Kita semua menginginkan untuk melaksanakan meeting yang produktif di mana setiap anggota memiliki pemahaman yang sama terhadap hal yang sedang dibahas. Sayangnya, bukan hal ini yang sering kali terjadi. Dalam meeting, orang-orang justru berbicara ngalor-ngidul tak menentu. Banyak dari anggota tim, walaupun mereka bingung dan merasa tak yakin, memilih untuk diam karena takut terlihat bodoh di depan rekan kerja saat mereka mengungkapkan ketidak-pahaman mereka. Keheningan semacam ini tidaklah jarang, bahkan saat masalah penting sedang terjadi.
Sebagai solusi, penulis datang dengan ide Team Alignment Map – sebuah alat (tool) yang dirancang untuk menyelesaikan masalah manajemen proyek yang kerap kali muncul. Chart (bagan) sederhana ini dapat membantumu untuk berencana sekaligus melakukan pengecekan terhadap proyek-proyek dengan tetap memberikan ruang bagi tiap anggota untuk berpartisipasi aktif dan berkolaborasi antar satu dengan yang lain. Jika kamu mendapatkan tugas untuk menjadi pemimpin dalam sebuah proyek, tool sederhana ini akan cukup membantu.
Terdapat Alasan-Alasan Umum Mengapa Tim Sering Kali Mendapatkan Hasil yang Buruk
Proyek besar dan penting membutuhkan kerjasama tim yang efektif, tidak ada cara lain. Agar tim bisa hadir dengan solusi dan pencapaian yang lebih baik, ada dua masalah besar yang harus dipecahkan terlebih dahulu, yakni: lingkungan tim yang tidak aman (unsafe team environments) dan ketidakselarasan aktivitas (activity misalignment).
Tidak sulit untuk menilai bahwa sebuah tim mempunyai lingkungan yang tak aman. Tanda- tanda yang bisa dilihat dengan jelas di antaranya: anggota yang merasa tak nyaman untuk menyuarakan pendapatnya dan apa yang dikhawatirkannya, mereka juga takut untuk berbeda pendapat dengan yang lain. Anggota cenderung merasa tak dihargai dan ada hawa kompetisi antar anggota yang terasa lebih kuat dibandingkan dengan hawa untuk berkolaborasi.
Terkait dengan activity misalignment dalam tim, ada beberapa hal (red flags) yang bisa kamu cermati. Yang paling mencolok adalah ketika anggota tim mengalami kebingungan dengan peran yang dimainkan oleh anggota lain dalam tim. Red flag selanjutnya adalah ketika terdapat banyak meeting yang tidak benar-benar menyelesaikan masalah, lalu kerap bergantinya prioritas, dan tak ada satu orang pun yang benar-benar berkomunikasi. Akibatnya, banyak aktivitas dari anggota yang terduplikasi, dan tak ada banyak perkembangan yang terjadi pada proyek padahal perusahaan sedang membutuhkan loncatan besar.
Maka dari itu, menyelesaikan salah satu dari dua masalah ini tidak akan cukup. Saat tim perlu memecahkan masalah yang cukup kompleks, kedua masalah tersebut harus segera diatasi. Maka dari itu, Team Alignment Map (TAM) hadir sebagai solusi.
Team Alignment Map (TAM) Menghadirkan Kejelasan dan Memberikan Tujuan yang SMART
Perencanaan (planning) dan penilaian (assessment) adalah dua hal yang sangat penting terhadap kesuksesan dari sebuah proyek. Dalam tahap perencanaan (planning), tim menyatakan apa yang menjadi misi, menetapkan tujuan (goals) untuk diraih, memetakan peran dari tiap anggota, dan mengajak orang untuk bergabung kedalam tim. Tahap penilaian (assessment) juga sama pentingnya karena ini menyangkut tentang pengecekan perkembangan proyek (checking-in), melacak masalah yang berpotensi untuk timbul, membuat penyesuaian terhadap rencana serta implementasi, dan mempertahankan moral kerja dari anggota tim. Team Alignment Map (TAM) bertujuan untuk membantu manager menangani dua aspek di atas sehingga tiap orang memiliki pemahaman yang sama dan memiliki ruang untuk bersuara.
TAM adalah bagan sederhana yang terdiri dari 4 kolom untuk membantu tim memahami pilar- pilar penting yang menjaga keberlangsungan proyek, dengan pernyataan misi dan periode (jangka waktu pelaksanaan) proyek dituliskan di atas 4 kolom tersebut. Contoh chart TAM bisa dilihat pada gambar urutan kedua di atas. Dituliskannya misi dan periode ini bermaksud untuk menetapkan arah yang pasti dan jelas untuk proyek, entah kamu masih dalam tahap perencanaan ataupun melaksanankan assessment meeting.
Misi pada TAM harus dituliskan dengan nada yang memotivasi dan memiliki arti bagi para peserta; selain itu setiap anggota tim harus setuju terhadapnya. Ketika mereka melihat deskripsi dari misi, para anggota harus mampu melihat apa yang sedang diciptakan atau dikembangkan, dan mampu memahami mengapa proyek ini penting. Dituliskannya periode proyek berfungsi untuk mengingatkan anggota akan berapa lama lagi waktu yang mereka miliki untuk menyelesaikan proyek dan langkah apa saja yang harus diambil agar proyek dapat selesai tepat pada waktunya.
Kemudian, 4 kolom dari TAM menjelaskan tentang 4 pilar penting dari sebuah proyek. Kolom TAM yang pertama disebut dengan “Joint Objectives”, kolom kedua adalah “Joint Commitments”, kolom ketiga berjudul “Joint Resources”, dan kolom terakhir bernama “Joint Risks”.
Pada kolom “Joint Objective”, tim harus mampu menjawab dua pertanyaan: hal apakah yang akan diraih secara bersama-sama? Dan aktivitas/tugas apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut? Penulis menyarankan agar dalam menuliskan tujuan, tim perlu menerapkan metode SMART yang merupakan kepanjangan dari: Specific (Spesifik), Measurable (Dapat Diukur), Achievable (Dapat Diraih), Realistic (Realistis), dan Time-bound (Berbatas Waktu). Jangan hanya menulis “Perbanyak pendapatan” sebagai tujuan; alih-alih buat tujuan yang jelas seperti, “Tumbuhkan pangsa pasar di Tiongkok sebesar 20% pada semua product line hingga akhir tahun ini.” Saat semua anggota memahami dengan jelas mengenai apa yang harus diraih, mereka akan paham dengan tujuan tersebut dan bagaimana untuk mencapainya.
TAM Memberdayakan Anggota Kelompok dan Melacak Potensi-Potensi Masalah
Setelah misi dan “joint objectives” ditetapkan, setiap anggota dalam tim seharusnya sudah memiliki gambaran yang cukup jelas terkait dengan ide, tujuan dari proyek serta cara-cara untuk meraih tujuan tersebut. Pada kolom selanjutnya, “join commitments”, tim dapat menjabarkan lebih lanjut terkait dengan “siapa melakukan tugas apa”. Di tahap ini, ketua tim membuka kesempatan bagi tiap anggotanya untuk berkomitmen dan memilih aktivitas mana yang akan ia kerjakan.
Kamu dapat memperbolehkan para anggota untuk berdiri dan menuliskan nama mereka di samping aktivitas tertentu pada bagan, atau kamu dapat bertanya pada tiap anggota dan meminta komitmennya untuk melakukan peran tertentu. Kemudian orang yang ditunjuk harus menyatakan setuju atau tidak secara verbal di hadapan anggota meeting lainnya. Ini dimaksudkan untuk memperjelas peran dan komitmen dari tiap anggota di depan anggota lain. Dengan begitu, ketidak-jelasan terkait peran serta penolakan peran yang tidak disuarakan, yang dapat menggerus moral kerja dari tim, dapat dieliminasi.
Setelah tugas dan peran dari tiap anggota telah terbagi dengan jelas, kita bisa beralih ke kolom ketiga, yakni “joint resources”. Pada kolom ini, tim wajib menuliskan “apa saja sumber daya yang diperlukan oleh anggota tim untuk memenuhi kewajiban mereka? Berapa banyak waktu dan uang? Bagaimana dengan material, peralatan, komputer dan statistik? Akankah mereka membutuhkan penasihat hukum di tengah jalan?”. Semua hal ini perlu dipertimbangkan, dan apapun yang dibutuhkan perlu dicatat dengan jelas dan ringkas.
Pada kolom terakhir, “joint risks”, tim diminta untuk mempertimbangkan segala risiko yang mungkin muncul dalam pelaksanaan proyek. Bisakah masalah teknik terjadi pada setiap tahap? Apakah peralatan tidak sesuai standard? Bagaimana jika client tinggal di zona waktu yang berbeda dan ini berpotensi untuk mengakibatkan keterlambatan proyek sehingga tim juga harus mempertimbangkannya. Risiko dari seorang anggota adalah risiko bagi seluruh tim; seluruh kegiatan di dalam tim sangat tergantung antara satu dengan yang lain. Risiko harus ditulis dengan jelas dalam bagan TAM sehingga setiap anggota dapat mengetahui, mempertimbangkan dan menemukan solusi secara bersama-sama.
Digunakannya TAM Dapat Membantu Untuk Menemukan Masalah Sebelum Mereka Terjadi
Di bagian ini, akan kita coba untuk melihat bagaimana penerapan TAM dalam sebuah proyek. Kita akan coba perhatikan apa yang disebut dengan forward pass: mengisi TAM dari bagian heading (misi dan periode proyek) hingga kolom “joint risks”. Kita juga akan lihat apa yang dimaksud dengan backward pass, yang terjadi ketika dua kolom terakhir pada TAM, “joint resources” & “joint risks”, memunculkan kebutuhan untuk memeriksa ulang apa yang tertulis dalam objectives dan commitments.
Katakanlah kamu sedang bekerja untuk sebuah agensi komunikasi dan dipekerjakan secara mendadak untuk mengerjakan proyek kampanye media sosial dari salah satu client. Dengan segera kamu membentuk sebuah tim yang terdiri dari 5 orang, yakni: Tess, Lou, Matteo, Pablo, dan Honora. Untuk memperlancar jalannya proyek, kamu menggunakan TAM. Di tahap awal, tim harus menentukan misi dan periode proyek. Misi yang telah tim putuskan adalah “Pengembangan Strategi Media Sosial” dalam waktu “4 Minggu”.
Selanjutnya, tim perlu memutuskan terkait tujuan dan aktivitas apa saja yang perlu dilakukan dalam kolom “Joint Objectives”. Setelah berdiskusi, tim datang dengan 3 hal utama, yakni: 1. Dilakukannya keyword analysis yang kemudian dituangkan ke dalam sebuah report, 2. Dilaksanakannya wawancara dengan client, 3. Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) dan seluk beluk lain dari kompetitor.
Dengan ditetapkannya objectives, tim kemudian beralih ke kolom “Joint Commitments”. Honora setuju untuk melakukan keyword analysis, dan Matteo setuju untuk menuangkan hasil temuan Honora ke dalam sebuah laporan (report). Terkait dengan wawancara client, semua anggota setuju untuk berpartisipasi. Untuk melakukan analisis terhadap kompetitor, Pablo, Tess dan Lou akan mengerjakannya secara bersama.
Setelah penanggung jawab dari tiap aktivitas jelas, pertanyaan selanjutnya yan perlu dijawab adalah Joint Resources (sumber daya) apa saja yang dibutuhkan? Untuk melakukan keyword analysis, Honora dan Matteo membutuhkan analytics software. Kemudian, setiap anggota akan membutuhkan akses ke sebuah database untuk mengumpulkan data hasil wawancara dengan client. Terakhir, Tess perlu meluangkan sedikit waktu dalam jadwalnya.
Kolom terakhir yang perlu diperhatikan adalah “risiko apa saja yang bisa muncul dari proyek ini? (Joint Risks)”. Menurut pengalaman Honora, tidak semua client akan memiliki waktu luang ketika tim berkunjung secara mendadak. Risiko terakhir yang disebutkan oleh Pablo adalah proyek ini terlalu tergantung kepada data. Setelah semua kolom di bagan terisi, ini berarti tim telah menyelesaikan forward pass.
Ini saatnya tim beralih untuk melakukan analisis backward pass, yakni adakah poin-poin pada dua kolom terakhir yang bisa dijadikan sebagai objectives (tujuan)? Bagaimana dengan akses ke database? Karena dinilai vital, akses ke database yang berada pada kolom Joint Resources dipindahkan ke kolom Joint Objectives dengan penamaan aktivitas yang diubah menjadi “Pemberian Akses ke Database” yang akan diatur oleh Honora.
Sementara atas risiko tak bisa bertemu dengan client saat akan melakukan wawancara dapat diatasi dengan “Menjadwalkan wawancara dengan client jauh sebelum hari pelaksanaan” yang dituliskan dalam kolom “Joint Objectives”. Matteo setuju untuk bertanggung jawab atas tugas ini. Setelah selesai, tim dapat mengambil gambar dari peta ini dan mulai bekerja tanpa menghadapi kebingungan.
Temukan dan Solusikan Masalah Setelah Proyek Berjalan dengan Melakukan Rapid Assessment
Tak hanya membantu dalam tahap perencanaan, TAM itu sendiri cukup efektif digunakan untuk melakukan penilaian (assessment). Penilaian adalah kunci utama untuk menjaga agar proyek tetap berjalan pada jalur yang telah ditentukan. Sering kali, sebuah tim tak memiliki sistem yang tepat untuk melakukan pengecekan (checking in) sehingga anggota tim kerap kehilangan arah tanpa menyadarinya. TAM menawarkan sebuah cara untuk melakukan penilaian secara cepat sembari menghindari terjadinya meeting panjang yang tak membuahkan hasil positif.
Rapid assessments bisa dilakukan dengan memodifikasi chart TAM sebelumnya dengan menggambarkan dua garis horizontal yang melintasi 4 kolom “joint” sehingga mencipatakan 3 bagian bertingkat pada tiap kolomnya. Pada kolom Joint Objectives, dari mulai bagian paling atas hingga ke bawah, bisa dituliskan label “Clear, Neutral, dan Unclear” secara berurutan. Pada kolom Joint Commitments, dari mulai bagian paling atas hingga ke bawah, bisa dituliskan label “Explicit, Neutral, dan Implicit” secara berurutan. Sementara untuk kolom Joint Resources, dari mulai bagian paling atas hingga ke bawah, bisa dituliskan label “Available, Neutral, dan Missing” secara berurutan. Dan terakhir pada kolom Joint Risks, dari mulai bagian paling atas hingga ke bawah, bisa dituliskan label “Under Control, Neutral, dan Underestimated” secara berurutan. Untuk mempermudah memahaminya, kamu bisa lihat tabel TAM yang dimodifikasi ini pada gambar di atas.
Pada saat proses assessment berlangsung, tiap anggota diberikan kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya terkait perkembangan proyek. Proses ini bisa dilakukan secara anonim (anonymous) jika para anggota merasa tak nyaman melakukannya secara terbuka.
Bagaimana cara untuk mengisi tiap kolomnya? Tiap anggota berhak untuk memberikan penilaian pada proyek di tiap kolom (atau aspek) dengan menuliskannya pada salah satu dari tiga bagian penilaian. Misalkan, terkait dengan Joint Objectives, Tess menilai bahwa beberapa poin aktivitas sudah disampaikan dengan jelas, sementara beberapa poin aktivitas lainnya masih perlu penjelasan lebih detil; dengan begitu ia menilai bahwa Joint Objectives berada pada posisi Neutral. Untuk kolom Joint Commitment, Tess menilai bahwa tim sudah mendiskusikannya secara jelas sehingga tidak ada isu penting yang harus diselesaikan; Tess menilai bahwa Joint Commitment dari tim berada pada posisi Explicit. Untuk kolom Joint Resources, Tess minilai bahwa masih terdapat beberapa sumber daya yang belum dapat dipenuhi, namun karena sumber daya tersebut non-esensial bagi proyek, Tess memberi penilaian Neutral pada kolom Joint Resources. Berbicara tentang risiko proyek, Tess menilai keterlambatan sumber daya non-esensial masih belum menimbulkan masalah yang berarti namun tetap memerlukan perhatian dari tim, sehingga Tess menilai bahwa Joint Risk berada pada kondisi Neutral.
Saat semua anggota sudah menyuarakan pendapatnya, tim dapat melihat gambaran visual dari perjalanan proyek. Apakah proyek masih berada pada jalurnya? Dan apakah setiap anggota tim sudah memiliki tingkat pemahaman yang sama dari sebuah poryek? Pada kasus-kasus tertentu, dengan melaksanakan diskusi sederhana saja sudah cukup untuk memecahkan masalah. Namun jika diskusi sederhana tidak bisa menyolusikannya, maka tim bisa membuat objective & commitment baru yang dapat memperlancar jalannya proyek. Jika semua isu dapat dijawab dengan baik, maka kamu tak perlu ragu bahwa proyek sudah berada pada jalur yang benar.
TAM Memberikan Struktur, Rasa Keterlibatan dan Kepemilikian dalam Meetings
Walaupun kerap kali kita keluar dari meeting dengan hasil yang mengecewakan, kita tak boleh meremehkan kekuatan dari berdiskusi secara tatap muka karena sebenarnya masalah utama dari meeting yang tak berbuah terletak pada struktur nya yang tidak tertata yang justru semakin menimbulkan pertanyaan. Namun dengan TAM, masalah tersebut dapat dengan mudah dipecahkan.
Sangat dianjurkan agar kamu dapat mengatur jangka waktu dari meeting, entah itu 30, 60 atau 90 menit. Akan lebih baik jika agenda meeting sudah dituliskan dan dibagikan lebih awal kepada peserta. Contoh agenda yang baik terdiri atas: 10 menit pengantar terkait isu, 30 menit untuk melengkapi TAM, dan 25 menit untuk menjawab pertanyaan yang muncul.
Mengisi tiap kolom dari TAM secara bersama-sama dalam meeting dapat mempermudah, mendukung terjadinya kolaborasi dan memberi struktur terhadap jalannya meeting. Pastikan bahwa tim meluangkan cukup waktu untuk melakukan backward pass sebelum meeting berakhir. Tim juga bisa melakukan rapid assessment untuk mengidentifikasi pertanyaan dan isu yang masih belum terjawab. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa tiap orang dapat meninggalkan ruang meeting dengan rasa percaya diri dan memiliki kejelasan terkait dengan tugas, tujuan dan peran dari tiap anggota proyek.
Ada pula cara-cara lain yang dapat kamu lakukan untuk meningkatkan keterlibatan & moral kerja dari para anggota dalam meetings. Pertama, pemimpin tim harus memastikan bahwa tiap anggota memiliki waktu antara 2 hingga 5 menit untuk menyuarakan pendapat dan hal-hal lain yang dikhawatirkan, serta untuk menyatakan komitmen mereka saat tahap forward pass berlangsung. Kedua, jika kamu adalah pemimpin atau manager dari proyek tersebut, ikutlah berperan saat memberikan pengantar dan menetapkan misi, namun setelah itu tinggalkan ruangan meeting selama 30 menit dan biarkan tim melakukan forward pass secara mandiri. Berikan mereka ruang untuk menentukan aspek “bagaimana” dari proyek dengan mengisi kolom Joint Objectives, Join Commitments, Joint Resources, dan Joint Risks. Setelah selesai, kamu dapat kembali dan ikut berpartisipasi dalam melaksanankan tahap backward pass dan rapid assessment.
Memberdayakan anggota tim dengan memberikan mereka ruang untuk bersuara terhadap proyek dapat memunculkan rasa memiliki di benak para anggota sehingga mereka lebih bersungguh-sungguh dalam mengerjakan proyek dan mendapatkan hasil yang memuaskan dalam jangka panjang.
Adanya Kontrak Tim Akan Mengurangi Terjadinya Konflik Negatif dan Mendukung Terciptanya Lingkungan yang Aman
Mau tidak mau, dalam membentuk sebuah tim, kita harus menyatukan orang-orang dengan kepribadian berbeda yang juga memiliki tingkat ekspektasi yang berbeda terkait dengan komunikasi dan hubungan. Hampir semua pemimpin yang berpengalaman akan mengakui bahwa perbedaan ini sering kali mendatangkan konflik besar. Sebagai solusi, penulis menyarankan agar sebuah “kontrak tim” dapat dibuat terlebih dahulu sebelum proyek berjalan.
Seperti apa bentuknya? Sederhana sekali. Sediakan selembar kertas kosong besar berbentuk persegi panjang, lalu gambar sebuah lingkaran besar di tengahnya. Letakkan kata “IN” di dalam lingkaran, dan tuliskan kata “OUT” di luar lingkaran. Lihat gambar di atas untuk melihat bentuk dari chart lebih jelas. Lalu jawablah pertanyaan yang berbunyi “Perilaku dan sikap seperti apa yang ingin kamu lihat di dalam tim? Perilaku dan sikap seperti apa yang harus dihindari oleh anggota dalam tim?”. Pertanyaan ini tak hanya berlaku untuk mengatur gaya berkomunikasi dan perilaku secara umum, namun juga untuk menghadapi isu seperti sumber daya yang digunakan secara bersama. Akan lebih baik jika pemimpin tim memberikan waktu bagi tiap anggota untuk memikirkan jawabannya – maka dari itu, lemparkan lah pertanyaan ini kepada tim sebelum kamu membuat kontraknya.
Setelah semua anggota siap dengan jawabannya, jadwalkan sebuah meeting dan minta setiap orang untuk menuliskan jawabannya pada kertas Post-It. Setiap anggota harus diberi waktu beberapa menit untuk membicarakan tentang INs (tindakan yang sebaiknya dilakukan) dan OUTs (tindakan yang sebaiknya dihindari) yang telah dituliskan dan mengapa mereka memilihnya. Contoh, kamu dapat menuliskan “Saling mendengarkan antara satu sama lain” sebagai IN dan “Berdiam diri saat masalah terjadi” kedalam kategori OUT. Ketika semua orang sudah menambahkan idenya dalam chart, manfaatkan waktu sekitar 20 menit untuk mendapatkan respon dari para anggota, menyaring kembali ide-ide tersebut, dan mengonsolidasikan kontrak. Terakhir, lakukan pemungutan suara untuk melakukan validasi terhadap kontrak tersebut.
Setiap anggota tim harus setuju bahwa pelanggaran terhadap apa yang telah tertulis di dalam kontrak akan menimbulkan sanksi yang bentuknya diputuskan secara case-by-case melalui meeting bersama. Walaupun jenis hukumannya tidak ditentukan lebih awal, akan lebih baik untuk menginformasikan ke seluruh anggota bahwa pelanggaran berat dapat mengakibatkan dikeluarkannya individu tersebut dari tim.
Dengan adanya kontrak tim, diharapkan kepercayaan dan keamanan psikologis dapat tercipta. Jika kamu ingin lebih memperkuat lingkungan tim yang positif, gunakan Respect Card. Pada dasarnya, ini adalah chart dengan dua kolom. Di kolom sebelah kiri berisi daftar tips tentang bagaimana caranya menunjukkan rasa hormat (respect) kepada anggota lain. Di kolom sebelah kanan berisi cara-cara untuk menunjukkan bahwa kamu menghargai (value) anggota lain. Tips- tips ini lebih menganjurkan anggota untuk mengajukan pertanyaan dari pada memberi perintah untuk rekan kerja, dan mengingatkan anggota untuk saling melengkapi dari pada saling mengkritik.
Dengan tools di atas, diharapkan kamu dapat mengubah meeting di masa mendatang menjadi lebih produktif dan sebagai tempat untuk mendapatkan kejelasan. Saat semuanya tertulis dengan jelas, kantor akan menjadi lokasi yang aman bagi karyawan untuk mengangkat masalah sebelum masalah tersebut berubah menjadi bencana.
Untuk mengunduh materi dan chart, silahkan kunjungi web di bawah:
Add a comment