Sudahkah kamu memiliki arah dan tujuan untuk kehidupan pribadi dan profesionalmu? Jika kamu masih ragu-ragu dalam menjawabnya, tak perlu resah. Banyak orang lain yang juga tak tahu mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Akhirnya, setiap kali pulang dari kerja, kita tidak benar-benar merasa puas dengan pencapaian kita di hari itu; seperti masih ada ruang hampa yang sangat perlu diisi.
Mengetahui WHY (re: Tujuan) Mu Akan Membuat Kamu dan Bisnismu Semakin Memikat
Jika kamu pernah merasa hilang dan tak “penuh” dalam menjalani hidup, itu mungkin karena kamu belum mengidentifikasi tujuan sebenarnya (Simon Sinek menyebutnya dengan WHY) dari hidup. Tentu menemukan WHY tidaklah mudah. Tetapi, sekali kamu menemukannya, kamu akan bangun tiap pagi dengan penuh semangat, hati yang teguh dan merasa hidupmu lebih bermakna.
Sinek sempat kehilangan WHY dari hidupnya; ini juga menjadi faktor mengapa beliau mulai depresi dan tak bersemangat dengan pekerjaannya. Nasihat yang Sinek dapatkan dari banyak orang seakan tak ada yang bisa diterapkan dalam hidupnya. Setelah menghabiskan beberapa waktu untuk menemukan jati dirinya, beliau sadar bahwa WHY yang ia inginkan adalah untuk mengispirasi orang lain, dan keyakinan ini beliau tancapkan di bagian terdalam hatinya. Di saat itu juga beliau mulai melihat hidupnya dengan lebih jelas dan optimis. Kepercayaan diri yang beliau dapatkan kembali ini membuat orang lain menginginkan kepercayaan diri yang sama.
Teori menemukan WHY ini juga berlaku untuk perusahaan, contohnya Apple. Ketika kompetitor lain menawarkan produk yang lebih murah dengan lebih banyak fitur, pelanggan Apple tetap saja setia dengan produk Apple. Moto perusahaan yang berbunyi “Think Different” (berpikir beda) yang sekaligus menjadi dasar dari identitas dan secara singkat mendeskripsikan WHY dari perusahaan, ditangkap dengan baik oleh para pelanggan. Menurut penulis, pelanggan akan cenderung memberikan uangnya kepada sebuah bisnis dengan identitas yang “maju” atau progresif dari pada membeli produk yang sedikit lebih murah dari perusahaan yang biasa saja dan tak memiliki nilai utama untuk dijunjung selain keuntungan.
Mari kita lihat bagaimana perusahaan dengan tujuan dapat menarik lebih banyak pelanggan dibandingkan dengan perusahaan yang tak memiliki tujuan spesifik. Kita bisa amati fenomena ini dari kegiatan iklan dua perusahaan berbeda yang menawarkan kertas yang sama sebagai produknya:
Perusahaan A menonjolkan kualitas kertasnya yang di atas rata-rata dan dijual dengan harga yang terjangkau dalam beriklan; sementara Perusahaan B menunjukkan kesungguhannya dalam menciptakan produk berkualitas yang dapat membantu masyarakat luas dalam mendokumentasikan ide-ide mereka dan membagikannya dengan dunia. Menurutmu mana yang lebih menarik? Hampir bisa dipastikan iklan dari perusahaan B lebih menarik karena ia menjelaskan apa yang menjadi WHY (re: tujuan) dari perusahaan.
Temukan WHY (Re: Tujuan) Mu Dengan Melihat Masa Lalumu
Ketika kamu merasa berat untuk bekerja dan merasa bahwa pekerjaan ini melelahkan, tentunya ada sesuatu dari pekerjaan yang tak sesuai dengan WHY (re: tujuan) utamamu. Menurut penulis, pekerjaan yang membosankan sekalipun akan terasa nyaman untuk dikerjakan ketika kamu memiliki gairah kuat (passion) terhadapnya. Cara terbaik untuk menemukan passion itu adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam “Golden Circle” (Lingkaran Emas).
Melalui buku Sinek sebelumnya yang berjudul “Start With WHY”, beliau menjelaskan bahwa manusia memiliki 3 tahapan dalam melakukan sesuatu. Di tahap pertama, atau lingkar paling luar, kita membahas tentang “WHAT we do” (apa yang kita lakukan). Lalu di lingkar terdalam kedua, kita mendiskusikan tentang “HOW we do it” (bagaimana kita melakukannya). Kemudian di lingkar yang terdalam dan utama inilah kita coba untuk menemukan arti dari apa yang sebenarnya kita lakukan, yakni “WHY we do it” (mengapa kita melakukannya). Saat jawaban dari ketiga pertanyaan ini selaras, kamu akan menemukan kembali gairah terhadap pekerjaanmu.
Jika kamu merasa Golden Circle masih belum cukup untuk membantumu menemukan passion, coba lihat masa lalu yang telah kamu lalui. Dalam rangka membantu seorang wanita muda menemukan WHY (re: tujuan) nya, penulis melaksanakan sebuah metode discovery yang memberikan ruang bagi wanita tersebut untuk membagikan kisah hidupnya di masa lalu. Walaupun dalam proses ini sang wanita sempat merasakan kembali luka lama, penulis dapat menggali informasi yang berharga seperti keinginannya yang kuat untuk melindungi adik perempuannya dari siksaan ayahnya yang kejam. Dari situ penulis menyarankan bahwa WHY yang pantas untuk ia kejar adalah sebuah karir yang berjuang dalam melindungi orang-orang rentan yang tak mampu melindungi dirinya sendiri baik secara fisik, moral maupun ekonomi.
Perspektif Baru Dapat Membantumu Menemukan WHY (Re: Tujuan) Mu
Kamu sudah berkali-kali mencoba untuk menelusuri masa lalumu, namun kamu masih belum benar-benar yakin dengan tujuan yang kamu miliki. Jangan khawatir. Kadang memang sulit untuk menemukan tema atau pola umum dari suatu kisah atau hal-hal yang penting bagi kita. Oleh karena itu, akan sangat membantu jika kamu bisa mengajak orang lain untuk menawarkan pandangan pribadinya mengenai dirimu yang mungkin belum pernah kamu amati sebelumnya. Orang yang mengenalmu dengan baik akan menjadi sumber daya yang sangat berharga dalam mengidentifikasi WHY (tujuan) mu.
Orang tersebut tidak harus memiliki hubungan yang sangat dekat denganmu; akan tetapi ia harus memiliki sifat penasaran dan suka mengamati. Walaupun ia tak mengetahui detil latar belakang tentangmu dan keluargamu, selama ia bisa mengajukan pertanyaan yang bijak dan bermakna yang bisa mendorongmu untuk menceritakan detil-detil kecil dari cerita yang penuh dengan emosi sekaligus mencatatnya secara runtut dan detil, jejak pola yang kamu tebarkan akan mulai terlihat.
Dengan pertanyaan yang menyelidik, kisah yang awalnya hanya berbunyi “Di saat kecilku dulu, aku suka mengunjungi sepupu-sepupuku ketika musim panas tiba,” bisa berubah menjadi, “aku suka mengunjungi sepupuku di desa karena kita dapat menjelajahi hutan, mengamati seluruh isinya, dan terkesima dengan kejadian-kejadian yang ada di alam.” Dengan detil-detil kecil seperti ini, sebuah tema atau pola umum akan mulai muncul ke permukaan yang akhirnya menjadi penunjuk jalan pada WHY (tujuan) mu. Pendengar yang baik akan mendalami cerita dengan mengajukan pertanyaan yang membantunya mengambil kesimpulan dari beberapa cerita berbeda walaupun cerita-cerita tersebut memiliki tema dan makna yang terkesan tak berhubungan bagimu.
Workshop (Sanggar Kerja) Untuk Menemukan WHY Dapat Membantu Bisnis dan Tim Menemukan Kembali Tujuan Yang Sempat Hilang
Walaupun kamu telah menemukan profesi yang kamu cintai, kadang masih saja rasa frustasi itu muncul ketika perusahaan di tempat kamu bekerja tak memiliki visi yang jelas. Lebih mengkhawatirkan lagi jika itu adalah perusahaanmu sendiri! Agar kondisi ini tidak menjadi lebih parah, coba adakan workshop sederhana yang kegiatannya berfokus pada berbagi cerita mengenai pengalaman masing-masing anggota perusahaan selama mereka bekerja di sana, entah itu dari level manajemen hingga front-liner.
Workshop sejenis pernah dilakukan oleh perusahaan pembuat mesin espresso bernama La Marzocco. Karyawannya diminta untuk berbagi cerita yang mencerminkan apa yang mereka rasakan selama bekerja di sana. Salah satu pegawai mengingat sebuah event fotografi yang dihadiri oleh para staff, dan melalui event tersebut mereka bisa berbagi dan mengetahui lebih dalam mengenai satu sama lain. Satu cerita ini memicu anggota lain untuk bercerita tentang event-event serupa. Setelah mendengarkan banyak cerita, pernyataan WHY (tujuan) dari La Marzocco menjadi semakin jelas, yakni: “mempertemukan orang-orang melalui kopi agar tercipta perbincangan yang mencerahkan.” Pasti, dengan adanya misi dan visi yang jelas, jalannya perusahaan akan semakin terarah karena karyawan memiliki pedoman yang bisa dipegang.
HOWs (re: Bagaiamana) Dalam Golden Circle Dapat Membantumu Membuat Keputusan Sehari-Hari yang Lebih Tepat
Kita sudah berbicara banyak tentang WHY (re: tujuan) di sini, tetapi tanpa langkah-langkah (HOWs) yang tepat untuk mewujudkannya, WHY hanya akan menjadi angan-angan belaka. Untuk memahami HOWs (re: langkah-langkah) yang tepat untuk dilakukan, kamu perlu membongkarnya kepada hal-hal inti di baliknya.
Kembali lagi kepada kisah penulis, Simon Sinek, yang memiliki tujuan utama untuk “menginspirasi orang lain”. Simon menginginkan agar hal-hal yang ia bicarakan tetap menjadi sesuatu yang relevan dan dapat dimengerti oleh generasi di masa mendatang. Simon ingin menginspirasi orang secara jangka panjang. Lalu bagaimana sebaiknya tujuan tersebut diraih? Simon berfokus pada menciptakan produk, jasa dan ide yang akan terus dan tetap digunakan sesudah kepergiannya; yang juga berarti ia tak begitu tertarik dengan menciptakan produk yang memberikan keuntungan secara cepat (quick profit), namun lebih tertarik untuk menciptakan produk yang memberikan momentum abadi untuk perusahaannya.
Dengan memahami HOW, kamu akan mengetahui di mana letak kesempatan sebenarnya. Kamu akan mengetahui mana kesempatan yang selaras dengan tujuan besarmu yang dalam pengimplementasiannya dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat.
Beberapa tahun yang lalu, Sinek sempat didekati oleh seorang eksekutif dari perusahaan besar untuk bersama-sama membuat perusahaan baru yang akan “mengutamakan kepentingan manusia”. Awalnya Sinek tertarik dengan tawaran ini mengingat adanya keselarasan WHY (tujuan). Tetapi setelah menggali lebih dalam mengenai motivasi dari calon partnernya, Sinek menyadari bahwa ia hanya ingin membuat keuntungan dalam jangka pendek tanpa banyak memperhatikan tentang manfaat yang akan didapatkan oleh klien dari produk yang dibuat. Selain itu, salah satu HOW yang Sinek terapkan adalah melihat sesuatu dari sudut pandang yang tak biasa (terutama dalam hal menjalankan bisnis), dan ini tak sesuai dengan pandangan calon partnernya. Dengan mengetahui bahwa proyek tersebut tak memiliki WHY dan HOW yang selaras, terlihat jelas jika proyek tersebut tak sesuai dengan gaya kerja Sinek. Akhirnya beliau menolak tawaran tersebut secara baik-baik.
Setelah Menemukan Tujuanmu, Penting Untuk Membagikannya Terhadap Dunia
Perjalanan untuk meraih hidup yang bermanfaat tidak hanya berhenti pada menemukan WHY dan memahami HOW saja, akan tetapi dua langkah tersebut harus diikuti dengan membagikan kisahmu kepada dunia. Coba ceritakan tentang WHY (re: tujuan) mu kepada mereka yang bertanya “WHAT do you do?” (Apa yang kamu lakuakan?). Pertanyaan ini biasa ditemukan dalam beragam situasi sosial; dan momen tersebut adalah sebuah peluang untukmu menyebarkan tujuan dan misi hidupmu kepada orang lain. Mungkin lawan bicaramu akan menemukan inspirasi dari visi yang kamu utarakan.
Hampir pasti akan ada rasa sedikit tak nyaman di awal proses penyampaian, tetapi kenapa tidak? Toh kemungkinan besar kamu tidak akan bertemu lagi dengan orang tersebut. Dengan menceritakan WHY mu kepada banyak orang yang berbeda akan memberimu kesempatan untuk menyesuaikan cara penyampaian tujuan sesuai dengan karakter lawan bicara. Lebih dari itu, membagikan WHY (re: tujuan) terhadap dunia akan semakin mendorongmu untuk berkomitmen terhadapnya dan mewujudkannya dengan aksi nyata. Semakin kamu menyuarakan niatmu, semakin mungkin untukmu melaksanakannya.
Semakin orang lain familier dengan tujuanmu dan semakin familier kamu dengan tujuan orang lain, maka kedua belah pihak akan saling mendapatkan keuntungan, baik secara personal maupun professional.
Add a comment