Beberapa tahun lalu, Jennifer Kromberg bersama keluarganya duduk di lobi sebuah restoran untuk menunggu antrian. Tiba-tiba, datang seorang gadis kecil yang berjalan lincah menuju ayah Jennifer yang tingginya sekitar 198 cm dan beratnya sekitar 147 kg. Gadis kecil itu langsung tertawa dan berbicara pada ayah Jennifer, seperti adegan menarik dari film Monsters, Inc.
Tidak lama kemudian, muncul seorang pemuda yang sama tinggi dan besar seperti ayah Jennifer. Dengan suara dalam yang ramah, pemuda itu bertanya pada gadis kecil tersebut, “Rachel, kemana kamu pergi?”. Rachel tertawa bahagia dan pemuda itu mengangkatnya tinggi-tinggi ke udara, memberi isyarat salam pada ayah Jennifer, lalu berjalan keluar dari restoran.
Ayah Jennifer kagum melihat keberanian gadis kecil itu, tapi tidak butuh ahli psikologi untuk menyimpulkan bahwa Rachel tidak takut pada ayah Jennifer yang besar, malah dia tertarik padanya. Tidak dalam arti yang aneh atau tidak pantas, tapi karena gadis kecil tersebut cenderung tertarik pada sosok yang menyerupai ayahnya.
Ketika kita masih bayi, kita belajar dari pengalaman di sekitar kita, dan itu membentuk pandangan kita tentang kehidupan normal. Jadi, jika Jennifer dan Rachel tumbuh dengan ayah yang tegap, tinggi, dan memiliki suara dalam, maka bagi mereka itu adalah hal yang biasa. Bukan hanya perasaan ini yang benar, tapi juga banyak penelitian yang menunjukkan betapa pengaruh ayah sangat memengaruhi hubungan putrinya.
‘‘If there was a dad or other male caregiver in your early life, he probably set the first model of how a relationship with a man would be.’’
Peran Ayah yang Unik
Justine Carbery, menuliskan dalam The Importance of the Father-Daughter Relationship, bahwa penelitian menunjukkan kemampuan kita dalam menjaga hubungan yang memuaskan atau berkomitmen, merasa puas dengan pekerjaan, menjadi orang tua yang efektif, serta berbicara dan menyatakan pendapat dengan tegas, sangat dipengaruhi oleh hubungan yang pernah kita miliki dengan ayah kita.
Hubungan antara ayah dan anak perempuan adalah hubungan yang kompleks, terutama karena seringkali kurang dieksplorasi dibanding hubungan keluarga lainnya. Sebelumnya, fokus utama selama bertahun-tahun adalah pada ibu yang selalu hadir dan penuh perhatian. Sementara ayah yang hanya dipandang sebagai tulang punggung keluarga, seringkali dikesampingkan dalam pembicaraan mengenai perkembangan masa kanak-kanak, kedewasaan emosional, dan kesehatan mental.
Namun, menurut penelitian Dr. Linda Nielsen, Profesor Psikologi Remaja dan Pendidikan di Wake Forest University, bahwa anak perempuan yang memiliki hubungan kuat dengan ayah mereka saat dibesarkan (tanpa memandang latar belakang ekonomi atau pendidikan, ras atau agama) mendapatkan nilai lebih baik, lebih berpenghasilan, dan memiliki ketahanan emosional lebih tinggi sebagai seorang dewasa daripada teman sebaya yang tidak memiliki hubungan kuat dengan ayahnya.
Secara khusus, Dr. Linda menyatakan bahwa ayah memainkan peran yang lebih besar dalam beberapa aspek perkembangan yang secara langsung terkait dengan perilaku pengambilan risiko dan regulasi diri, dengan beberapa alasan. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa ibu cenderung lebih protektif (sering disebut sebagai orangtua helikopter), sedangkan ayah cenderung memberi anak-anak kesempatan untuk mencari tahu sendiri.
Dan aspek ini, melibatkan anak dalam aktivitas seperti melemparkan mereka ke udara, bermain kasar di luar, atau membiarkan mereka menghadapi tantangan, dapat membantu anak-anak memahami batasan rasa takut sejak dini. Namun, ada juga faktor lain yang membuat anak merasa dicintai dan berharga, sehingga membantu menjaga keseimbangan antara mengambil risiko dan merasa aman.
Adapun dikutip dari tulisan Nicole F. Roberts, berjudul Strong Father-Daughter Relationships Lead To Healthier, Happier Women, penelitian Dr. Linda juga menyimpulkan bahwa wanita tampil lebih baik dalam apa yang mereka sebut 3M (Money, Man, dan Mental Health), jika hubungan ayah dan anak perempuan kuat. Tetapi masing-masing dari ketiganya tidak selalu terkait dengan cara berpikir kita, seperti “teladan yang baik” untuk pasangan atau menunjukkan etos kerja.
Sebaliknya, alasan hubungan wanita dengan ayah yang baik mengungguli teman sebayanya berkaitan dengan seberapa baik mereka menilai risiko, bagaimana mereka mendekati tantangan dan keamanan serta kepercayaan diri yang mereka miliki dalam membentuk hubungan.
1: Money
Anak perempuan yang memiliki hubungan solid dan suportif dengan ayahnya cenderung mendapatkan nilai lebih baik. Mereka juga cenderung lulus dengan tingkat yang lebih tinggi dan lebih mungkin masuk ke profesi STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics).
Hal ini diyakini bukan hanya karena ayah menambahkan rasa percaya diri dan kemampuan bertindak dalam diri anak perempuan, tetapi juga karena ayah mengajarkan sikap tegas.
Selain itu, risiko yang diambil dalam tantangan karir seperti berwirausaha juga dipengaruhi oleh dukungan dari ayah. Wanita yang memiliki hubungan kuat dengan ayahnya juga cenderung mengambil risiko lebih sedikit dalam hal-hal seperti minum alkohol berlebihan dan penggunaan narkoba.
2: Man
Meskipun umumnya dikatakan bahwa seorang ayah memberikan contoh bagi putrinya tentang mencari pasangan, berkencan, atau pernikahan, sebenarnya tampak lebih berkaitan dengan bagaimana ayah membuat putrinya merasa dalam hubungan satu lawan satu, bukan bagaimana perasaan pasangan dewasa dalam hubungan mereka.
Mulai sekitar usia 2 tahun, membuat anak perempuan merasa dicintai dan dihargai berarti bahwa ketika mereka memasuki dunia nyata, mereka tidak haus akan perhatian, keterikatan, atau cinta untuk mengisi kekosongan dalam diri mereka.
Sebaliknya, mereka akan memiliki pengalaman internal tentang bagaimana rasanya merasa aman dengan diri mereka sendiri dan memiliki harapan yang baik terhadap pasangan. Perasaan keamanan ini juga sangat memengaruhi kepercayaan diri dan tindakan seperti mencari persetujuan atau validasi dari orang lain.
3: Mental Health
Sebelum usia 4 tahun, kita mulai belajar bagaimana mengatasi stres. Faktanya, kortisol (sistem alarm alami) sangat aktif di otak, mengajarkan kita bagaimana mengendalikan suasana hati, motivasi, dan ketakutan kita. Dan seringkali, bermain kasar dengan ayah, melompat dari kursi, atau dilemparkan ke udara, menjadi pemicu untuk menetapkan batasan-batasan tersebut.
Kemampuan untuk mengambil risiko, tetapi tetap aman menunjukkan cara menghadapi risiko dan tantangan di masa depan, sekaligus mengajarkan kita untuk mengatur reaksi emosional kita. Akibatnya, wanita yang memiliki ayah yang hadir secara fisik dan emosional, cenderung menjadi lebih tangguh secara emosional dan percaya diri, dan melaporkan mengalami lebih sedikit gangguan kecemasan dan depresi.
Memelihara Hubungan Sehat antara Ayah dan Anak Perempuan
Mendorong dan mendukung anak dalam usaha-usahanya.
Membiarkan anak bereksperimen, berpetualang, dan gagal, karena itu adalah bagian dari proses belajar (hanya pastikan untuk selalu ada di sana untuk menghapus air mata dan membersihkan luka atau goresan di sepanjang jalannya)
Memperlakukan ibu dari anak dengan cinta dan hormat.
Membiarkan anak terlibat dalam pola-pola berulang selama tahun-tahun formatif sebagai bagian dari pembelajaran.
Menunjukkan dukungan emosional dan fisik.
Memberikan nasihat.
Menunjukkan persetujuan saat anak melakukan sesuatu yang kita sukai atau melakukan sesuatu dengan baik.
Meskipun hubungan seorang anak perempuan dengan ayahnya sangat berpengaruh pada perkembangannya, hubungan dengan ibu juga penting. Dan meskipun tidak setiap anak akan memiliki figur ayah hadir dalam hidupnya, situasi-situasi ini dapat berlaku juga dalam hubungan dengan ibu mereka, atau dengan orang lain dalam hidup mereka yang mengambil peran maskulin, melindungi, atau dominan.
Untuk menciptakan hubungan positif dengan anak, mulailah pada hari mereka lahir. Terlibatlah dalam kehidupan mereka sejak awal dengan mengambil peran aktif dalam merawat bayi kita. Jika kita menghabiskan waktu berkualitas dengan mereka sejak awal, hubungan itu dapat tumbuh secara alami setiap harinya dan menyertai setiap momen penting dalam perkembangan mereka.
Untuk menjalin ikatan dengan bayi kita, gantilah popok, sering-seringlah memeluknya, memandikan, dan memberinya makan. Penting juga untuk mendukung pasangan kita. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa sejak bayi, anak perempuan mengembangkan ide dan kesimpulan tentang pria dalam hidup mereka. Kita dapat menjadi contoh positif dari jenis orang dewasa yang ingin putri kita percayai dan berbagi cerita di masa depan, baik itu dalam pekerjaan, sekolah, pertemanan, atau kemitraan.
2: Ajarkan Mereka Hal-Hal Baru
Kehidupan penuh dengan petualangan. Bagi anak-anak, hal sekecil apapun seperti belajar menendang bola sepak atau naik sepeda adalah pencapaian yang besar. Ingatlah semua hal yang kita nikmati saat belajar sebagai seorang anak dan ajarkan pada mereka.
Ikuti petunjuk anak kita jika mereka menunjukkan minat untuk belajar sesuatu yang baru, bahkan jika kita tahu sedikit tentang hal itu. Tunjukkan padanya bahwa belajar adalah perjalanan seumur hidup, dan tidak pernah terlambat untuk memulai hobi atau keterampilan baru.
Mencoba kegiatan baru atau mengatasi tantangan membantu memberi anak kepercayaan diri untuk menghadapi apapun. Bahkan hanya dengan membiarkan mereka, menemani saat kita belajar hal baru akan berdampak besar pada harga diri mereka. Mulai dari belajar memainkan alat musik hingga membangun program komputer, mengeksplorasi hal-hal baru bersama-sama adalah cara yang baik untuk terhubung dengan mereka.
3: Jadilah Tempat Curhat Mereka
Mendengarkan mungkin adalah salah satu keterampilan paling penting yang harus dikuasai oleh seorang orangtua, jika ingin memiliki hubungan yang baik dengan anak mereka. Bangun hubungan kita dengan putri kita dengan selalu hadir, memberikan perhatian sepenuhnya, dan membiarkan mereka curhat pada kita tanpa rasa takut akan penilaian.
Perhatikan apa yang mereka katakan saat kita bersama. Untuk memahami anak lebih dalam, perhatikan impian, tujuan, dan ketakutan mereka. Tahan keinginan untuk memberikan nasihat atau koreksi. Cukup dengarkan dan berikan tempat yang aman bagi mereka untuk berbagi.
Dan yang paling penting, jaga rahasia mereka. Ketika anak berbagi sesuatu yang pribadi atau mengungkapkan isi hati mereka, jangan mengulangi ceritanya. Melanggar kepercayaan mereka akan merusak hubungan kita dan mengurangi kemungkinan mereka akan berbagi lagi dengan kita.
4: Rencanakan Kegiatan Menyenangkan
Setiap hubungan orangtua-anak sebaiknya mencakup waktu khusus berdua. Momen-momen bersama ini tidak perlu sesuatu yang mewah atau mahal. Cukup dengan melihat-lihat mainan terbaru di toko mainan, pergi makan es krim, atau menghadiri waktu cerita di perpustakaan adalah pilihan yang bagus untuk kesenangan yang ringan.
Ketika mereka semakin besar, cobalah kegiatan yang lebih aktif seperti bermain golf mini, hiking, bersepeda, atau berenang. Kita juga bisa membawa mereka ke pertunjukan teater, pertandingan baseball, atau bahkan konser. Membangun kenangan menyenangkan dalam lingkungan yang positif dapat membuat perbedaan besar dalam hubungan kita dan mendorong anak kita untuk mengeksplorasi minat dan hobi baru.
5: Ikut Terlibat
Ciri khas dari setiap hubungan orangtua-anak yang baik adalah orang dewasa yang secara aktif tertarik dan terlibat dalam kehidupan anak mereka. Terlibat tidak hanya berarti bertanya tentang hari mereka. Ini berarti menunjukkan minat pada hal-hal yang membuat anak bersemangat dan terinspirasi.
Misalnya, jika mereka menyukai bintang-bintang, ajaklah mereka ke planetarium. Belikan mereka teleskop. Telusurilah bintang dan planet bersama dan bicarakan tentang hal itu. Bagikan penelitian baru yang dirilis. Kuncinya adalah menemukan apa yang menjadi hasrat anak kita dan merangsangnya.
Kita juga dapat menunjukkan dukungan dengan menghadiri acara dan kegiatan mereka. Catatlah tanggalnya dan usahakan untuk tidak membatalkannya. Jangan pernah meremehkan pentingnya hadir dalam konser band, pertunjukan bakat, pertandingan olahraga, dan pameran ilmiah. Kita sedang menunjukkan kepada anak kita bahwa hal-hal yang penting bagi mereka juga penting bagi kita.
6: Cintai Mereka Tanpa Syarat
Setiap anak kecil perlu tahu bahwa mereka dicintai bahkan ketika mereka melakukan kesalahan. Dan mereka akan melakukan kesalahan. Kita semua melakukannya. Berhati-hatilah untuk tidak mengejek, mempermalukan, atau merendahkan mereka saat mereka membuat pilihan yang buruk.
Sebaliknya, gunakan kesalahan sebagai peluang untuk membantu mereka belajar dan berkembang. Ubah situasi ini menjadi kesempatan untuk mengajarkan sesuatu pada mereka. Tetaplah tenang, sabar, dan penuh kasih dalam prosesnya.
Cinta tanpa syarat bukan berarti tidak ada konsekuensi atau disiplin. Tetap jelas tentang apa yang salah dari tindakan anak kita, tetapi jangan terlalu fokus atau terus-menerus membahasnya. Sebaliknya, sarankan cara mereka dapat menghadapi situasi tersebut dengan berbeda di masa depan. Pastikan mereka tahu bahwa meskipun kita mungkin merasa kecewa, kita tetap sangat mencintai mereka.
7: Seringlah Validasi Mereka
Budaya modern sering kali memberikan pesan yang salah kepada anak perempuan. Mereka seringkali percaya bahwa mereka harus memiliki berat badan tertentu, menggunakan riasan yang tepat, dan berpakaian dengan cara tertentu agar terlihat menarik. Media sosial hanya memperkuat pandangan dangkal ini.
Kita dapat membantu menghilangkan stereotip berbahaya tersebut dengan lebih sedikit fokus pada penampilan fisik anak kita dan lebih banyak fokus pada membuat pilihan yang baik untuk menjaga pikiran dan tubuh mereka sehat dan kuat. Bahaslah tentang nutrisi, olahraga, dan pentingnya tidur yang cukup. Contohkan pilihan sehat yang kita ingin anak kita buat.
Kita juga bisa berbicara tentang pentingnya karakter. Beri pujian saat mereka berbuat baik kepada orang lain. Puji mereka saat mereka menghadapi ketakutan dan melakukan sesuatu dengan penuh keberanian. Puji sifat-sifat seperti empati, kasih sayang, dan tekad. Semua anak perlu tahu bahwa orangtua mereka percaya pada mereka dan menghargai sifat bawaan yang membuat mereka unik.
‘‘When a daughter opens her mouth, her heart opens. And when a daughter’s heart is open, her dad’s heart automatically opens.’’
Komunikasi bisa menjadi penghalang yang signifikan dalam hubungan ayah dan anak perempuan. Ayah cenderung kurang ekspresif dalam emosinya, yang dapat disalahartikan sebagai ketidakpedulian atau kurangnya minat.
Anak perempuan juga mungkin kesulitan untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran mereka kepada ayahnya, yang menyebabkan kesalahpahaman dan kebencian. Untuk mengatasi hambatan komunikasi, baik ayah maupun anak perempuan harus mau mendengarkan satu sama lain, terbuka terhadap umpan balik, dan melatih keterampilan komunikasi mereka.
Menurut tulisan Dr. Michelle Watson Canfield berjudul 5 Power Strategies a Dad Can Use to Lead His Daughter, seperti yang kita semua tahu, membicarakan hal-hal yang sulit, hal-hal yang mendalam, hal-hal yang rentan, dan hal-hal yang rumit dapat menjadi tugas yang menakutkan bagi ayah dan anak perempuan. Dan banyak ayah mengatakan bahwa mereka lebih suka menyerahkan beberapa topik yang lebih berat itu kepada ibu.
Tetapi percayalah bahwa putri kita membutuhkan kita untuk memulai percakapan dengannya, tentang apa saja. Dan bahkan jika interaksi itu terasa canggung pada awalnya, jika kita tetap melakukannya, kita akan melihat dampak positifnya.
Intinya adalah ketika seorang anak perempuan membuka mulutnya, hatinya terbuka. Dan ketika hati seorang anak perempuan terbuka, hati ayahnya otomatis terbuka. Titik awal paling efektif untuk membangun ikatan yang lebih kuat antara ayah dan anak ini adalah melalui “berbicara”.
Meskipun beberapa dampak signifikan bisa muncul dari memiliki hubungan sehat atau toksik antara seorang putri dan ayahnya, selalu ada ruang untuk pertumbuhan, perubahan, dan penyembuhan. Tidak pernah terlalu dini untuk memulai membangun hubungan yang sehat dengan putri kita, dan tidak pernah ada terlambat untuk mencoba memperbaikinya.
Add a comment