Coba rasakan, apakah kamu bahagia saat ini? Kita sering berandai-andai bahwa hidup akan terasa lebih baik jika kita memiliki uang berlimpah, waktu luang lebih banyak, atau mendapatkan pekerjaan baru. Walaupun hal-hal tersebut bisa memberimu kebahagiaan, kamu tak bisa merasakannya sekarang juga. Menurut penulis, kebahagiaan ada di tanganmu, dan langkah pertama yang perlu kamu ambil adalah dengan mencintai diri sendiri (self-love).
Menurut Hukum Atraksi (Law of Attraction), Pikiranmu Mengendalikan Realitamu
Di masa kecilnya, keluarga penulis berada dalam keadaan ekonomi yang serba terbatas. Ketika seorang teman dari penulis mengajaknya untuk bertamasya ke luar kota, dengan terpaksa Vex menolaknya. Namun anehnya, beberapa minggu kemudian sebuah cek senilai £500 muncul di kotak surat rumah; dan jumlahnya sama dengan biaya untuk bertamasya. Apakah yang melatarbelakangi hal ini? Penulis percaya bahwa ini semua disebabkan oleh Hukum Atraksi (Law of Attraction) yang berbunyi: ketika kamu percaya bahwa sesuatu yang baik akan terjadi, semakin mungkin kebaikan itu akan terwujud.
Sebaliknya, jika kamu memusatkan perhatian hanya pada pikiran negatif, maka semakin besar kemungkinan hal yang buruk akan melanda. Dan inilah yang terjadi pada penulis di masa itu. Selama berminggu-minggu ia percaya bahwa, entah bagaimana caranya, ia akan dapat membayar biaya yang diperlukan untuk bertamasya, dan alam semesta menjawabnya dengan memenuhi harapan sang penulis.
Namun semakin dewasa, penulis sadar bahwa dengan berpikiran positif saja tidak cukup. Pikiran positif harus dibarengi dengan perasaan positif juga: teori ini kemudian penulis sebut dengan Law of Vibration (Hukum Getaran). Ketika kamu memancarkan rasa riang gembira (yang merupakan energi positif), realita di sekitarmu juga akan ikut menjadi positif; Layaknya magnet, kamu akan menarik hal-hal baik untuk menempel pada dirimu.
Sekilas, mungkin teori ini terdengar tak masuk akal, tapi percaya atau tidak, teori ini didasarkan pada ilmu pengetahuan, bukan tebak-tebakan. Sekarang coba pikirkan, segala hal yang ada di alam semesta, termasuk otak dan jantung kita, terbuat dari atom-atom yang bergetar. Dengan mengikuti logika ini pula, maka segala sesuatu yang kita pikirkan dan rasakan juga memiliki getaran. Penulis percaya bahwa rasa bahagia dan mencinta memiliki frekuensi getaran yang tinggi. Sementara rasa marah, benci dan depresi bergetar pada frekuensi yang rendah.
Jadi, ketika kamu dapat mengatur getaran yang ada dalam dirimu, di saat itu juga kamu dapat mempengaruhi dunia yang ada di sekitarmu. Ketika sebuah atom bergetar, maka atom-atom di sekitarnya juga akan ikut bergetar pada frekuensi yang sama. Jika emosimu bergetar pada frekuensi yang tinggi, maka dunia di sekitarmu juga akan menyesuaikan diri dengan emosimu. Hasilnya? Duniamu menjadi penuh dengan kebahagiaan dan cinta.
Kamu Dapat Mengendalikan Frekuensi Getaranmu
Emosi kita tak jauh berbeda dengan salah satu spesies alga hijau yang mendapatkan energinya dari tanaman atau mahluk lain. Ketika kesialan atau kegagalan menghampiri, kita dapat mengubah suasana hati yang awalnya sedih menjadi sedikit lebih berbahagia dengan menyerap energi positif dari lingkungan sekitar. Agar perasaanmu dapat bergetar dengan frekuensi yang lebih tinggi, pertama-tama kamu harus menghabiskan lebih banyak waktu bersama orang-orang dengan energi positif karena getaran yang baik itu menular. Jika kamu bergaul dengan teman-teman yang memancarkan cinta dan kebahagiaan, keadaan emosi mereka akan mengalir kepadamu. Jangan mempersulit kedatangan energi positif dengan menempatkan diri di antara orang-orang berenergi negatif.
Cara kedua untuk meningkatkan getaran emosi adalah dengan menampakkan bahasa tubuh yang positif. Penelitian menunjukkan bahwa dengan tersenyum – walaupun tak ada sesuatu yang memicumu untuk tersenyum – akan mendorong tubuh untuk memproduksi endorphins (yang merupakan bahan kimia alami yang diproduksi oleh tubuh untuk meredakan stres dan rasa sakit). Jadi di saat kamu merasa sendu, paksakan diri untuk tersenyum dan coba rasakan manfaatnya :). Selain tersenyum, berpose dengan gaya yang gagah dan perkasa selama dua menit saja dalam sehari dapat meningkatkan aliran hormon testosterone sebesar 20% dalam tubuh, dan ini juga akan berakibat pada meningkatnya rasa percaya pada diri sendiri.
Ketiga, mungkin cara ini terdengar counterintuitive untuk sebagian besar teman-teman extrovert, namun mengistirahatkan diri dari bersosialisasi dapat meningkatkan frekuensi getaranmu. Mengambil beberapa langkah ke belakang dari pertemuan sosial itu dapat membantu mengisi ulang daya bateraimu yang mulai menipis. Sebagai gantinya, kamu dapat mengisi waktu yang kosong untuk menikmati alam dengan berjalan santai di taman kota, atau sekedar membaca buku dengan dikeliling pepohonan. Jika cuaca sedang cerah, sinar matahari pagi yang menyentuh kulitmu dapat membantu tubuh memproduksi vitamin D dan serotonin: yang merupakan bahan dasar untuk menstabilkan suasana hati.
Tidaklah Egois Untuk Menyingkirkan Manusia Toxic dari Hidupmu
Berada di sekitar manusia-manusia negatif dapat membuatmu merasa seperti tak memiliki harapan, lemah dan khawatir berkepanjangan. Sebagian besar dari kita bukanlah manusia yang kuat secara spiritual, jadi sangat mungkin jika perbuatan orang yang ada di dekat kita dapat mempengaruhi kita, terlebih jika yang mereka pancarkan adalah energi negatif. Mulai sekarang, buka mata dan telingamu lebar-lebar. Hindarkan diri dari orang-orang yang penuh dengan kebencian, dendam dan amarah.
Jika kamu tak segera membebaskan diri dari lingkaran manusia toxic ini, dirimu akan mulai bergetar pada frekuensi yang rendah; tak lama kemudian kamu juga dapat menularkan getaran buruk (bad vibes) ini kepada orang-orang terdekatmu. Layaknya pohon, jika kamu menancapkan akarnya pada tanah dan lingkungan yang beracun, potensinya untuk menjadi pohon yang kuat dan bermanfaat tak akan dapat terpenuhi.
Selain menolak kehadiran manusia-manusia berenergi negatif, sama pentingnya bagimu untuk memusnahkan perilaku toxic yang muncul dari dalam diri. Ketika kita melakukan perbuatan yang melewati batas, kadang kita seenaknya menjustifikasi perbuatan tersebut karena suasana hati kita yang sedang buruk. Sering, kita berasumsi bahwa orang di sekitar kita sedang baik-baik saja, dan oleh karena itu kita berhak untuk berbuat seenaknya tanpa memikirkan perasaan mereka. Padahal kita tak benar-benar mengetahui apa yang telah mereka lalui. Ketika kamu meluapkan emosimu begitu saja terhadap orang-orang terdekatmu, bisa saja kamu melukai mereka.
Sering kali ketika orang lain menuduh kita karena telah melukai perasaan mereka, kita berpendapat bahwa apa yang telah kita katakan atau perbuat tidak seburuk itu. Kita memilih untuk melepaskan diri dari tanggung jawab, dan menyalahkan mereka karena penafsiran mereka yang salah terhadap perbuatan kita. Namun nyatanya, kita tidak berhak untuk memberi tahu orang lain apakah perasaan mereka itu valid. Jika kamu telah menyakiti orang lain, bertanggung jawablah dan coba untuk berbuat lebih baik di lain hari. Sadari bahwa bertanggung jawab atas perbuatanmu adalah bagian dari upaya untuk mencintai diri sendiri (self-love).
Cintai Dirimu Agar Kamu Semakin Merasa Aman
Jika seseorang bertanya kepadamu tentang 5 hal apa yang paling kamu cintai di dunia ini, apa jawabanmu? Apakah mencintai dirimu sendiri termasuk salah satunya? Kenyataannya, kebanyakan dari kita menjawab tidak. Di dunia yang kita tinggali saat ini, banyak yang mengkhawatirkan pandangan orang lain terhadap diri kita masing-masing. Apakah mereka menyukai dan menghormati kita? Tetapi jarang dari kita yang bertanya, apakah kita mencintai dan menghormati diri kita sendiri.
Ini adalah masalah yang perlu segera ditangani karena kebahagiaan dan kepuasan yang sebenarnya akan muncul ketika kita dapat mencintai diri kita tanpa syarat, tanpa mempedulikan apa kata orang lain. Perlu kamu ketahui bahwa orang-orang akan lebih tertarik untuk mengenalmu jika kamu sudah merasa nyaman dengan diri sendiri dan kamu bisa menampakkan rasa percaya diri itu. Ketidakmampuan untuk mencintai diri sendiri akan mengirimkan getaran negatif (negative vibes) yang membuat dirimu sulit untuk dicintai.
Menurut penulis, salah satu bagian dari self-love adalah menerima dan mensyukuri tubuh yang telah diberikan kepadamu yang sebenarnya agak sulit untuk dilakukan. Terlebih di era dimana kita selalu dibombardir dengan gambar “kesempurnaan” fisik dari para artis dan selebgram yang muncul di berbagai macam platform media sosial. Fenomena ini menggoda kita untuk membandingkan diri dengan “kesempurnaan” yang dilihat. Di saat itu juga kita akan selalu merasa kurang dan rasa syukur yang ada mulai perlahan tergerus. Namun ingat, meskipun mereka terlihat lebih bahagia dari pada kita, mereka juga sedang berjuang menghadapi ujian melawan rasa ragu terhadap diri sendiri (feelings of self-doubt). Mengejar kesempurnaan fisik tak akan ada habisnya karena hampir pasti akan selalu ada orang yang memiliki fisik lebih baik dari pada kita.
“Apa yang tampak dari luar tidaklah penting. Yang lebih penting (untukmu saat ini) adalah memiliki fondasi kecintaan yang kuat terhadap diri sendiri sehingga kamu dapat menerima dirimu apa adanya.” Mungkin perkataan ini terdengan cliché, namun jika kamu resapi lebih dalam, kata-kata masih sangat relevan dengan kehidupan yang kita jalani sekarang.
Dalam Hidup, Kamu Bisa Memilih Untuk Menabur Biji-Biji Kebahagiaan atau Menanam Akar Ketidakbahagiaan
Menurut penulis, ada dua jenis pikiran yang tertanam dalam diri. Pertama, kita memiliki pikiran alam sadar (conscious mind) yang memberi tahu kita tentang apa yang sedang kita rasakan, pikirkan dan memberi kita akses kepada informasi dan pemikiran logis. Jenis pikiran kedua adalah pikiran alam bawah sadar yang merupakan sebuah ruang untuk menyimpan semua kepercayaan dan asusmsi yang dibentuk oleh lingkungan sekitar semenjak kita kecil hingga dewasa. Jika diibaratkan, pikiran alam sadarmu adalah berbagai macam tumbuhan yang ada di taman, sementara pikiran alam bawah sadar adalah tanah yang menjadi tempat akar dari tanaman tersebut besemayam.
Mari kita berimajinasi sejenak. Bayangkan bahwa kepercayaan adalah biji-biji yang mengakar di alam bawah sadarmu. Melalui akar, air dan nutrisi yang dikandung oleh tanah dikirimkan ke bagian atas tanaman yang akhirnya menghasilkan buah lezat dan cabang pohon yang rindang dan kuat. Namun jika biji dari tumbuhan yang ditanam memiliki karakter buruk, tumbuh kembang dari tumbuhan akan terganggu dan nutrisi yang ada di tanah tak dapat disalurkan oleh akar dengan baik. Untuk mengubah kenyataan yang kamu alami, kamu perlu mencabut tanaman dengan akar yang rusak. Selain itu, singkirkan semua biji dengan kualitas buruk dari taman.
Yang penulis coba katakan melalui perumpamaan di atas adalah: cobalah periksa kembali nilai dan kepercayaan yang kamu anut selama ini. Cari tahu asal usul kemunculan dari nilai dan kepercayaan tersebut. Ketika penulis mencoba memeriksa sistem kepercayaannya sendiri, dalam benaknya ia yakin bahwa tiap orang telah ditakdirkan untuk menjalani sebuah jalan hidup yang telah ditentukan. Dengan kepercayaan ini penulis berasumsi bahwa beberapa orang yang mempunyai kehidupan sukses hanyalah soal keberuntungan belaka, sementara mereka yang melalui hidup penuh kesengsaraan memang telah ditakdirkan untuk menjadi orang yang tak beruntung. Penulis percaya bahwa takdir hidup tak akan dapat pernah diubah.
Namun ketika beliau menggali semakin dalam mengenai kepercayaan ini, penulis sadar bahwa ia telah menerimanya dari orang yang dituakan dan memiliki otoritas di usia kanak-kanaknya. Karena beberapa orang lain juga setuju dengan sosok tersebut, penulis mulai percaya sepenuhnya terhadap nilai-nilai yang ada. Kepercayaannya akan takdir yang tak bisa diubah membuat penulis yakin bahwa keadaannya yang serba terbatas semenjak kecil ini akan ia alami hingga dewasa. Padahal anggapan ini hanyalah bias yang sudah tertanam di alam bawah sadarnya sedari ia kecil.
Ketika kamu coba mengamati kepercayaanmu, tanyakan pada diri apakah ini mengandung nilai positif atau negatif? Akankah nilai-nilai tersebut meningkatkan kualitas hidupmu atau hanya membatasi potensi yang tersimpan dalam diri? Untuk melepaskan kepercayaan negatif ini, yakinkan dirimu dengan menemukan bukti-bukti pendukung. Adakah kepercayaan alternatif yang mengandung nilai yang jauh lebih positif? Dalam hidupnya, penulis mencoba untuk membaca kisah dari orang-orang sukses yang pernah mengalami hidup susah, sama seperti apa yang ia alami, untuk meyakinkannya bahwa takdir juga bisa diubah.
Kamu Tak Memerlukan Banyak Sumber Daya Untuk Mewujudkan Mimpimu
Berpikiran positif memanglah penting, tetapi kenyataan tak akan berubah tanpa adanya usaha yang kamu berikan. Banyak orang ingin menjadi sukses, tapi tak banyak dari mereka yang berusaha untuk mendapatkannya. Kita menunda-nunda aksi yang seharusnya kita lakukan dengan berbagai macam alasan – entah itu karena tak mempunyai cukup waktu, uang atau keahlian. Untuk meruntuhkan semua “penghalang” itu, yang kamu perlukan hanyalah menjadikan tujuan utamamu sebagai prioritas teratas. Dengan menjadikannya prioritas, kamu akan rela untuk mengorbankan kenyamananmu & waktumu untuk meraihnya. Jika kamu hanya menunggu hingga kamu merasa siap, kamu akan tetap terus menunggu entah sampai kapan.
Jika kamu merasa kesulitan untuk menemukan motivasi yang mendorongmu untuk beraksi, mungkin kamu perlu membongkar satu tujuan besarmu itu menjadi serangkaian tugas-tugas sederhana yang kamu dapat lakukan setiap harinya. Misalkan, jika kamu ingin mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di luar negeri, hal pertama yang dapat kamu lakukan adalah mencari tahu terlebih dahulu di negara mana, universitas apa, dan di jurusan apa kamu ingin berkuliah. Berikan alasan yang tepat dan masuk akal tentang apa yang membuatmu memilih universitas tersebut. Setelah itu cari lembaga-lembaga yang bersedia untuk memberikanmu beasiswa, cari tahu apa saja persyaratannya dan apakah persyaratan tersebut dapat kamu penuhi. Lalu beranikan diri untuk mengikuti segala proses yang tiap lembaga telah atur. Kamu tak akan pernah tahu jika kamu belum mencoba.
Salah satu zat kimia yang diproduksi oleh tubuh untuk membuatmu tetap termotivasi adalah dopamine. Setiap kali kamu berhasil menyelesaikan satu dari sekian banyak rangkaian tugas sederhana untuk mencapai tujuan besarmu, otak akan memproduksi dopamine, dan ini akan membuatmu tetap termotivasi di tiap tahapnya. Wujudkan ambisi besarmu dengan satu langkah kecil tiap harinya. Tak peduli seberapa kecil langkah yang kamu ambil, langkah itu tetap bisa dihitung sebagai sebuah pencapaian karena kamu sudah berani melangkah.
Kamu Tak Bisa Mengatur Apa yang Terjadi, Tetapi Kamu Dapat Mengatur Reaksimu Terhadapnya
Kamu dapat mengatur usahamu dan mengambil langkah positif menuju tujuanmu, namun kamu tak akan pernah bisa mengatur dunia yang ada di sekelilingmu. Yang penulis maksudkan di sini adalah pengalaman yang menyakitkan pasti akan terjadi pada kita di titik-titik tertentu dalam hidup. Tetapi saat keburukan melanda, kamu dapat mempraktikkan self-love dengan menolak untuk menjadi korban dari keadaan tersebut. Ini juga bukan berarti bahwa kamu tak boleh merasa sedih; wajar sekali jika kita merasa sedih karena kita hanya manusia biasa.
Yang penulis anjurkan hanyalah, coba atur cara pandangmu terhadap kegagalan yang terjadi. Ketika kita memandang diri sebagai korban dari keadaan, kita akan memancarkan getaran dengan frekuensi rendah sehingga hidup akan tetap memperlakukanmu sebagai seorang korban. Di sisi lain, ketika kamu melihat pengalaman menyakitkan ini sebagai kesempatan untuk tumbuh, kamu akan bergetar pada frekuensi yang lebih tinggi. Kamu yakin bahwa sesuatu yang lebih baik akan terjadi di masa depan. Dan ini akan mendorongmu untuk terus melangkah.
Kejadian buruk memang terkesan jahat dan tak memiliki arti, namun mereka akan menguatkanmu. Rasa sakit adalah api yang menempa dan membentukmu menjadi versi terbaik dari dirimu. Usahakan untuk selalu melihat luka dari sudut pandang: “(Rasa sakit) ini tidaklah terjadi kepadaku, (Rasa sakit) ini terjadi untukku.” Filsuf dari Yunani Aristotle berkata bahwa segalanya terjadi untuk sebuah alasan. Mungkin kamu tak dapat melihat hikmah di balik bencana yang terjadi di saat itu juga, namun kita kamu telah beranjak dan mengenangnya kembali, kamu akan menyadari bahwa segala hal baik dan buruk yang telah terjadi telah menjadikanmu seseorang yang lebih baik.
Ayah dari sang penulis meninggal ketika ia masih sangat muda. Penulis dibesarkan dalam kemiskinan dan bahkan tak memiliki rumah untuk beberapa saat. Tetapi setelah melalui semua pengalaman ini, ia sadar bahwa ia tak akan sekuat ini. Pengalaman buruknya memberi Vex motivasi untuk menolong mereka yang baru saja kehilangan orang-orang terdekatnya. Untuk mempraktikkan self-love kamu harus menerima dirimu apa adanya, menerima semua pengalaman yang telah membentukmu, entah itu baik atau buruk, menyenangkan atau menyengsarakan. Pengalaman itu adalah benang-benang berwarna yang membentuk permadani unik dari kehidupanmu.
Add a comment