Apakah yang kamu cari dalam kehidupan ini? Hanya kebahagiaan kah? Atau adakah hal lain yang jauh lebih bermakna dan berharga? Masing-masing dari kita mungkin sedang menerka-nerka tentang apa yang menjadi tujuan kita dalam hidup. Dan kadang kita kehilangan arah dalam menjalaninya. Itu adalah hal yang sangat wajar. Menyadari bahwa kamu telah kehilangan arah merupakan satu tanda baik. Jordan B. Peterson, melalui bukunya “12 Rules for Life”, berbagi tentang aturan hidup yang dapat kamu jalankan agar memiliki hidup yang lebih bermakna.
Aturan Pertama (“Get to the top of the pecking order” – Berusahalah untuk mencapai posisi puncak)
Pada tahun 1920-an peneliti asal Norwegia, Thorleif Schjelderup-Ebbe, melakukan pengamatan terhadap perilaku ayam yang ada di peternakan. Beliau menyimpulkan bahwa terdapat hierarki dalam mereka berinteraksi. Ayam yang paling kuat dan memiliki kondisi kesehatan baik selalu diberikan kesempatan oleh kelompoknya untuk makan terlebih dahulu. Sementara ayam yang paling lemah, hanya mendapatkan sisa-sisa makanan. Kondisi seperti inilah yang membuat ayam yang kuat semakin kuat dan yang lemah semakin lemah.
Perilaku tersebut juga kita temukan dalam kehidupan manusia. Orang-orang yang sering memenangkan “pertarungan” dalam hidup menjadi semakin berani. “Kemenangan” yang terjadi berulang kali membuat mereka semakin percaya diri dengan kemampuan yang mereka miliki dan membuat mereka tidak takut menghadapi tantangan. Namun sebaliknya, untuk orang yang berada dalam cengkraman depresi dan merasa hidup tidak pernah berpihak pada mereka, akan cenderung menghindari resiko dan menghadapi tantangan dengan pemikiran bahwa mereka akan kalah pada akhirnya. Pemikiran negatif dan rasa tidak percaya pada diri sendiri inilah yang akhirnya membawa mereka pada “kekalahan”.
Menurut kami, nilai yang bisa diambil dari aturan pertama ini adalah tanamkan mental pemenang pada dirimu. Pelajari hal-hal penting dalam bidang yang kamu tekuni. Percaya pada diri dan kemampuanmu. Kamu juga mempunyai hak untuk memenangkan pertarungan selama kamu berusaha.
Aturan Kedua (Love yourself as you would love others – Cintai dirimu sendiri sebagaimana kamu mencintai orang lain)
Sekilas, kata-kata di atas mungkin terdengar ganjil. Bukankah seharusnya kata-kata yang benar adalah “cintailah orang lain seperti kamu mencintai dirimu sendiri”? Ini sengaja dilakukan Peterson untuk menunjukkan poin bahwa kadang kita lebih baik dalam memperlakukan orang lain dari pada kita memperlakukan diri kita sendiri. Beberapa dari kita kadang sangat menyadari akan banyaknya cacat dan kekurangan yang ada pada kita sehingga kita membeci diri kita sendiri. Persepsi negatif pada diri sendiri inilah yang membuat kita yakin bahwa kita tidak berhak untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian.
Menjadi kritis terhadap kekurangan diri sendiri memanglah baik, namun itu akan berefek negatif terhadap diri ketika kita terlalu ekstrem dalam menyikapinya. Menjaga keseimbangan adalah kata kuncinya. Kritik terhadap diri sendiri harus diiringi dengan kesadaran bahwa kita juga memiliki kelebihan. Dengan bersikap seimbang, kita akan merasa percaya diri dan bersyukur dengan apa yang kita miliki namun kita akan tetap rendah hati dengan segala kekurangan yang kita punya.
Aturan Ketiga (Choose your friends wisely – Pilih temanmu dengan bijak)
Teman dapat membawa pengaruh besar terhadap bagaimana kita berperilaku dalam keseharian. Entah hanya sekedar menirukan gaya bicara, gaya dalam berpakaian, atau bahkan mungkin gaya hidup. Selama hal tersebut membawa perubahan positif pada dirimu, teruskanlah. Sayangnya, menurut penelitian, pengaruh negatif dari teman lebih mudah untuk menular. Maka dari itu, sangat penting bagi kita untuk mengelilingi diri kita dengan teman yang dapat membina kebiasaan baik.
Hindari memilih teman hanya karena mereka memiliki “selera” yang baik atau memiliki harta dan koneksi yang luas. Pilih seseorang yang dapat memberikan pandangan mengenai suatu hal berdasarkan iktikad baik dan fakta alih-alih mengutamakan ego dan kepercayaan bahwa mereka lebih tahu dari pada orang lain. Teman yang baik akan meluangkan waktunya untuk mendengarkanmu berkeluh kesah mengenai masalah, keburukan diri dan kekhawatiranmu. Namun pada saat kamu berperilaku “toxic”, dia akan mengingatkanmu. Kamupun akan melakukan hal yang sama untuk temanmu. Hubungan yang kamu bina adalah hubungan yang saling menguntungkan.
Aturan Keempat (Beat your own personal best – Kalahkan pencapaian terbaikmu)
Tidak jarang, di zaman yang penuh dengan “berbagi” ini, kita sering merasa bahwa diri kita tidak memiliki pencapaian yang cukup jika dibandingkan dengan teman atau rekan kerja kita. Walaupun ini adalah hal yang wajar, kita harus secara perlahan mengubah pola pikir kita bahwa setiap orang memiliki kelebihan yang berbeda. Berusahalah untuk fokus dalam memperbaiki kekurangan pada diri kita dan ikut senang ketika orang lain berbagi tentang pencapaiannya. Sadari bahwa setiap kita memiliki standar ukuran “kesuksesan” yang berbeda. Berdasarkan dari target yang sudah kamu tetapkan, tanyakan pada dirimu apakah kamu sudah berbuat lebih baik dari hari kemarin untuk mencapainya? Jika jawabannya adalah iya, berbahagialah karena kamu berada pada jalur yang tepat. Nikmati prosesnya karena tidak semua hal harus berjalan dengan cepat.
Aturan Kelima (Raise a kind and responsible child – Didik anakmu menjadi seseorang yang baik dan bertanggung jawab)
Menjadi orang tua untuk anak bukanlah tugas yang mudah. Untuk pasangan muda yang belum siap, ini bisa menjadi beban. Anak yang baru lahir bagaikan kanvas kosong, dan terkadang pasangan muda merasa tidak yakin dengan bagaimana caranya untuk melukis kanvas tersebut karena membesarkan sang anak tidak hanya sebatas memberikan makan dan minum saja. Memupuk kebaikan dalam anak membutuhkan orang tua untuk menjadi lebih dari sekedar teman. Terlalu fokus untuk membahagiakan anak tanpa memberinya pelajaran, peraturan dan gambaran mengenai tantangan dalam hidup, tidak akan menjadikan anak mampu untuk beradaptasi dalam kehidupan yang kadang keras ini.
Berikut adalah beberapa tips dari untuk menjadi orang tua yang baik: Pertama, berikan penekanan lebih terhadap anak mengenai peraturan yang dapat membentuk karakter dasar dan kejujuran dalam diri mereka. Terapkan peraturan tentang bagaimana cara menghormati orang lain, berperilaku baik, menunjukkan empati kepada orang lain, disiplin terhadap waktu, dan untuk tidak menggunakan kekerasan kecuali dalam rangka melindungi diri dari ancaman. Kedua, ajarkan kepada anak bahwa setiap perbuatan terdapat konsekuensinya. Ketiga, orang tua harus menunjukkan keseragaman dalam bersikap. Buat anak yakin bahwa ayah dan ibu tidak bisa diadu domba. Saling mengingatkan antara pasangan jika di antara kalian melakukan kesalahan, dan saling membantu untuk menjadi versi terbaik dari diri masing-masing.
Aturan Keenam (Life isn’t fair – Kadang hidup tidak adil)
Kadang kita sering bertanya-tanya mengapa hal buruk terjadi pada orang yang baik. Sampai sekarangpun itu masih jadi misteri yang tidak bisa dipecahkan. Memang lebih mudah untuk menyalahkan ketidak adilan pada pihak lain, namun itu bukanlah respon terbaik untuk melawan ketimpangan.
Aleksandr Solzhenitsyn, seorang filusuf dari Rusia, setelah mengorbankan dirinya untuk berperang melawan Nazi pada saat perang dunia kedua, beliau dipenjara oleh negara karena telah mengkritik Josef Stalin melalui surat pribadi. Pada saat Solzhenitsyn menjalani hukuman, beliau juga menderita penyakit kanker. Meskipun kemalangan demi kemalangan menerjangnya, Solzhenitsyn melawan godaan untuk marah atau bersikap sengit terhadap negara. Beliau yakin bahwa sisi baik dari manusia masih bisa dibangkitkan. Untuk mewujudkan harapannya, beliau menghabiskan waktu di penjara untuk menulis beberapa buku yang di antaranya berjudul “The Gulag Archipelago”. Buku beliau mempunyai peran penting dalam melunturkan dukungan publik terhadap kebijakan Stalin yang cenderung memimpin dengan gaya kediktatoran.
Menurut kami, poin utama yang dapat diambil dari aturan keenam ini adalah tetap berpikir dan bersikap positif pada kondisi terburuk. Walaupun hal ini sulit untuk dilakukan, ingat bahwa kebaikan kalian tidak akan sia-sia pada akhirnya.
Godaan untuk mengejar sesuatu yang kita inginkan, walaupun sesuatu tersebut memiliki efek negatif terhadap diri, adalah sesuatu yang banyak dari kita alami. Sering kali, pilihan yang tidak sehat merupakan efek samping dari keputus-asaan terhadap hidup. Jika kita berpandangan bahwa hidup sudah tidak bisa diperbaiki, secara natural, kita akan cenderung untuk mencari kesenangan sesaat yang dapat membuat hidup terasa lebih ringan untuk dijalani. Akhirnya, timbul pemikiran bahwa sesuatu yang membuat kita senang, walaupun hanya untuk sesaat, adalah hal yang benar untuk dilakukan.
Dalam melawan keinginan untuk memenuhi kepuasan sesaat, kita perlu menyadari bahwa diperlukan pengorbanan untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki. Buah manis dari pengorbanan akan kita rasakan di masa depan, dan itu memerlukan usaha. Peterson menyarankan agar pembaca dapat terlibat dalam kegiatan yang membawa manfaat untuk orang lain seperti mengikuti kegiatan berbagi dan volunteering. Mengorbankan sedikit waktu atau harta untuk orang lain dapat membantumu untuk menjadi orang yang lebih baik, lebih bahagia, dan lebih bijaksana dalam menyelesaikan masalah.
Aturan Kedelapan (Stop lying, even to yourself – Berhenti berbohong, bahkan kepada dirimu sendiri
Sadar atau tidak, sering kali kita berbohong kepada diri sendiri. Kita tahu bahwa kita memiliki satu tujuan untuk diraih tahun ini, namun anehnya, kita tidak menunjukkan usaha yang jelas untuk meraihnya. Alfred Adler, menyebut fenomena ini dengan “Life Lies”: Keyakinan bahwa rencana hidup mereka akan berujung pada kegagalan karena adanya pengaruh luar yang tidak dapat mereka kendalikan. Kemampuan untuk menyadari bahwa kita sedang berbohong kepada diri sendiri ini perlu diasah, karena sering kali hal yang membatasi diri kita untuk berkembang adalah diri kita sendiri. Ketika kita merasa sudah tahu segalanya, keinginan kita untuk belajar akan terhenti dan kita akan berdiam di tempat yang sama. Mulailah jujur dengan diri sendiri, tidak ada yang bisa lebih jujur kepadamu selain dirimu.
Aturan Kesembilan (Engage in heathy debate – Berpartisipasilah dalam debat yang sehat)
Untuk menyuarakan opini di zaman sekarang bukanlah sesuatu yang sulit. Media sosial menjadikan semuanya ini mungkin terjadi. Semua orang bisa memberikan komentar mengenai apapun, kepada siapapun. Dengan kemudahan ini, kadang kita melupakan batasan etika dan bahkan mengabaikan fakta karena kita lebih mementingkan ego dalam berpendapat. Bedakan antara melawan pendapat orang dengan sopan dengan menyerang kepribadian seseorang.
Peterson menyarankan agar setiap kali kita terlibat dalam percakapan, tanamkan dalam dirimu bahwa mungkin kita bisa belajar sesuatu dari orang tersebut. Jadi buka telinga, dan dengarkan dengan seksama. Jangan perlakukan tiap percakapan seperti sebuah kompetisi di mana kamu mencoba untuk membuktikan bahwa kamu benar dan lawan bicaramu salah. Setelah kamu mendapatkan poin dari lawan bicaramu, coba artikulasikan poin tersebut dengan kata-katamu sendiri; hal ini akan menunjukkan bahwa kamu peduli dan benar-benar mendengarkan apa yang mereka katakan. Dengan begitupun, kita memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahpahaman antar kita.
Aturan Kesepuluh (Confront complexity with clarity – Hadapi kerumitan dengan kejelasan)
Kadang, alasan kita gagal untuk memahami sesuatu adalah karena ketidak mampuan kita untuk melihat gambaran besarnya. Hal ini dapat membuat kita merasa kewalahan. Menurut Peterson, menggunakan “precise language” (bahasa yang tepat) dalam berkomunikasi dapat membantu kita dalam menguraikan konsep yang rumit menjadi potong-potongan informasi sederhana yang mudah kita pahami. Dengan menjelaskan sebuah situasi dengan menggunakan terminologi (istilah) yang tepat, solusi dari sebuah masalah akan dengan mudah ditemukan.
Isu mengenai maskulinitas dan bagaimana kaum pria telah menyalahgunakan kekuatannya untuk menyiksa, mendiskriminasi, melecehkan dan memanipulasi kaum wanita sangat sering kita dengar akhir-akhir ini. Beberapa orang merespon masalah ini dengan melampiaskan kemarahannya kepada setiap lelaki karena mereka percaya bahwa setiap lelaki mempunyai tabiat yang sama. Namun, pandangan seperti ini justru akan memperkeruh suasana dan tidak memperbaiki keadaan.
Untuk sebagian besar pria, bersikap agresif dan dominan adalah hal yang secara alami mereka miliki. Namun memiliki sikap tersebut bukanlah hal yang buruk jika itu dapat diarahkan pada hal yang tepat. Alih-alih mencap satu kelompok dengan label “semua lelaki adalah sampah”, sudah saatnya kita mengadopsi sudut pandang baru yang merangkul dan menghargai kelompok yang mempunyai traits tertentu. Jika kita sudah bisa menyadari betapa pentingnya menghargai perbedaan, kita akan dapat membuat peraturan atau hukum yang dapat melindungi kita tanpa harus mengisolasi hal-hal positif yang setiap kelompok bisa tawarkan kepada masyarakat. Seharusnya perilaku dari kelompok tertentu tidak bisa dikriminalkan kecuali jika perilaku tersebut melukai orang lain secara aktif.
Aturan Keduabelas (Celebrate the little things – Rayakan hal-hal kecil)
Kesedihan kadang melanda kita tanpa memperhatikan waktu atau keadaan yang sedang kita alami. Memang membutuhkan waktu dan perenungan yang cukup dalam untuk dapat menemukan hal yang dapat kita syukuri di setiap harinya. Namun tetap bersyukur dan memiliki pandangan positif tentang hidup adalah satu-satu nya cara agar kita dapat bertahan untuk melalui fase tergelap dalam hidup. Tak apa jika kamu merasa sedih, menangislah, namun jangan sampai kamu meratapi nasibmu terlalu dalam. Cari momen-momen dalam kecil dalam hidup yang dapat memberi kebahagiaan pada dirimu seperti membelai kucing random yang kamu temui di jalan. Kamu pasti bisa melewati hari ini dan hari esok.
Sekian yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat. Jika ingin mengetahui lebih dalam tentang 12 aturan ini, silahkan kunjungi toko buku terdekat untuk membeli bukunya.
Zul Krom
February 5, 2022 at 6:18 amUlasan yang sangat bermanfaat. Terimakasih.