Meskipun dipisahkan oleh jarak beribu-ribu kilometer dan budaya masyarakat yang begitu berbeda, ternyata Cina dan benua Afrika mempunyai ikatan yang cukup erat. Selama beberapa dekade terakhir, pemerintah Cina, sebuah negara dengan populasi terbesar di dunia, mulai tertarik dengan sumber daya yang ditawarkan oleh Afrika. Tidak hanya pemerintahnya, banyak dari rakyat Cina juga yang memutuskan untuk berpindah ke Afrika untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Pertanyaannya adalah, dampak seperti apa yang ditimbulkan dari fenomena ini, baik bagi rakyat Afrika maupun imigran Cina di Afrika? Mungkin dari luar, kerja sama yang ditawarkan oleh negara adikuasa ekonomi seperti Cina terhadap Afrika, sebuah benua yang masih memiliki potensi pengembangan ekonomi, adalah hal yang ideal. Namun sebenarnya terdapat sisi kelam yang jarang diangkat mengingat kerja sama ini memberikan dampak pada berbagai tingkatan, baik itu terkait geopolitik, ekonomi, maupun pada level personal.
Cina telah Mendapatkan Keuntungan Besar dari Proses Globalisasi Dunia, Namun Cina juga Masih Mengalami Banyak Masalah Sosial
Besar kemungkinannya bahwa kamu sudah pernah melihat tulisan “Made in China” yang melekat pada sebuah produk. Ini sering membuat kita berpikir seolah Cina adalah negara dengan pabrik-pabrik terbesar di dunia, akan tetapi, kenyataannya tidak selalu begini. Produk- produk Cina sebenarnya mulai tersebar di tahun 1970-an ketika Cina mulai menuai dampak positif dari gelombang globalisasi yang pertama. Hari ini Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia berkat perusahaan-perusahaan barat yang merelokasi proses produksinya ke sana di tahun 70-an. Lebih menguntungkan bagi perusahaan barat untuk memproduksi barang di Cina dengan jumlah sumber daya manusianya yang besar sehingga biaya tenaga kerjanya pun relatif murah.
Bahkan, 40% dari pertumbuhan ekonomi dunia pada dua dekade terakhir hanya datang dari Cina. Dalam periode yang sama, ekonomi Cina telah mempertahankan pertumbuhan rata-rata sebesar 10,2%. Meski telah menorehkan pencapaian yang menakjubkan di bidang ekonomi, mereka masih belum cukup puas. Saat ini mereka ingin menjadi salah satu pemain besar di bidang politik internasional dan siap untuk membentuk pasar global dengan pengaruhnya. Dengan pertumbuhan yang sangat cepat, Cina membutuhkan tempat baru untuk melebarkan sayapnya dan telah menemukan tempat yang tepat, yakni benua Afrika.
Walaupun pertumbuhan ekonomi terjadi, terdapat beberapa rakyat Cina yang masih belum merasakannya dan berkeinginan untuk meninggalkan negaranya. Beberapa dari mereka yang diwawancarai oleh penulis menceritakan bahwa mereka berada pada tekanan sosial yang kuat di rumah. Fenomena populasi yang berlebihan, kebijakan satu anak, dan kompetisi yang keras di lingkungan kerja membuat beberapa rakyat Cina frustrasi.
Hao, seorang pria yang awalnya berkebangsaan Cina, memutuskan untuk membuka perkebunannya sendiri di Mozambique karena dia sangat membenci sistem sosial yang ada di Cina. Dia dan beberapa orang lainnya telah ber-emigrasi dari Cina karena sulitnya untuk bersaing di sana mengingat korupsi yang begitu tersebar dan adanya jarak yang sangat ekstrim antara orang kaya dan miskin. Para imigran Cina ini berpindah tempat tinggal sehingga mereka memiliki lebih banyak kesempatan untuk berkembang.
Pemerintah Cina telah Membangun dan Memperkuat Hubungannya dengan Afrika dalam Waktu 20 Tahun Terakhir Ini
Selama beberapa tahun terakhir, Afrika tidak begitu mendapatkan banyak perhatian dari negara barat. Namun lain dengan pemerintah Cina, politisi mereka sering melakukan kunjungan ke Afrika. Banyak negara di benua Afrika berada pada titik kritis sekarang ini. Ekonomi mereka bertumbuh dengan cepat dan sangat mungkin jika kecepatan pertumbuhan benua Afrika secara keseluruhan dapat mengalahkan pertumbuhan ekonomi Cina. Demografi di Afrika juga sedang mengalami perubahan. Diprediksikan bahwa di tahun 2050 akan ada lebih banyak manusia di Afrika dibandingkan dengan Asia.
Pertumbuhan yang cepat ini menimbulkan beberapa masalah. Pemerintah yang korup mempertipis kemungkinan bagi negara-negara di Afrika untuk berkembang dengan lancar, yang mana ini akan memperparah risiko terjadinya pengangguran, kelaparan dan pembangunan kota yang buruk. Pemerintah yang abai juga memberi ruang bagi perusahaan-perusahaan besar untuk mengeksploitasi para pekerjanya karena nihilnya hukum yang menjamin perlindungan dan hak-hak dari karyawan. Jika saja negara-negara di Afrika dapat memainkan strateginya dengan benar, mereka bisa menjadi negara dengan kekuatan penentu pada abad ini. Namun jika pemerintahnya lebih mengutamakan kepentingan pribadi, maka mereka dapat semakin terjebak pada kemiskinan yang lebih masif dan korupsi yang semakin mengakar.
Hasilnya, hampir sepertiga dari total pendapatan Cina dari luar negeri berasal dari Afrika. Cina telah banyak berinvestasi di Afrika dan merekapun mendapatkan keuntungan yang setimpal. Namun terdapat satu faktor penting lain yang memengaruhi hubungan antara Cina dan Afrika yang sering kali diabaikan dalam politik internasional, yakni: masalah yang timbul akibat imigran Cina yang telah menjadi pemukim di Afrika.
Imigran Cina di Afrika Memiliki Pengaruh yang Signifikan terhadap Hubungan Cina-Afrika
Terdapat lebih dari satu juta orang Cina yang tinggal di Afrika. Banyak pula dari mereka yang mendukung sanak keluarga dan teman-temannya di kampung halaman untuk mengambil langkah yang sama. Sebenarnya, apa maksud dari ajakan mereka? Sebagian dari rakyat Cina menilai bahwa situasi sosial Cina saat ini sedang mengalami kemunduran sehingga emigrasi ke Cina dilihat sebagai satu-satunya harapan. Banyak dari rakyat Cina yang berpindah ke Afrika bertujuan untuk menjalani kehidupan baru bagi mereka dan keluarganya. Proses perpindahan ini dapat berjalan lebih mudah melalui perantara perkawinan antara anak laki-laki mereka dengan seorang wanita Afrika.
Hao, seorang petani Cina yang berpindah ke Mozambique, menjanjikan putranya untuk menikahi seorang wanita muda di desa sebelah dengan harapan bahwa cucu-cucunya bisa membantunya bekerja di perkebunan yang ia dirikan di sana. Imigran Cina (terutama yang menikah dengan masyarakat setempat) cenderung mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat lokal. Imigran Cina merupakan faktor utama yang menentukan pandangan orang- orang Afrika terhadap Cina dengan ekspansi masifnya ke wilayah mereka. Pengaruh mereka lebih besar dari pada rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah Cina ataupun stadion olah raga yang dibangun oleh pekerja Cina. Mengapa? Karena imigran mampu membangun interaksi dengan masyarakat lokal dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan-hubungan ini terasa lebih nyata dan jelas jika dibandingkan dengan dana yang diberikan pemerintah Cina untuk pembangunan fasilitas umum.
Akan tetapi, imigran tidak selalu disambut dengan tangan terbuka. Masyarakat lokal di banyak negara Afrika mulai mengeluhkan bahwa imigran Cina mulai mengambil alih mata pencarian mereka seiring dengan semakin banyaknya jalan yang diisi dengan toko-toko Cina dan para pekerja Cina. Padahal banyak dari masyarakat lokal Afrika yang ingin terlibat pada binis-bisnis yang didirikan imigran Cina, namun sering kali sang pemilik bisnis mempekerjakan imigran Cina lainnya. Secara alami, keberpihakan ini menimbukan ketegangan antar kelompok.
Imigran Cina dan Masyarakat Lokal Afrika Memiliki Prasangkanya Masing-Masing
Tak jarang imigran Cina mengatakan sesuatu yang rasis seperti “orang kulit hitam itu pemalas”. Sebaliknya, masyarakat lokal Afrika juga sering mengeluhkan bahwa imigran Cina telah mengambil alih komunitas mereka dan sangat kurang menghargai budaya lokal yang dianut. Imigran Cina sering kali tidak tertarik dan tidak teredukasi mengenai budaya dari tuan rumah. Banyak dari imigran yang diwawancarai oleh penulis kurang memiliki pengetahuan dasar mengenai negara Afrika yang mereka tinggali; mereka tidak mengenali bahasanya, mereka juga tidak mengetahui negara mana saja yang bertetangga dengan Mozambique. Masyarakat lokal juga cenderung melihat imigran Cina sebagai penguasa kejam yang berniat untuk mencuri sumber daya alam dan tidak tertarik untuk memberikan imbalan yang setimpal.
Hal lainnya yang membuat rakyat lokal jengkel adalah mereka berjanji untuk mendukung pertumbuhan di Afrika, akan tetapi sebagian keuntungan yang didapat justru dikembalikan lagi ke pemerintah negara Cina. Banyak dari bisnis Cina melaksanakan kegiatan operasionalnya tanpa melibatkan masyarakat lokal, namun ketika mereka merekrut masyarakat lokal, upah yang diberikan jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang didapatkan oleh pekerja Cina.
Meskipun terdapat banyak kekurangan, kedua belah pihak menyadari bahwa kerja sama yang baik antara keduanya akan memberikan keuntungan di masa depan. Banyak dari masyarakat Afrika yang percaya bahwa imigran Cina dapat membawa kemajuan di bidang edukasi dan teknologi yang dapat mendukung kekuatan politik Afrika di panggung dunia. Masyarakat Cina juga menyadari bahwa Afrika dapat menyediakan mereka dengan sumber daya manusia yang melimpah yang juga dapat menjadi target pasar dari hasil produksi mereka.
Cina Sering Kali Mengeksploitasi Sumber Daya yang Menyebabkan Banyak Ketegangan Politik di Afrika
Tanpa ada status kepemilikan yang jelas, petani imigran, seperti Hao, dapat “membeli” tanah yang sudah menjadi lahan masyarakat lokal, dan kemudian mengusir mereka. Kejadian semacam ini memunculkan kebencian antar kelompok. Masyarakat lokal membenci petani imigran yang mencuri mata pencarian mereka, sementara imigran Cina memandang masyarakat lokal sebagai pengganggu yang biadab.
Tak hanya soal tanah yang menyebabkan perselisihan. Di Zambia, konflik terjadi karena tembaga – sebuah sumber daya alam yang telah menghasilkan kekayaan berlimpah untuk perusahaan-perusahaan Cina. Tambang-tambang tembaga ini, jika tidak diperhatikan aspek keselamatannya, dapat menjadi ancaman bagi lingkungan. Perusahaan Cina mempekerjakan penduduk lokal Zambia dengan kondisi lingkungan kerja yang membahayakan dan gaji yang sangat rendah. Beberapa tambang bahkan tak menyediakan sarung tangan dan kaca mata pelindung bagi para pekerja. Kondisi kerja yang buruk ini telah menyebabkan beberapa kematian dan kecelakaan fatal yang memicu penduduk lokal untuk mengadakan protes. Di tahun 2006, seorang manager perusahaan Cina melakukan penembakan terhadap sekelompok penambang yang sedang memprotes supervisor nya hingga melukai 6 orang. Di hari sebelumnya, seorang manager Cina dikeroyok oleh beberapa pekerja lapangan karena permasalahan atas pembayaran gaji mereka. Memang imigran Cina di negara seperti Zambia telah memancing banyak kebencian yang mungkin akan terus berkembang di tahun-tahun mendatang jika saja tidak ada kebijakan negara yang jelas yang dapat melindungi hak dan keselamatan dari para pekerja.
Pemerintah Cina Membuat Kesepakatan yang Tidak Menguntungkan Penduduk Lokal dengan Pemerintah Negara Afrika yang Korup di balik Layar
Mali adalah salah satu negara termiskin di dunia. Pemerintahnya sangat korup dan sering kali membuat kesepakatan rahasia dengan pemerintah Cina. Kesepakatan ini tak memberikan keuntungan kepada penduduk lokal sama sekali, hanya mereka yang dipuncak kepemimpinan yang merasakannya. Pemerintah Afrika yang korup sering kali dimanfaatkan oleh pemerintah Cina untuk mengamankan kesepakatan bisnis dan sumber daya yang dimiliki negara. Beijing tak menyatakan dirinya sebagai kreditur atau partner bisnis benua Afrika; akan tetapi mereka dapat memberikan pengaruh melalui metode korup dengan memberikan gratfikasi dan mengirimkan sejumlah uang kepada pegawai pemerintah agar dapat melakukan negosiasi di balik pintu. Tak ada satu pun lembaga swadaya masyarakat setempat yang dilibatkan untuk mengawasi negosiasi demi melindungi kepentingan penduduk lokal.
Pemerintah Cina juga telah menjadi sponsor utama untuk beberapa proyek besar di Mali, seperti pembangunan rumah sakit dan infrastruktur penting lainnya. Sebagai gantinya, pemerintah Mali mengizinkan mereka untuk mengembil alih lahan pertanian yang luas sampai pada titik di mana mereka mengusir secara paksa petani-petani lokal dari lahan tersebut. Seakan memaksa petani lokal untuk menyewa tanah yang sebenarnya milik mereka sendiri dari “pemilik” barunya.
Penulis menyatakan bahwa, Cina dan banyak negara di Afrika memiliki kesamaan yang amat disayangkan, yakni: korupsi dalam skala besar. Bahkan proyek konstruksi seperti pembangunan pabrik baru tak selalu menjadi kabar baik bagi industri lokal. Ketika proyek telah selesai dan para pekerja imigran Cina telah kembali ke negaranya, penduduk lokal ditinggalkan dengan bangunan berkualitas buruk yang tak bisa mereka perbaiki karena mereka tidak familiar dengan teknologi yang digunakan untuk membangunnya. Strategi Cina untuk menjadikan negara mereka sebagai “partner bisnis andalan” Afrika untuk proyek-proyek yang mahal dan tak berguna pasti akan memengaruhi cara pandang masyarakat Afrika terhadap Cina di tahun- tahun mendatang. Mungkin tanpa adanya gerakan terstruktur dari rakyat untuk melawan praktik-praktik meresahkan ini, kesejahteraan dan kemandirian ekonomi tak akan pernah dicapai oleh sebagian besar negara di Afrika.
Add a comment