Saya punya seorang teman yang tidak terlihat gemar membaca. Namun, ketika dia membaca, entah itu artikel, buku, atau jurnal, dia akan mudah mengingat banyak detail dari bacaan itu seumur hidupnya, bahkan hanya dari sekali membaca.
Sementara saya, butuh beberapa kali membaca untuk dapat mencerna. Tidak jarang saking susahnya masuk ke dalam kepala, saya harus merangkum dan mencatatnya dalam poin-poin untuk dapat tetap teringat. Namun kembali lagi, tidak semuanya berhasil.
Mengapa hal ini terjadi? Apakah teman saya memang seorang jenius atau saya yang terbelakang?
No one remembers “everything”
Anthony Metivier dalam How to Remember What You Read: The Surprising Solution, menuliskan bahwa faktanya, pembaca yang cerdas tahu bagaimana mengisolasi bagian terpenting dari buku. Dengan begitu, mereka dapat menghabiskan waktu untuk mengingat ide, fakta, dan detail lain yang penting.
Begitu mereka hanya mengidentifikasi informasi yang paling penting, mereka menggunakan ilmu ingatan terbaik untuk dengan mudah memasukkannya ke dalam ingatan jangka panjang. Hal inilah yang menyebabkan otak secara otomatis akan mengingat lebih banyak informasi insidental.
Menurut Anthony, ada beberapa faktor yang menjelaskan kesulitan mengingat terhadap apa yang kita baca. Misalnya, banyak orang memiliki pengetahuan kosa-kata yang rendah, sehingga merusak pemahaman mereka. Beberapa orang tidak menetapkan tujuan mereka membaca. Mereka juga tidak menyisihkan waktu tertentu untuk secara khusus melakukan USSR:
Uninterrupted: Tidak terputus
Sustained: Berkelanjutan
Silent: Diam
Reading: Membaca
Lalu, ada orang-orang yang jatuh ke dalam perangkap pseudoscientific “membaca cepat.” Mereka membuang waktu untuk mencoba menghentikan subvokalisasi (membaca kata demi kata, atau melafalkan kata di dalam hati). Mereka disesatkan tentang konsep seperti skimming dan scanning. Mereka tetap menjadi pembaca lambat karena tidak ada yang memberi tahu mereka kebenaran tentang apa yang sebenarnya diperlukan untuk membaca lebih cepat.
Artikel yang berjudul, How to Remember What You Read, menjelaskan bahwa ada dua tipe pembaca yakni pembaca pasif dan aktif. Pembaca pasif mudah melupakan hal-hal hampir secepat mereka membacanya. Di sisi lain, pembaca aktif, mempertahankan sebagian besar dari apa yang mereka baca. Perbedaan lain antara kedua jenis pembaca ini adalah bagaimana kuantitas membaca mempengaruhi mereka secara berbeda. Pembaca pasif yang banyak membaca tidak lebih baik dari pembaca pasif yang sedikit membaca. Namun, jika kita seorang pembaca aktif, semuanya berbeda.
Semakin banyak pembaca aktif membaca, semakin baik yang mereka dapatkan. Pembaca aktif belajar membedakan argumen dan struktur yang baik dari yang buruk. Pembaca aktif membuat keputusan yang lebih baik karena mereka tahu bagaimana membuat dunia melakukan sebagian besar pekerjaan untuk mereka. Pembaca aktif menghindari masalah. Pembaca aktif memiliki keuntungan lain: semakin banyak mereka membaca, semakin cepat mereka membaca.
Kebiasaan Membaca yang Efektif
Dijelaskan pula lebih lanjut dalam artikel How to Remember What You Read, bahwa memiliki strategi yang disengaja untuk menjadi lebih baik dalam segala hal yang menghabiskan banyak waktu adalah pendekatan yang masuk akal. Meskipun kita mungkin menghabiskan banyak waktu untuk membaca dan mengonsumsi informasi, hanya sedikit dari kita yang secara sadar meningkatkan keefektifan membaca kita.
Untuk mendapatkan hasil maksimal dari setiap bacaan yang kita baca, sangat penting memiliki rencana untuk merekam, merenungkan, dan menerapkan kesimpulan yang kita tarik dari informasi yang kita konsumsi. Banyak keberhasilan dalam membaca bermuara pada persiapan. Apa yang kita lakukan sebelum membaca jauh lebih penting daripada yang kita pikirkan.
Semakin kita memperluas konteks bacaan, semakin kita akan mengingatnya. Mengutip dari tulisan Anthony, beberapa langkah berikut ini dapat membantu kita mengingat dan memahami apa yang kita baca dengan lebih baik.
Pertama: Ketahui ‘Apa’ dan ‘Mengapa’ Kita
Banyak orang lupa apa yang mereka baca karena mereka terlalu pasif. Tetapi seperti yang ditunjukkan Roger Seip dalam bukunya, Train Your Brain For Success, dengan mengetahui jenis materi yang dibaca, kita akan dapat mengganti “roda gigi”.
Dua pertanyaan yang dapat kita mulai setiap kali membaca yakni:
Apa yang saya baca?
Mengapa saya membacanya?
Dalam artikel How to Remember What You Read, juga menuliskan hal yang serupa. Untuk apa kita membaca buku ini? Hiburan? Untuk memahami sesuatu atau seseorang yang tidak kita kenal? Untuk menjadi lebih baik dalam pekerjaan kita? Untuk meningkatkan kesehatan kita? Untuk mempelajari keterampilan? Untuk membantu membangun bisnis?
Kita harus memiliki gagasan tentang apa yang ingin kita dapatkan dari buku tersebut. Kita tidak hanya ingin mengumpulkan informasi yang tidak berguna dalam jumlah tidak terbatas, karena hal itu tidak akan pernah melekat pada ingatan kita. Menurut Anthony, ketika kita tahu apa yang kita baca dan mengapa, kita dapat memikirkan “roda gigi” yang kita perlukan.
Misalnya, ketika Anthony membaca artikel penelitian ilmiah, dia tahu bahwa dia perlu memfokuskan pikiran untuk berurusan dengan terminologi, grafik, angka, dan temuan yang berlawanan dengan intuisi yang sulit. Dia juga terkadang perlu melakukan ‘pemeriksaan sikap’ dengan cepat karena banyak ilmuwan menulis dengan buruk, atau setidaknya dengan cara yang tidak terlalu menarik.
Tetapi dengan sikap yang tepat, Anthony dapat menguatkan diri untuk membaca bagian-bagian tertentu dua atau tiga kali jika perlu. Dan karena misinya adalah membantu orang lain memahami ilmu ingatan, mengingat “mengapa” tersebut membantu menyelaraskan perhatiannya yang terfokus pada tugas itu.
Tetap fokus pada “apa” dan “mengapa” kita membaca dapat membantu detail tertentu muncul pada kita. Hal ini sangat penting untuk memberi petunjuk tentang di mana kita harus fokus untuk tindakan selanjutnya.
Kedua: Pertanyakan Materi Secara Mendalam
Mengajukan pertanyaan saat kita membaca, membuat proses lebih ‘pengalaman’. Ini sangat penting karena, seperti yang ditunjukkan oleh ahli saraf Eric Kandel dengan penelitiannya di tahun 1970-an, “synapses change with experience”, bahwa jika kita ingin mengubah otak dari yang hanya membaca menjadi yang mengingat, kita perlu ‘mengalami’ membaca.
Kita mungkin akan akrab dengan pertanyaan-pertanyaan ini:
Apa?
Kapan?
Di mana?
Mengapa?
Bagaimana?
Mulailah membiasakan diri untuk bertanya lebih sering (secara harfiah) di setiap halaman. Kita juga dapat bertanya lebih jauh sehingga kita memiliki dasar yang lebih kuat untuk membaca keseluruhan teks. Misalnya:
Apa maksud atau rencana penulis?
Menurut otoritas siapa penulis mengajukan banding?
Siapa yang diuntungkan jika ini benar?
Kapan pernyataan ini mungkin tidak benar?
Apa kontra-argumennya?
Apa konsekuensinya? Apa yang berubah jika ini benar?
Semakin banyak kita mengajukan pertanyaan lanjutan ini, semakin kita secara alami akan mengingatnya karena kita sedang ‘mengalami’ bacaan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya berguna untuk ditanyakan saat membaca, tetapi juga sebelum dan sesudah membaca.
Ketika kita secara sukarela mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini setelah membaca secara khusus, kita akan mendapatkan manfaat dari ingatan aktif. Proses ini sangat penting untuk pembentukan memori.
Ketiga: Siapkan Waktu “Prime”
Priming, disebut juga oleh beberapa orang sebagai “pra-membaca”, tetapi menurut Anthony, istilah itu tidak sesuai dengan sains yang mendukung gagasan tersebut. Menurutnya, apa pun sebutannya entah priming atau pra-membaca, hal ini adalah salah satu dari sedikit teknik yang berguna dari dunia membaca cepat.
Singkatnya, kita memeriksa bagian-bagian dari sebuah buku sebelum kita mulai membacanya. Anthony sendiri jarang membaca buku tanpa priming terlebih dahulu, termasuk fiksi. Hal ini adalah kebiasaan baik baginya. Namun proses pasti yang biasa Anthony ikuti tidak pernah sama, karena menurutnya tidak semua buku identik. Umumnya yakni:
“Picture walk” untuk melihat ilustrasi, diagram, dan gambar lainnya
Mengapa harus melalui langkah-langkah ini sebelum membaca? karena sudah banyak penelitian ilmiah menunjukkan bahwa hal itu berhasil.
Priming membantu kita mengingat lebih banyak karena mengekspos diri kita ke bagian-bagian buku yang membantu memori semantik dan episodik kita. Ini seperti melihat denah swalayan sebelum akhirnya kita mencari kamar mandi di setiap sudut ruangan.
Keempat: Menyisipkan (Interleaving)
Banyak pembaca mengambil sebuah buku dan membacanya dari awal hingga akhir. Menurut Anthony, ini adalah kesalahan besar. Banyak penelitian menyebutkan bahwa kita akan mengingat lebih banyak jika kita sering beristirahat dan beralih di antara topik.
Untuk alasan ini, Anthony cenderung membaca tiga buku sekaligus. Dia akan membaca satu bab dari satu buku, satu bab dari buku berikutnya dan seterusnya, berputar di antara mereka.
Triknya adalah membandingkan secara mental apa yang kita baca di antara buku-buku tersebut. Ini akan membantu otak kita membuat koneksi yang memfasilitasi ingatan yang lebih baik.
Seperti yang telah ditunjukkan Doug Rohrer, interleaving tidak hanya membantu kita mengingat lebih banyak dengan membuat koneksi. Ini juga membantu kita membedakan antara konsep dan bahkan objek yang tampak sangat mirip.
Kita juga dapat menggabungkan interleaving dengan cara kita menjadwalkan membaca dan belajar. Misalnya, bayangkan kita memiliki tiga buku yang perlu kita pelajari dan memiliki tiga hari untuk mempersiapkan ujian:
Sesi Satu: Buku A, B dan C
Sesi Dua: Buku B, C dan A
Sesi Tiga: Buku C, A dan B
Kelima: ‘Kurang itu Lebih’ Ketika Membuat Catatan
Banyak pembaca yang menghabiskan banyak waktunya dengan menyoroti atau mengisi halaman dengan catatan. Meskipun tidak ada yang salah dengan pendekatan ini, kedua hal itu seharusnya tidak diperlukan.
Jika kita membuat ‘batasan’ sederhana saat membuat catatan, kita akan dapat mengingat lebih banyak. Aturan praktis Anthony adalah memilih nomor. Biasanya dia memutuskan bahwa dia hanya akan mencatat 3–5 catatan per bab dalam sebuah buku. Namun, ketika nanti dia mungkin berubah pikiran jika sesuatu yang sangat penting muncul kepadanya, secara umum, dia tetap dengan rencana.
Inilah alasannya:
Dengan hanya berfokus pada detail besar, kita akhirnya menghafal bagian yang paling penting.
Berkat priming, ini terhubung ke konsep menyeluruh buku dengan lebih mudah.
Dengan interleaving, ide-ide besar ini lebih mudah dihubungkan dengan buku-buku lain yang kita baca.
Keenam: Ringkas dan Diskusikan
Sejauh ini, kita telah belajar cara membaca dan mengingat lebih banyak. Tetapi untuk menyatukan semuanya dengan cara yang membentuk pengetahuan jangka panjang, kita perlu meringkas apa yang telah kita baca.
Ketika Anthony menempuh studi pascasarjana, dia memiliki seorang profesor bernama Katey Anderson yang membuatnya membaca lusinan buku dan membuktikan bahwa dia telah membacanya dengan menjelaskan isinya dengan kata-katanya sendiri.
Dan ini adalah bagaimana kita akhirnya mengingat lebih banyak. Tidak hanya mengulangi poin-poin dan istilah-istilah kunci, tetapi menghasilkan poin dan istilah kita sendiri. Ketika membuat ringkasan, Dr. Anderson mewajibkan Anthony menulis setidaknya cukup 250–500 kata. Ringkasan bukan berarti kita harus mereproduksi seluruh buku dalam catatan kita.
Langkah selanjutnya adalah berbicara tentang apa yang telah kita pelajari.
Kita tahu bahwa tidak semua orang memiliki banyak koneksi yang bersedia mendengarkan kita mengoceh tentang apa yang kita baca. Tetapi kita tidak perlu memiliki pendengar untuk mendapatkan manfaat dari mengungkapkan apa yang telah kita baca.
Sebagai contoh, Anthony berbicara kepada diri sendiri cukup banyak. Ini adalah cara yang bagus untuk mengingat lebih banyak materi yang dia baca. Tentu saja, dia juga berbicara banyak dengan teman-temannya atau orang-orang yang mengikuti blog, podcast, dan saluran YouTube miliknya. Terkadang dia bahkan berdebat, yang juga bagus untuk memperluas konteks bagi semua orang yang terlibat.
Reading To Remember = Expanding Your Context
Anthony menambahkan bahwa poin kuncinya bagaimana kita bisa mengingat apa yang kita baca adalah memperluas konteks kita. Bagian menghafal sangat penting karena itu hanya fakta sederhana. Semakin banyak kita tahu, semakin banyak pula yang bisa kita ketahui.
Hal itu karena ingatan adalah tentang menghubungkan satu hal ke hal lainnya. Koneksi juga memperluas konteks kita. Dan memperluas konteks melalui koneksi adalah bagaimana memahami apa yang kita baca sehingga kita dapat mengingatnya. Ini adalah metode pamungkas!
Menutup tulisan ini, sebenarnya ada banyak metode yang bisa kita terapkan sesuai dengan kondisi kita masing-masing. Menurut Anthony, tidak ada urutan yang benar dan kita tidak harus menggabungkan semua langkah sekaligus. Tip yang sangat penting untuk kita adalah tindak lanjuti dengan penelitian dan cara kita sendiri. Selamat mencoba, kawan!
Add a comment