Apa yang terlintas di benak kita ketika siang hari sedang bekerja kemudian jarum jam menunjuk angka 12:00? Yak, waktu Indonesia yang sangat kita nanti-nanti, waktunya istirahat. Menjauh sejenak dari aktivitas kita entah untuk beribadah, berburu kuliner, berbincang dengan rekan kerja, scroll up — scroll down lini masa, tidur-tiduran atau menghirup udara segar sambil mendengar burung berkicau. Oke sip! kita pasti sudah terlalu pandai perihal alokasi waktu yang tepat dalam beristirahat. Rebahan dan bermalas-malasan sudah mendarah daging dalam diri kita dan tidak ada penyangkalan atasnya. Tapi, yakinkah kita sudah benar-benar pandai mengistirahatkan otak kita juga?
Yakin dong, kalau mau istirahatkan otak ya tidur. Sedangkan sepanjang malam kita sudah punya alokasi waktu yang cukup untuk tidur.
Beruntung akhirnya saya tahu bahwa jawaban saya di atas adalah salah besar. Faktanya, otak kita tetap bekerja 24/7 bahkan pada saat kita sedang tidur. Menurut SleepFoundation.org, dalam artikel berjudul Myths and Facts About Sleep, otak tetap aktif seperti biasa saat tubuh beristirahat selama tidur. Hal yang terjadi adalah pola aktivitasnya yang berubah pada berbagai tahap tidur. Bahkan dalam tahap tidur REM/Rapid Eye Movement (tahap di mana kebanyakan mimpi biasa terjadi selama tidur), aktivitas otak justru meningkat ke tingkat yang memiliki kesamaan dengan saat kita bangun. Jill Bolte Taylor (Brain Scientist) menambahkan bahwa sel-sel di otak kita terus bekerja. Mereka makan dan menghasilkan limbah, sehingga tidur adalah waktu optimal otak untuk bekerja membuang limbah di antara sel sehingga mereka akan benar-benar dapat berfungsi kembali setelah bangun.
Lantas jika bukan tidur jawabannya, apa yang harus dilakukan untuk mengistirahatkan otak kita dari hingar-bingar kehidupan yang kacau ini?
“Let yourself be bored”, Alicia Walf (Neuroscientist). Sangat penting bagi kesehatan otak kita untuk membiarkan diri kita bosan. Otak memiliki mode jaringan default yang aktif saat kita tidak melakukan apa-apa (idle time). Ketika kita tidak bekerja terlalu keras, otak akan mendapatkan istirahat yang sangat dibutuhkan. Beberapa peneliti menemukan fakta bahwa ide-ide paling kreatif muncul pada saat seorang sedang memotong rumput, mencuci piring, melipat pakaian, menggosok gigi, menyetir, bahkan sekadar berjalan mondar-mandir seperti kebiasaan Bill Gates. Loren M Frank (Professor of Physiology, University of California, San Francisco) mengatakan otak membutuhkan waktu luang untuk memproses informasi baru dan mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih permanen (memori). Adapun menurutnya, waktu luang yang dibutuhkan berbeda pada masing-masing orang, namun penelitian menyarankan 5 — 15 menit cukup membantu. Nexa (A Virtual Receptionist Service, Phoenix, Arizona) pernah menuliskan bahwa istirahat sangat penting untuk produktivitas. Otak kita memakan 20% energi yang diproduksi tubuh kita setiap hari. Beristirahat berarti kita bisa bekerja lebih cerdas, bukan lebih lama.
‘Tidak melakukan apa-apa’ pada saat ‘idle time’ menurut saya bukan hanya diartikan untuk benar-benar tidak melakukan apapun. ‘Idle time’ saya pahami sebagai suatu momen di mana kita bisa melakukan aktivitas tanpa memerlukan kinerja otak yang berat seperti menyiram tanaman, bernyanyi, merapikan perabotan, berdoa, menggambar, meditasi dan lainnya. Atau di mana kita hanya membiarkan segala informasi masuk begitu saja ke otak kita seperti menonton film atau dokumenter, mendengarkan podcast, menelepon seseorang, mendengarkan musik atau menonton David Brendi mereview barang-barang aneh di channel youtubenya. Ada banyak aktivitas yang dapat dilakukan saat ‘idle time’, namun satu yang menurut saya tidak tepat dilakukan dan lebih baik dihindari yakni membuka media sosial. Dampaknya bukan malah mengistirahatkan otak tapi dapat memicu otak bekerja lebih keras. Mungkin awalnya kita hanya berniat melihat video kucing atau melihat kelakukan netizen bermain tiktok, tapi besar kemungkinan kita akan melihat sesuatu yang lain entah membaca komentar menjengkelkan atau melihat postingan kebencian. Akibatnya otak harus bekerja untuk mengendalikan emosi-emosi yang tidak diinginkan tersebut.
Kunci dari ‘idle time’ yang terpenting yakni harus kita yang mengendalikan. Kita yang menentukan prioritasnya, karena akan menjadi bumerang jika yang terjadi adalah sebaliknya. Seorang teman pernah mengatakan bahwa 50% dari kesehariannya dia alokasikan khusus untuk ‘idle-time’. Dia yang mengendalikan waktu ‘idle’ itu. Menurutnya, kita tidak mungkin hidup 24 jam setiap hari hanya untuk selalu berpikir dan porsi tersebut cukup untuk membuatnya menjadi lebih produktif dan berpikir lebih jernih. Seperti kita, otak juga membutuhkan makan. Seperti kita juga, otak tidak setiap saat butuh makan. Seperti kita juga, otak butuh untuk istirahat dan bersenang-senang.
Selamat beristirahat.
— -
Sumber gambar: Serial Netflix | The Mind, Explained
Add a comment