Kita sering kali menginginkan untuk menjalani hidup yang lebih mudah, membuat rencana untuk hari di mana semua hal sudah “terletak pada tempatnya”. Sayangnya, hari-hari yang bebas dari stres itu mungkin tak akan pernah datang. Namun dari pada menyerah terhadap bagian dari hidup yang memberikan tantangan kepada mu, kamu dapat belajar untuk hidup berdampingan dengan kesulitan-kesulitan tersebut. Jika kamu dapat memupuk gairah untuk hidup (vitality) dalam diri, kamu akan menemukan bahwa tantangan, kerja keras, dan bahkan stres itu sendiri dapat menjadi sumber kekuatan.
Mereka yang Secara Konsisten Memupuk Gairah Untuk Hidup (Vitality) Dapat Menangani Stres dengan Lebih Baik
Bayangkan kamu sedang menjalani salah satu dari minggu-minggu terberat dalam hidupmu, entah itu karena kamu kehilangan orang yang tersayang, atau menerima berita tentang diagnosa kesehatanmu yang mengkhawatirkan. Merasa kewalahan dengan penderitaan ini, kamu ingin sekali menutup diri dari dunia dengan membatalkan rencana-rencana yang sudah kamu buat, mematikan telepon genggam sehingga tak ada yang bisa menghubungimu, dan berusaha menghindari kesedihan dengan menoton TV atau mengonsumsi zat berbahaya tanpa henti. Sayangnya, tak satupun dari langkah tersebut dapat membantumu untuk merasa lebih baik; mereka justru dapat menarikmu ke jurang yang lebih dalam. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan?
Lihatlah teman atau keluarga di sekelilingmu. Di antara mereka ada yang terlihat baik-baik saja meskipun hal yang diidamkan tak berjalan sesuai rencana, namun ada juga di antara mereka yang membiarkan terjadinya hal-hal buruk memengaruhi kondisi mereka. Profesor David Almeida dari Penn State menyebut kelompok pertama sebagai Teflon People, sementara kelompok kedua dikategorikan sebagai Velcro People.
Menurutnya, Velcro People cenderung mudah untuk terjebak dalam kondisi sulit, membiarkan diri untuk ditarik oleh daya negatif. Saat mengalami kesulitan, mereka memilih untuk menarik diri dari orang lain dan “memanjakan diri” dengan melakukan aktivitas “cotton candy”, seperti berlebihan dalam mengonsumsi makanan atau menonton TV tanpa henti. Awalnya mungkin kegiatan ini terlihat baik, namun secara jangka panjang, kegiatan tersebut tak membawa manfaat bagi kesehatan jasmani dan rohani. Velcro People cenderung mempunyai lebih banyak isu kesehatan di hari tua.
Sebaliknya, kelompok Teflon People kerap menunjukkan gairah untuk hidup (vitality); mereka menyusun rencana tetapi memilih untuk tetap fleksibel dengan rencananya. Mereka, secara sadar dan sengaja, berencana untuk melakukan hal-hal yang membuat mereka merasa kuat dan baik-baik saja di tiap harinya. Mereka bahkan mau meluangkan waktu untuk menolong mereka yang sedang membutuhkan. Menurut penulis, kunci untuk membangun vitality dalam diri adalah doing (melakukan sesuatu yang bermanfaat) alih-alih mengonsumsi sesuatu.
Kamu tak perlu mengalami kejadian “luar biasa” untuk mulai membangun vitality. Justru terkadang hal-hal kecil lah yang bisa “menjatuhkan kita” – entah itu kemacetan saat kita berpergian atau tagihan untuk keperluan sehari-hari. Muhammad Ali pernah berkata
“sometimes it’s the pebble in your shoe that wears you out, not the mountain in front of you” (terkadang yang melemahkanmu adalah kerikil-kerikil kecil yang mengendap di dasar sepatu, bukan gunung yang berada di depan mu). Mengeruk cadangan energi untuk menghadapi ratusan hambatan kecil dalam keseharian dapat menjadi tantangan bagi “manusia kuat” sekalipun.
Jadi orang yang seperti apa yang mampu menghadapi parade daily stressor sepele yang sepertinya tak mau berhenti? Mereka yang menampakkan gairah dalam hidup (vitality) menyadari pentingnya tiga hal berikut: autonomy, competence, dan relatedness. Mereka proaktif dalam berkegiatan dan membuat rencana. Mereka juga mampu menyerap energi saat melakukan kegiatan secara bersama-sama.
Memupuk Gairah Hidup (Vitality) bukan Berarti Mengeleminasi Penyebab Stres
Para peneliti di University of Richmond mencoba untuk melihat reaksi dari dua kelompok tikus saat mereka diberi iming-iming untuk mengonsumsi sereal Froot Loops. Di kelompok satu, sereal tersebut dikubur di bawah tempat tidur mereka sehingga mereka harus mencari dan menggalinya. Sementara di kelompok kedua, Froot Loops langsung diberikan di hadapan mereka tanpa harus bersusah payah untuk mencarinya. Setelah beberapa minggu berlalu, peneliti mulai mengubah perlakuannya dengan menghidangkan Froot Loops di dalam bola plastik untuk kedua kelompok. Semua tikus mencoba untuk mendapatkannya, akan tetapi hanya tikus-tikus pada kelompok satu saja yang berjuang lebih keras. Faktanya, tikus-tikus yang terbiasa untuk disuapi, melakukan 30% lebih sedikit usaha dan menghabiskan 60% lebih sedikit waktu untuk mencoba.
Tikus-tikus pekerja keras telah mengalami sebuah konsep yang disebut dengan desirable difficulty. Mereka hampir tahu dengan pasti jumlah tantangan yang tepat untuk mereka hadapi. Menyerah bukanlah respon yang tepat untuk kita berikan saat menghadapi stres. Menurut beberapa studi, justru orang akan cenderung menikmati pekerjaannya saat pekerjaan tersebut memiliki tantangan. Studi pada pre-goal attainment (pencapaian pra- tujuan) juga menunjukkan bahwa rasa ikut berperan dan bangkitnya semangat saat mereka melangkah lebih dekat menuju sebuah tujuan itu sama pentingnya dengan momen di mana tujuan itu sendiri diraih.
Berikut adalah salah satu contoh menarik dari tahun 1950-an. General Mills, sebuah perusahaan pemroduksi makanan dari AS, merilis sebuah produk adonan kue (cake mix) sudah jadi sebagai solusi untuk ibu rumah tangga yang tidak mempunyai banyak waktu untuk memasak. Semua bahan di adonan kue berwujud bubuk sehingga yang pembeli harus lakukan hanyalah menambahkan air pada adonan, setelah itu adonan bisa segera dipanggang di oven. Ide ini terkesan cukup menarik dan pasti akan ada banyak ibu yang bersedia untuk mencobanya; namun yang terjadi justru sebaliknya. Ibu-ibu merasa membuat kue dengan cara ini seperti melakukan sebuah kecurangan karena hampir tidak membutuhkan “kerja keras” sama sekali. Keseruan dan rasa puas dari memasak tak bisa didapatkan. Akhirnya General Mills memodifikasi kembali produk tersebut dengan mewajibkan para ibu untuk menambahkan telur pada adonan.
Langkah Pertama Untuk Memupuk Vitality Adalah Dengan Memilihnya Secara Sengaja
Berikut adalah sedikit trik untuk menghadapi masa-masa sulit: “Jangan menjadi dirimu sendiri”. Aneh bukan? Padahal selama ini kita diberi tahu untuk menjadi diri sendiri, tak malu dengan sisi autentik diri. Tetapi bagaimana jika dirimu yang sebenarnya ketakutan saat diminta untuk berbicara di depan umum? Menjadi dirimu sendiri di momen tersebut hanya akan memunculkan rasa panik. Lalu, apa yang akan terjadi jika kamu memutuskan untuk menjadi Bibi Sally yang percaya diri dan suka berbicara, seorang professor kampus yang ahli berpidato, dan jam-jam kuliahnya selalu menghibur? Jika kamu benar-benar mendalami peran menjadi Bibi Sally untuk sementara waktu, sangat mungkin bagimu untuk mempersembahkan presentasi yang menarik. Mengapa? Karena kamu membuat keputusan yang tepat dan sadar untuk berperilaku dengan cara tertentu dan memprioritaskan untuk meraih tujuan tersebut (dalam kasus ini memaparkan presentasi dengan menarik).
Jadi, seperti kasus di atas, kamu dapat menggunakan metode yang sama untuk menghadapi situasi sulit lainnya. Misalkan kamu sudah dikenal sebagai seseorang yang suka membantu dan patuh; kamu adalah “anak baik” yang bisa diandalkan rekan kerja. Tetapi akhir-akhir ini, kamu membenci rekan kerjamu karena mereka terlihat melimpahkan sebagian besar pekerjaannya kepadamu yang harusnya menjadi kewajiban mereka. Di titik ini kamu harus memberontak dengan tidak menjadi dirimu yang dulu. Sewaktu sang bos memintamu untuk lembur untuk menyelesaikan pekerjaan, kamu harus berkata tidak; mulai ubah siapa dirimu di mata mereka. Tidak ada kata terlambat untuk menolak sifat-sifat yang orang lain telah tempelkan kepada mu, dan mulailah tumbuhkan sifat-sifat baik yang selama ini kamu pendam.
Ingat juga, bahwa panutan kita bukanlah manusia sempurna. Tidak ada salahnya untuk mengagumi dan mencotoh sikapnya, akan tetapi jangan sampai kamu terjebak dalam rasa iri terhadap mereka. Membandingkan diri dengan orang lain di setiap waktu hanya akan mencuri kebahagiaan yang harusnya bisa kamu rasakan dalam hidup.
Pilihlah untuk melihat hal-hal positif yang ada dalam hidup, entah itu hal besar ataupun kecil, seperti seseorang yang membukakan pintu untukmu, atau kunjungan saudara ke rumahmu hanya sekedar untuk menyapamu. Memikirkan hal-hal positif yang terjadi di keseharian dapat meningkatkan semangatmu (uplift). Rangkaian tindakan positif kecil yang penuh dengan keikhlasan dapat menciptakan serangkaian hal-hal positif lainnya. Syukuri hal-hal baik yang terjadi kepadamu di sela-sela kegaduhan yang ada pada harimu.
Membangun dan Menjaga Hubungan dengan Lainnya Adalah Sumber Lain dari Vitality
Studi telah menunjukkan bahwa pendaki merasa lebih berat untuk mendaki perbukitan saat mereka menjalaninya sendirian dibandingkan dengan saat mereka melakukannya bersama seorang teman. Selain itu, paramedis yang memiliki tingkat dukungan sosial (social support) yang tinggi memiliki kualitas tidur yang lebih baik setelah mereka melalui hari yang penuh dengan stres, dibandingkan dengan mereka yang tidak. Dalam studi lain yang melibatkan pasangan yang telah menikah memperlihatkan bahwa pasangan yang saling berpegangan tangan saat suami/istrinya dialiri sengatan listrik merasakan lebih sedikit rasa sakit dari pada mereka yang tidak berpegangan tangan. Menariknya, mereka yang sedang menjalani hubungan yang penuh cinta merasakan paling sedikit lara. Ini menunjukkan bahwa mencintai dan dicintai seseorang dapat melindungimu dari kesulitan yang ada dalam hidup.
Ketika hidup menjadi terlalu sibuk, sangat mudah bagi kita untuk mengabaikan hubungan dengan orang terdekat kita. Padahal hubungan inilah yang sebenarnya dapat membantu kita untuk berhadapan dengan stres. Nyatanya, percakapan yang lebih baik dapat membuat kita lebih berbahagia. Percakapan nyata yang dimaksud di sini melibatkan pertukaran informasi yang signifikan, tidak sekedar basa-basi saja. Dalam sebuah percakapan, kita juga tidak boleh “membajak”nya dengan hanya membicarakan tentang diri kita. Sampaikan pertanyaan kepada lawan bicara; cobalah untuk melibatkan semua orang dalam percakapan tersebut. Kuncinya adalah: lihat, dengarkan dan perhatikan. Satu lagi, jauhkan dirimu dari telepon genggam saat berbicara.
Komunikasi yang efektif akan memainkan peran penting dalam sebuah pernikahan atau hubungan kekeluargaan. Buatlah sebuah protokol dekontaminasi untuk “membersihkan” diri dari stres yang menempel pada tubuh setelah seharian melalui hari yang berat saat bekerja sebelum kamu pulang ke rumah agar rasa stres dan amarah mu tidak kamu limpahkan kepada mereka. Ketika pasangan mu memberi tahu tentang sesuatu, cobalah untuk menanggapinya dengan cara yang aktif dan konstruktif (ACR – Active Constructive Responding): Ini berarti memberikan respons dengan sepenuh hati, antusias dalam menjawab dengan melakukan kontak mata, memberikan pertanyaan lanjutan, dan perhatian yang terpusat kepadanya. ACR dapat membuat pasangan kita merasa lebih dicintai. Bahkan 3 kata ajaib dalam hubungan romantis bukanlah “aku cinta kamu” tetapi “ceritakan tentang harimu”.
Ketika komunikasi yang penuh kasih ditranslasikan ke dalam tindakan, ini akan menjadi sumber kekuatan yang sungguh berpengaruh. Bukanlah tindakan-tindakan yang terkesan romantis seperti memberimu kalung berlian yang dapat memunculkan kepuasan batin; akan tetapi lebih kepada dukungan-dukungan kecil yang tak terlihat seperti mengisi tangki bensin mobil dari pasanganmu untuk memudahkan dia berangkat bekerja di keesokan hari. Tindakan kebaikan yang kecil dan bijaksana dapat membantu mengurangi beban besar dari pundak orang tersayang kita.
Cara Lain Untuk Membangun Vitality Adalah Dengan Menantang Dirimu Sendiri
Berikut adalah sebuah fakta mernarik: Dapat dipastikan bahwa Ilmuwan pemenang Nobel Prize memiliki sebuah hobi. Mungkin awalnya kamu berasumsi bahwa mereka terlalu sibuk untuk menemukan teori baru sampai-sampai mereka tidak memiliki waktu untuk melakukan hal lain, akan tetapi nyatanya beberapa orang sukses di dunia selalui meluangkan waktu untuk mempelajari hal-hal baru. Maka dari itu, jelajahilah dunia luar dan lakukan sesuatu yang baru dan menarik, yang dapat membantu membuka wawasanmu mengenai dunia. Aktivitas pasif seperti menonton TV atau menjelajah media sosial di telepon genggam tak tergolong sebagai aktivitas yang dapat membangun vitality.
Dalam keseharian, coba tantang dirimu untuk menjadi pribadi yang lebih sehat secara fisik. Usahakan untuk mendapatkan waktu tidur sebanyak 7 hingga 8 jam; waktu tidur kurang dari itu, akan membuatmu sulit untuk berpikir dengan jernih dan menghalangimu untuk melihat sesuatu dari sisi positif. Prioritaskan tidurmu layaknya kamu memprioritaskan sebuah meeting penting. Atur alarm sebagai pengingat akan waktu tidur. Alihkan mode telepon genggam mu ke silent 30 menit sebelum tidur agar kamu dapat merilekskan tubuh dan tak terganggu saat tidur.
Selain itu, pastikan untuk berolah raga. Berjalan selama 30-menit yang dilakukan 3 kali dalam satu minggu merupakan obat penghilang stress yang cukup efektif. Gaya hidup yang sedentary (tidak banyak bergerak) dapat meningkatkan kemungkinan depresi sebanyak dua kali lipat. Bahkan memperbaiki postur tubuhmu saja dapat meningkatkan suasana hati. Sekalinya kamu dapat melakukan hal-hal kecil yang dapat membuatmu merasa lebih baik, sangat mungkin untuk mu melakukan hal-hal positif lainnya.
Adanya Konteks Sangat Berarti Saat Kamu Sedang Membangun Vitality
Dalam sebuah studi yang didesain untuk menguji apakah niat/maksud dapat mempengaruhi persepsi terhadap rasa sakit, tiap peserta dipasangkan antara satu dengan yang lain dan kemudian dibagi dalam 3 kelompok. Dalam tiap kelompoknya, salah satu partner diminta untuk memberikan aliran sengatan listrik ringan kepada pasangannya. Pada Kelompok 1, mereka diberi tahu bahwa sengatan ini dilakukan secara tidak sengaja. Pada Kelompok 2, pasangan yang disetrum diberi tahu bahwa ini dilakukan secara sengaja, namun mereka tak diberi penjelasan lebih lanjut. Pada Kelompok 3 diumumkan bahwa sengatan ini adalah sebuah langkah dalam proses yang memungkinkan mereka untuk memenangkan sebuah tiket lotre. Lalu bagaimana hasilnya? Kelompok 3 merasakan paling sedikit rasa sakit. Dengan mengetahui bahwa rasa sakit yang diberikan bertujuan untuk membantu peserta mendapatkan sesuatu membuat rasa sakit itu tak begitu sakit.
Sering kali kita mendengar kata-kata seperti “dahulukan dirimu (put yourself first)”. Akan tetapi, menurut penulis, terlalu fokus pada diri sendiri dapat membuat diri kita “hampa” dan merasa tak puas. Untuk meneliti ini, dalam sebuah studi, para peserta diminta untuk melakukan sesuatu yang baik/menyenangkan untuk sendiri, untuk orang lain atau untuk kemanusiaan; mereka yang melakukan kebaikan untuk orang lain merasa lebih positf dalam jangka waktu lebih lama dari pada mereka yang hanya melakukan kebaikan untuk diri sendiri.
Untuk membantu meletakkan pilihan-pilihanmu dalam konteks, pikirkanlah hal-hal yang berarti untukmu. Contohnya jika saja kamu sedang menderita kolestrol tinggi; hanya mengetahui bahwa mengonsumsi gorengan akan memperburuk kondisi kolestrolmu tak akan cukup untuk menghindarikan diri dari kebiasaan makan yang buruk. Tetapi, jika saja kamu mulai memikirkan tentang orang terkasihmu, dan kemudian memikirkan tentang kolestrolmu, akan cukup mungkin bagimu untuk tetap mengikuti pola makan yang sehat sehingga kamu masih bisa menghabiskan waktu bersama mereka untuk beberapa tahun mendatang.
Di dunia yang dipenuhi dengan berita tentang peperangan, wabah, serta bencana alam, sangat mudah bagi kita untuk terjebak pada negatifnya kenyataan. Pupuk vitality dengan menolak untuk melihat dunia dari sudut pandang negatif. Jangan dengan sengaja mencari berita buruk hanya untuk membagikannya ke orang lain secara konstan padahal mereka tidak membutuhkannya. Alih-alih, gunakan waktumu untuk menuliskan setidaknya dua momen sederhana namun dapat membangkitkan semangatmu tiap harinya. Vitality bukanlah bawaan lahir, akan tetapi ini adalah sesuatu yang harus kita tumbuhkan dan rawat.
Add a comment