memiliki passion.
Tak mengherankan jika pendiri Apple, Steve Jobs dan Steve Wozniak, membangun komputer Apple yang pertama dengan semangat untuk memproduksi komputer yang simpel dan user-friendly (mudah digunakan). Kecintaan dan pengorbanan ini lah yang membawa Apple menjadi salah satu perusahaan teknologi yang paling sukses di dunia. Bahkan setelah Jobs meninggalkan Apple di tahun 1985, dia masih menganggap perusahaan tersebut seperti anak yang ia cintai. Dan saat Apple mengalami kesulitan di tahun 1997, Jobs memutuskan untuk kembali.
Jobs mengorbankan kehidupan pribadinya untuk membalikkan kondisi perusahaan. Sebagai salah satu upaya perbaikan, beliau membuat kebijakan yang mana Apple hanya akan mempekerjakan orang-orang yang percaya dan berani untuk mewujudkan visi untuk menjadikan Apple sebagai perusahaan terhebat di dunia. Karyawan harus mempunyai gairah dan semangat untuk membuat perubahan positif di dunia dan terhadap teknologi. Berkat kebijakan ini, Jobs dapat membentuk sebuah tim yang passionate.
Apple juga memahami kapan saat nya untuk mengayunkan “tongkat sederhananya” (simple stick) untuk memastikan bahwa tim menciptakan produk yang terbaik. Ketika sebuah proyek menjadi begitu rumit, proyek tersebut harus disederhanakan. Tim proyek tersebut harus “dipukul” dengan “tongkat sederhana”. Proyek tidak akan mendapatkan lampu hijau hingga semua orang yang terlibat puas terhadapnya, termasuk Steve Jobs yang dikenal dengan standar tingginya.
Contohnya, di tahun 1997, departemen pemasaran menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mendesain iklan iMac baru. Namun Jobs membenci ide pertama yang dihasilkan oleh tim karena ia pikir ide tersebut tak cocok dengan image (citra) dari Apple. Maka dari itu, departemen pemasaran bekerja hingga larut malam untuk datang dengan ide terbaik yang mampu memuaskan Jobs. Berkat kerja keras mereka, ide “Think Different” merupakan salah satu iklan iconic dunia yang berhasil memenangkan penghargaan bergengsi. Ini semua tak akan mungkin dilakukan jika tim tak mempunyai gairah terhadap pekerjaannya.
Steve Jobs Merupakan Alasan Utama Mengapa Apple Dapat Merebut Kembali Masa Kejayaannya di tahun 1990-an
Steve Jobs merupakan salah satu figur publik ternama dunia di abad ke-21. Ini bisa diraih karena beliau telah turut serta melakukan revolusi terhadap industri komputer secara keseluruhan. Tetapi bagaimana prosesnya hingga beliau bisa berada di tahap tersebut? Tingkat kepopuleran beliau mulai beranjak naik saat kembali memimpin Apple yang hampir bangkrut dengan mengembalikan fokus perusahaan pada simplicity. Di tahun 1997, Apple hanya mempunyai waktu beberapa bulan saja sebelum kegiatan operasional perusahaan berhenti total. Saat itu perusahaan juga telah kehilangan citra produsen teknologi yang simpel dan berkualitas tinggi.
Ketika Jobs kembali, dia benar-benar serius untuk mengembalikan reputasi perusahaan dengan mengingatkan karyawan dan pelanggan bahwa core values (nilai inti) yang menjadi fondasi dasar dari Apple adalah simplicity dan inovasi. Jobs juga menghapuskan departemen-departemen berbeda yang memproduksi model Mac dan software mereka masing-masing; Jobs ingin memfokuskan Apple untuk hanya memproduksi sedikit jenis produk yang telah terseleksi. Pendekatan ini berpengaruh secara cepat terhadap perusahaan dengan kesuksesan iMac pertama di tahun 1998: kejayaan Apple yang sempat hilang kini telah kembali.
Jobs juga telah menciptakan sebuah citra untuk Apple yang akan membentuk kesuksesan Apple untuk beberapa dekade mendatang. Image ini dikemas dalam kampanye “Think Different” yang sudah diluncurkan sebelum Apple mempunyai produk baru untuk dijual. Dengan kampanye ini, Apple menjual nilai kreativitas dan inovasi, dan mampu mendongkrak penjualan dari Apple bahkan sebelum diperkenalkannya iMac baru. “Think Different” ternilai sangat sukses karena kampanye ini berfokus pada bagaimana Apple harus dipersepsikan dan apa yang pelanggan harus hargai dari Apple. Kampanye ini juga telah mengembalikan citra Apple sebagai merek yang datang dengan teknologi mutakhir dan inovatif. Jobs juga membuat orang-orang yang berinvestasi di Apple merasa bahwa mereka telah membantu inovasi dan kreativitas tetap hidup di sebuah lingkungan yang mempunyai pendekatan tradisional terhadap pemasaran dan pengembangan produk.
Terima kasih telah membaca kawan! Semoga tulisan ini bermanfaat!
Add a comment