Hidup di era yang serba memanfaatkan teknologi sangat memudahkan kita untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mulai dari memesan ojek secara daring untuk bepergian hingga menemukan tambatan hati, semuanya bisa dilakukan melalui ponsel pintarmu. Namun apakah kalian tahu jika di tiap jasa yang ditawarkan, terdapat teknologi yang bernama Artificial Intelligence(AI)? Penulis buku mendeskripsikan AI sebagai mesin yang memiliki logika dan kemampuan untuk menganalisa. Dalam aplikasi ojek daring, AI membantumu untuk menemukan ojek yang berlokasi terdekat darimu dengan menggunakan teknologi GPS yang tertanam pada ponsel.
Lalu adakah sisi lain yang harus kita khawatirkan dengan berkembangnya AI di dunia teknologi? Diprediksi kehadiran AI akan semakin mempersempit lapangan pekerjaan yang ada karena AI dinilai dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia dengan lebih efisien. Menurut Oxford University dan World Economic Forum, antara 14 hingga 47 persen dari pekerjaan yang ada pada saat ini, akan dikerjakan oleh AI dalam waktu 15 tahun kedepan. McKinsey Global Institute memperkirakan bahwa AI akan mentransformasi bidang-bidang seperti pemasaran, penjualan, manajemen pelanggan, keuangan dan sumber daya manusia. Ini semua mungkin terdengar mengerikan, namun jika kita melihat lebih dalam, AI juga memiliki kekurangan.
AI Tidak Bisa Menjiplak Sifat Unik yang Dimiliki Manusia
Tidak akan ada yang bisa membantah bahwa AI memiliki kemampuan dan kecepatan yang luar biasa dalam mengkalkulasi. Ini sejalan dengan perkembangan pesat perangkat keras komputer dalam waktu 50 tahun terakhir. Tidak hanya itu, saat ini komputer juga dapat menulis beberapa bagian dari algoritma mereka sendiri. Proses ini dapat berjalan dengan memanfaatkan data yang dihasilkan oleh manusia dalam setiap detiknya. Mesin-mesin AI memindai, mencari pola dan memanipulasi data tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan di situlah kata kuncinya, manusia adalah pihak yang menentukan tujuan dari diciptkannya sebuah mesin AI.
Menurut penulis, sistem AI sangat dapat diandalkan untuk menjalankan tugas yang bersifat rutin dan spesifik. Terdapat mesin AI yang berkemampuan untuk menerjemahkan bahasa, mengenali wajah seseorang, dan bahkan dapat memprediksi watak dari seseorang. Mungkin mesin-mesin tersebut dapat melakukan hal ini dalam waktu yang singkat, namun kemampuan mereka hanya terbatas di situ saja.
Di sisi lain, manusia dapat mempelajari berbagai macam hal. Kita dapat menciptakan sesuatu yang baru dengan menghubungkan titik-titik ilmu pengetahuan dan penemuan yang sudah ada. Penulis berpendapat bahwa ada empat hal unik yang membuat manusia jauh lebih unggul dari pada AI yakni: kreativitas, rasa ingin tahu, kesadaran dan kolaborasi. Bagaimana caranya agar nilai-nilai tersebut dapat tertanam pada diri kita?
Kemampuan untuk Mencipta adalah Kekuatan Utama Kita
Jika kamu perhatikan perilaku anak usia balita, adakah persamaan yang kalian lihat? Ya, mereka memiliki imajinasi dan daya cipta yang tinggi. Ini dapat kalian lihat dari cara mereka menyusun blok-blok lego menjadi bentuk yang tidak biasa, atau pada saat mereka menggambar yang tiap goresnya tidak menampakkan keraguan. Pada dasarnya kita semua terlahir dengan kemampuan untuk mencipta, sayangnya kebanyakan dari kita kehilangan kemampuan tersebut seiring dengan bertambahnya usia.
Fakta ini didukung oleh riset yang dilakukan oleh George Land terhadap 1600 anak di tahun 1960 dan 1970an. Berdasarkan hasil observasi George, pada usia lima tahun, 98 persen dari anak-anak tersebut memiliki kreativitas tingkat jenius. Tes yang sama pun dilakukan pada saat mereka berusia 10 dan 15 tahun, dan hasil nya menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang berkreatifitas tinggi, turun menjadi 30 hingga 12 persen secara berturut-turut.
Fenomena ini mungkin berkaitan dengan sistem pendidikan saat ini yang sepertinya cenderung menghalangi siswa-siswi nya untuk memiliki pemikiran yang kreatif. Cara berpikir siswa-siswi dibatasi oleh teori-teori ilmu pengetahuan yang tertera pada buku cetak. Seakan hanya ada satu jawaban yang benar terhadap sebuah persoalan. Banyak studi mengungkapkan bahwa para guru menganggap perilaku seperti bertanya, tidak setuju terhadap sesuatu, atau berpendapat dengan keluar dari topik pembicaraan sebagai perilaku yang mengganggu di kelas; padahal perilaku tersebut merupakan ciri dari pribadi yang kreatif.
Jangan Tahan Rasa Ingin Tahumu
Kreatifitas tidak dapat berdiri sendiri. Jika kreatifitas tidak dibarengi dengan rasa ingin tahu, kreatifitas tidak akan muncul. Begitupun dengan mesin AI, mereka tidak dapat berkembang karena mereka tidak memiliki rasa ingin tahu. Mereka hanya dapat menjalankan tugas sesuai dengan apa yang telah diprogramkan ke dalam sistem mereka.
Terdapat dua teknik untuk memenuhi rasa ingin tahu, yakni: luas dan fokus. Luas berarti mencari tahu tentang banyak hal namun ilmu yang dipelajari tidak begitu dalam di tiap-tiap bidangnya. Sementara dengan teknik fokus, kita hanya mempelajari satu atau dua bidang saja namun mempelajarinya secara mendalam. Ketika kamu dapat mempraktikkan dua cara tersebut kedalam keseharian, kamu akan dapat menemukan hubungan atau keterkaitan yang kreatif dan mendalam di antara domain ilmu pengetahuan yang berbeda-beda.
Sebagai contoh, Steve Jobs terinspirasi untuk menciptakan fon yang indah untuk jajaran komputer Macintosh keluaran Apple. Ide ini didapatkan oleh Jobs karena beliau menemukan hubungan antara kelas kaligrafi yang pernah beliau ambil dengan passion nya di dunia komputer. Hal ini dapat dilakukan karena rasa ingin tahu dipenuhi dengan mempelajarinya. Sisihkan waktu satu jam saja setiap harinya untuk belajar, dan rasakan perbedaannya dalam caramu memandang dunia.
Biasakan untuk Menanyakan Pertanyaan yang Tepat
Setiap orang dapat memberikan pertanyaan, tetapi tidak semua orang dapat mengajukan pertanyaan yang tepat. Ciri dari pertanyaan yang tepat adalah pertanyaan itu tidak mengklarifikasi atau mengonfirmasi hal yang sudah diketahui. Pertanyaan yang tepat juga bersifat terbuka dan mengajak orang lain untuk mengeksplorasi kemungkinan lain yang dapat menjadi jawaban dari pertanyaan tersebut.
Perusahaan desain global IDEO menggunakan metode “how might we?” atau “bagaimana kita?”, sebagai cara untuk mencari jawaban dari sebuah permasalahan. Kata might menyiratkan bahwa pasti ada lebih dari satu solusi untuk menyelesaikan sebuah masalah. Contoh lain datang dari perusahaan otomotif ternama Jepang, Toyota. Ketika menginvestigasi sebuah isu di dalam perusahaan, mereka mencari akar dari permasalahan dengan menggunakan kata mengapa. Setiap jawaban disusul dengan pertanyaan mengapa. Ini dilakukan sebanyak lima kali agar manajemen mendapatkan semua informasi yang diperlukan.
Tetapi perlu diingat bahwa walaupun pertanyaan yang kamu ajukan sudah tepat, belum tentu kamu mendapatkan jawaban yang terbaik. Maka dari itu sangat penting agar kita terus bertanya bahkan setelah sebuah solusi ditemukan. Tujuannya agar solusi tersebut dapat terus ditingkatkan dan semakin efisien dalam menyelesaikan masalah.
Kebiasaan yang Dapat Memacu Kreatifitas
1. Perhatikan dan amati jika terjadi momen yang tidak biasa dalam keseharianmu. Habiskan waktu beberapa menit untuk memahami apa yang terjadi.
2. Usahakan untuk mendapatkan tidur yang nyenyak. Ketika kamu tidur, otakmu menjadi fleksibel dan lebih mudah untuk menghubungkan ide, fakta dan kejadian yang berbeda.
3. Matikan dan jauhkan dirimu dari telepon genggam dan internet jika kamu sedang belajar dan melakukan proses kreatif. Ini penting dilakukan agar kita dapat berkonsentrasi penuh. Penelitian Microsoft menemukan bahwa rentang perhatian manusia moderen turun dari 12 detik menjadi 8 detik semenjak kehadiran internet.
4. Lakukan meditasi atau yoga untuk mempertajam fokus kita.
Kolaborasi adalah Kunci Menuju Inovasi
Sebuah ide cemerlang mungkin sulit untuk terealisasi ketika kamu mencoba untuk mewujudkannya seorang diri. Tetapi kita tahu bahwa sebuah ide akan terealisasi dan berkembang ketika orang lain yang memiliki tujuan sama dapat ikut berkontribusi. Untuk membangun sebuah jaringan kolaborator, kita harus membentuk apa yang psikolog sebut dengan “weak ties”: ini adalah relasi yang berada di luar hubungan kita dengan keluarga dan teman-teman terdekat kita; mereka dapat menawarkan sudut pandang, informasi, atau koneksi yang kita tidak akan bisa akses sebelumnya.
Untuk memperbanyak jumlah weak ties, sangat disarankan agar kamu tidak takut untuk berkenalan dengan orang baru. Selain itu, kamu juga dianjurkan untuk nongkrong di café atau restauran yang berbeda dan mengambil rute perjalanan yang berbeda untuk memperbesar kesempatanmu bertemu dengan orang baru.
Jika jaringan ini sudah terbentuk, jangan tergesa-gesa untuk berkolaborasi setiap kali kamu memiliki ide yang menarik. Terlebih dahulu, tanyakan pada diri sendiri mengapa kamu perlu masukan dari pihak eksternal & apa yang orang tersebut dapat kontribusikan terhadap idemu. Jika kamu tidak dapat menjawab pertanyaan ini dengan pasti, lakukan riset lebih dalam dan matangkan idemu.
Add a comment