Uang memang bukan segalanya dalam hidup, tetapi segala hal dalam hidup membutuhkan uang. Kebutuhan pokok seperti makan butuh uang, sakit butuh uang, bahkan kebahagiaan pun bagi beberapa orang juga membutuhkan uang.
Saat kita berusaha keras untuk menyeimbangkan keuangan, amati bagaimana perasaan kita secara fisik dan mental. Perasaan kewalahan atau tidak berdaya dapat berdampak besar pada kesehatan mental dan fisik kita dari waktu ke waktu. Mengatasi stres finansial adalah langkah penting untuk keluar dari hutang.
Mengapa Orang Mengalami Stres Finansial?
Uang adalah salah satu penyebab stres yang paling signifikan bagi banyak orang. Menurut American Psychological Association, dikutip dari artikel Sara East berjudul, How Debt and Financial Stress Affect Your Mental Health and Ways to Cope, bahwa sebanyak 72% orang Amerika dilaporkan merasa stres tentang uang pada suatu waktu.
Salah satu alasan utama begitu banyak orang merasa tertekan tentang uang adalah bagaimana uang dipandang dan digunakan dalam masyarakat kita. Uang dibutuhkan untuk hidup dan menafkahi keluarga, sehingga individu yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan mungkin mengalami harga diri yang rendah.
Selain itu, melihat tagihan menumpuk di atas meja dapat dengan mudah mengirim seseorang ke dalam spiral mental yang merasa mandek dan seperti tidak ada jalan keluar. Begitu seseorang bergumul dengan kesehatan mentalnya, itu memasuki semua aspek kehidupannya dan bisa menjadi lingkaran mematikan.
Adapun dalam artikel Coping with Financial Stress, yang ditulis oleh Lawrence Robinson dan Melinda Smith, menyebutkan bahwa seperti sumber stres yang luar biasa, masalah keuangan dapat berdampak besar pada kesehatan mental dan fisik kita, hubungan kita, dan kualitas hidup kita secara keseluruhan.
Kekhawatiran uang selain dapat berdampak buruk pada kualitas tidur, harga diri, dan tingkat energi kita, juga bisa membuat kita merasa marah, malu, takut, memicu ketegangan dan pertengkaran dengan orang-orang terdekat, memperparah rasa sakit dan perubahan suasana hati, dan bahkan meningkatkan risiko depresi dan kecemasan.
Kita mungkin menggunakan mekanisme koping yang tidak sehat, seperti minum-minum, menyalahgunakan narkoba, atau berjudi untuk mencoba melepaskan diri dari kekhawatiran tersebut. Dalam keadaan terburuk, stres finansial bahkan dapat memicu pikiran atau tindakan bunuh diri
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), depresi dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas kerja, keterlibatan dengan pekerjaan seseorang, komunikasi dengan rekan kerja, kemampuan fisik, dan fungsi sehari-hari. Begitu seseorang tidak mampu fokus atau menyelesaikan pekerjaannya, mereka tidak dapat menghasilkan pendapatan, sehingga memicu siklus hutang dan kesehatan mental.
Apa yang Menyebabkan Orang Berhutang?
Hutang adalah pilihan yang paling mudah dan cepat untuk diambil oleh seseorang yang memiliki masalah keuangan. Padahal, hutang itu sendiri bukanlah sebenarnya solusi. Hutang hanya akan memperparah stres dan tekanan lain terhadap kondisi finansial kita.
Menurut pengertian di laman Verve, hutang adalah sejumlah uang (besar atau kecil) yang kita pinjam dari orang lain untuk menutupi biaya sesuatu. Itu berarti jika kita memiliki pengeluaran yang lebih dari jumlah uang yang kita miliki dan kita meminjam uang dari teman atau lembaga keuangan untuk menutupi biayanya, maka kita sekarang berhutang.
Penyebab utama kebanyakan orang berhutang adalah karena mereka membelanjakan lebih dari yang mereka hasilkan. Bagi beberapa orang, berhutang menjadi satu-satunya cara mendapatkan uang, karena keadaan ekonomi yang sulit dan tidak mampu memenuhi kebutuhan. Beberapa alasan lain mengapa orang berhutang yang dirangkum dari laman Verve, meliputi:
Pengeluaran tidak terduga. Apakah itu karena kita kecelakaan yang menyebabkan patah pergelangan tangan, perbaikan kendaraan yang mendadak, atau pengeluaran lain yang tidak direncanakan.
Perubahan pekerjaan. Baik permanen atau sementara, hilangnya pendapatan mengarah pada hutang saat kita berusaha memenuhi biaya hidup sehari-hari.
Perubahan hubungan. Ketika dua pendapatan digabungkan, itu berarti kita memiliki lebih banyak hal untuk dikerjakan. Tetapi jika kita dan pasangan berpisah, hal itu membuat pembayaran tagihan menjadi lebih sulit dan seringkali dapat meningkatkan hutang.
Tidak mempertimbangkan waktu. Jika kita melihat masih memiliki uang yang tersedia dalam tabungan, lalu tergoda untuk membeli sesuatu yang bukan kebutuhan, kita mungkin akan menyesal kemudian, karena baru saja menggunakan uang yang kita butuhkan untuk tagihan lain di akhir bulan.
Hidup dengan kredit. Menggunakan kartu kredit kita itu mudah, bahkan mungkin terlalu mudah. Tengah malam kita mungkin menambahkan barang ke keranjang saat sedang menggulir beranda di toko online. Melakukan pembelian dengan kartu kredit mempersulit kita untuk mengawasi pengeluaran.
Mengejar pendidikan tinggi. Memperbaiki kemampuan diri dalam bentuk sertifikat teknis atau diploma, gelar sarjana atau magister, pelatihan profesional, sekolah kedokteran atau bentuk pelatihan lainnya dapat membantu kita mencapai tujuan karir, tetapi ada harganya.
Hidup di luar kemampuan. Meskipun setiap orang memiliki impian, mencoba mewujudkannya sebelum kita dapat mendukungnya secara finansial berarti kita hanya menanggung hutang dari bulan ke bulan.
Menurut apa yang dituliskan Bill Fay, pada artikelnya The Emotional Effects of Debt, bahwa hutang ingin menimpa siapa pun tanpa memandang usia, ras, tingkat pendidikan, atau sumber daya pribadi. Namun, masing-masing kelompok tersebut menangani hutang dan tantangan terkaitnya dengan cara yang berbeda. Tantangan-tantangan itu sangat menakutkan bagi kaum muda, yang semakin memulai kehidupan dewasa mereka.
Adapun pada tulisan Sara disebutkan bahwa, menurut penelitian Northwestern Mutual, anggota Generasi X, kelompok yang lahir antara tahun 1946 dan 1964, memiliki hutang paling banyak dari generasi mana pun. Rata-rata Gen X memiliki hutang pribadi sebesar $36.000, tidak termasuk hipotek rumah.
Namun, Gen X bukanlah satu-satunya generasi yang mengalami hutang. Berikut ini adalah kelompok usia yang paling mungkin terkena dampak hutang dan stres finansial dan mengapa demikian:
1. Milenial: usia 23 hingga 38 tahun
Milenial rata-rata menghadapi hutang karena kenaikan biaya hidup, pinjaman pendidikan (student loan), dan efek krisis ekonomi.
2. Generasi X: usia 39 hingga 55 tahun
Generasi ini cenderung memiliki kewajiban finansial paling banyak antara membayar hipotek, membesarkan anak, dan berpotensi membantu orang tua secara finansial.
3. Baby Boomer: usia 56 hingga 73 tahun
Meskipun 28 juta baby boomer pensiun pada tahun 2020, banyak yang tidak pensiun tanpa hutang. Baby boomer membawa hutang dari hipotek, pinjaman mobil, pinjaman pribadi, dan saldo kartu kredit.
4. Orang berusia 70 tahun ke atas
Total beban hutang untuk orang Amerika di atas usia 70, meningkat 543% dari tahun 1999 hingga 2019. Hutang ini terutama disebabkan oleh pinjaman hipotek dan mobil dan harus mengambil lebih banyak hutang hanya untuk memenuhi kebutuhan.
Apa Pengaruh Hutang terhadap Kesehatan Mental dan Fisik?
Bill kembali menuliskan dalam artikelnya bahwa beberapa penelitian mengkhawatirkan hutang memicu stres, yang mengurangi ketahanan kita terhadap masalah kesehatan mental. Studi lain menunjukkan masalah kesehatan mental menurunkan pengendalian diri, meningkatkan pengeluaran, dan pada dasarnya mengacaukan penilaian keuangan seseorang.
Istilah “penyakit mental” mencakup berbagai masalah dan berbagai tingkat keparahan. Apakah itu masalah yang tampaknya sudah berlalu atau masalah yang parah dan mengakar. Penting untuk menyadarinya, mengakuinya, dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.
Pola perilaku yang memaksa beberapa orang untuk membelanjakan uang tanpa kendali dapat membuat seseorang terlilit hutang sama pastinya dengan keadaan darurat keuangan yang disebabkan oleh kecelakaan. Terlepas dari bagaimana seseorang tertinggal, berhutang dapat memicu respon emosional yang meresahkan. Banyak dari pola perilaku ini mungkin berakar pada bagian paling mendasar dari kehidupan finansial kita.
Sara juga memiliki pendapat bahwa sama seperti hutang yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, masalah kesehatan mental juga dapat mempengaruhi keuangan seseorang. Seseorang yang mengalami kecemasan atau depresi dapat beralih ke keputusan keuangan yang buruk untuk mengatasinya.
Hal ini bisa termasuk melakukan pembelian impulsif yang mahal dan mengembangkan kecanduan belanja. Depresi juga dapat menyebabkan kesulitan dalam bekerja dan mempertahankan pekerjaan. Ketika orang mengalami penyakit mental, mereka mungkin sangat berjuang untuk membuat anggaran dan mematuhinya, membayar tagihan yang mengakibatkan bertambahnya hutang dan tagihan lainnya.
Sementara itu, menurut Bill, tidak ada dinding antara kesehatan mental dan fisik kita. Keduanya saling tumpang tindih dan mempengaruhi satu sama lain dengan cara yang baik dan buruk. Ketika hutang dan stres terlibat, efeknya jarang positif. Hutang dan stres dapat mempengaruhi kesehatan fisik kita dalam beberapa cara, termasuk pada:
Tekanan darah, yang juga dipengaruhi oleh pola makan dan kondisi secara keseluruhan. Dengan tambahan stres, hal ini bisa menjadi masalah serius.
Detak jantung, yang juga dapat mempengaruhi ritme jantung kita, yang pada gilirannya dapat menyebabkan stroke dan kejadian lainnya.
Fungsi sistem kekebalan tubuh, yang sangat banyak diberitakan selama pandemi.
Suasana hati, yang memiliki konsekuensi internal (seperti kesehatan mental kita) dan eksternal (seperti hubungan penting kita).
Memori, yang dapat terpengaruh dan kemudian dapat menciptakan stres lebih lanjut.
Kenaikan atau penurunan berat badan, yang berimplikasi pada tekanan darah dan kesehatan jantung.
“Overwhelming debt can result in stress and depression and has been linked to increased suicide rates.”
Bagaimana Cara Mengatasi Stres Finansial?
Tidak peduli seberapa suram situasi keuangan kita saat ini, pasti ada jalan keluar, meskipun sulit. Strategi-strategi berikut ini, dirangkum dari tulisan Lawrence Robinson dan Melinda Smith, dapat membantu kita memutus siklus, meredakan stres, dan menemukan stabilitas keuangan kita kembali.
Tip 1: Bicaralah dengan seseorang
Saat kita menghadapi masalah uang, seringkali ada godaan yang kuat untuk menahan semuanya dan mencoba melakukannya sendiri. Banyak dari kita bahkan menganggap uang sebagai hal yang tabu, tidak boleh dibicarakan dengan orang lain.
Kita mungkin merasa canggung untuk mengungkapkan jumlah yang kita peroleh atau belanjakan, merasa malu atas kesalahan keuangan yang telah kita buat, atau malu karena tidak mampu menafkahi keluarga kita. Tetapi ‘membotolkannya’ hanya akan memperburuk stres finansial kita.
Dalam ekonomi saat ini, di mana banyak orang berjuang bukan karena kesalahan mereka sendiri, kita mungkin akan menemukan orang lain jauh lebih memahami masalah kita.
Berbicara tatap muka dengan teman terpercaya atau orang tersayang merupakan cara yang terbukti untuk menghilangkan stres, tetapi tidak hanya itu, berbicara secara terbuka tentang masalah keuangan kita juga dapat membantu kita meletakkan segala sesuatu permasalahannya dalam sudut pandang lain.
Orang yang kita ajak bicara tidak harus mampu menyelesaikan masalah kita atau menawarkan bantuan keuangan. Untuk meringankan beban kita, mereka hanya perlu bersedia membicarakannya tanpa menghakimi atau mengkritik kondisi kita.
Jujurlah tentang apa yang kita alami dan emosi yang kita rasakan. Membicarakan kekhawatiran, dapat membantu kita memahami apa yang kita hadapi. Adapun teman atau orang yang kita cintai bahkan mungkin dapat menemukan solusi yang tidak kita pikirkan sendiri.
Jika kita tidak memiliki teman atau orang terkasih untuk diajak bicara, mendapatkan saran praktis dari seorang ahli selalu merupakan ide yang bagus. Menjangkau bukanlah tanda kelemahan dan itu tidak berarti bahwa kita telah gagal sebagai pemberi nafkah, orang tua, atau pasangan. Itu hanya berarti bahwa kita cukup bijak untuk mengenali situasi keuangan kita yang menyebabkan stres dan perlu ditangani.
Tip 2: Catatlah keuangan kita
Jika kita berjuang untuk memenuhi kebutuhan, kita mungkin berpikir dapat meredakan stres dengan membiarkan tagihan tidak dibuka, menghindari panggilan telepon dari kreditur, atau mengabaikan laporan bank dan kartu kredit.
Tetapi, menyangkal realitas situasi kita hanya akan memperburuk keadaan dalam jangka panjang. Langkah pertama untuk menyusun rencana dalam memecahkan masalah keuangan kita adalah merinci pendapatan, hutang, dan pengeluaran kita selama setidaknya satu bulan.
Sejumlah situs web dan aplikasi ponsel cerdas dapat membantu melacak keuangan kita ke depan atau kita dapat bekerja mundur dengan mengumpulkan kuitansi dan memeriksa laporan bank dan kartu kredit.
Sudah jelas bahwa beberapa kesulitan uang lebih mudah dipecahkan daripada yang lain, tetapi dengan mencatat keuangan, kita akan memiliki gagasan yang lebih jelas tentang posisi kita. Dan meskipun prosesnya tampak menakutkan atau menyakitkan, melacak keuangan kita secara mendetail juga dapat membantu kita mulai mendapatkan kembali rasa kendali yang sangat dibutuhkan atas situasi kita.
Saat kita dihadapkan pada tumpukan tagihan yang jatuh tempo dan hutang yang menggunung, membeli kopi dalam perjalanan ke tempat kerja mungkin tampak seperti pengeluaran yang tidak relevan. Tetapi pengeluaran yang tampaknya kecil dapat meningkat dari waktu ke waktu, jadi pantau semuanya. Memahami dengan tepat bagaimana kita membelanjakan uang adalah kunci untuk menganggarkan dan menyusun rencana untuk mengatasi masalah keuangan kita.
Saat meninjau hutang dan kebiasaan belanja kita, ingatlah bahwa siapa pun dapat mengalami kesulitan keuangan. Jangan gunakan ini sebagai alasan untuk menghukum diri sendiri atas kesalahan keuangan yang dirasakan. Beri diri kita istirahat dan fokus pada aspek yang dapat dikendalikan saat kita ingin melangkah maju.
Tip 3: Buatlah rencana dan patuhi itu
Sama seperti stres finansial yang dapat disebabkan oleh berbagai macam masalah uang yang berbeda, demikian juga ada kemungkinan solusi yang sama luasnya. Rencana untuk mengatasi masalah khusus kita dapat berupa hidup dengan anggaran yang lebih ketat, menurunkan suku bunga hutang kartu kredit kita, mengekang pengeluaran online, mencari pekerjaan baru atau sumber pendapatan tambahan.
Jika kita telah menginventarisasi situasi keuangan kita, menghilangkan pengeluaran impulsif, dan pengeluaran kita masih melebihi pendapatan, pada dasarnya ada 3 pilihan yang terbuka untuk kita: tingkatkan pendapatan kita, turunkan pengeluaran kita, atau keduanya. Namun, cara kita mencapai salah satu dari tujuan tersebut mungkin akan membutuhkan pembuatan rencana dan evaluasi terhadapnya.
Kita semua manusia dan tidak peduli seberapa ketat rencana itu, kita mungkin menyimpang dari tujuan kita atau sesuatu yang tidak terduga dapat terjadi untuk menggagalkan kita. Jangan menyalahkan diri sendiri, tetapi kembali ke jalur secepat mungkin.
Tip 4: Buat anggaran bulanan
Apa pun rencana kita untuk mengatasi masalah keuangan, menetapkan dan mengikuti anggaran bulanan dapat membantu kita tetap pada jalur dan mendapatkan kembali kendali kita.
Sertakan pengeluaran sehari-hari dalam anggaran kita, seperti bahan makanan dan biaya perjalanan ke tempat kerja, serta sewa bulanan, atau tagihan lainnya.
Untuk barang-barang yang kita bayar setiap tahun, seperti asuransi mobil atau pajak properti, bagilah dengan 12 sehingga kita dapat menyisihkan uang setiap bulan.
Jika memungkinkan, cobalah memperhitungkan pengeluaran tidak terduga, seperti biaya medis jika kita jatuh sakit, atau biaya perbaikan rumah dan mobil.
Siapkan pembayaran otomatis sedapat mungkin untuk membantu memastikan tagihan dibayar tepat waktu dan kita menghindari keterlambatan pembayaran dan kenaikan suku bunga.
Prioritaskan pengeluaran kita. Jika kesulitan menutupi pengeluaran setiap bulan, ada baiknya memprioritaskan ke mana uang kita pergi lebih dulu. Misalnya, kebutuhan makan dan tempat tinggal serta kebutuhan air dan listrik.
Terus mencari cara untuk menghemat uang. Sebagian besar dari kita dapat menemukan sesuatu dalam anggaran kita yang dapat kita hilangkan untuk membantu memenuhi kebutuhan. Tinjau anggaran kita secara teratur dan cari cara untuk memangkas pengeluaran.
Tip 5: Kelola stres kita secara keseluruhan
Menyelesaikan masalah keuangan cenderung melibatkan langkah-langkah kecil yang menuai hasil dari waktu ke waktu. Dalam iklim ekonomi saat ini, tidak mungkin kesulitan keuangan kita akan hilang dalam semalam. Tetapi, hal itu tidak berarti kita tidak dapat mengambil langkah segera untuk meredakan tingkat stres, menemukan energi, dan ketenangan pikiran dalam menghadapi tantangan jangka panjang dengan lebih baik.
Bahkan sedikit olahraga teratur dapat membantu meredakan stres, meningkatkan suasana hati dan energi, serta meningkatkan harga diri. Atau kita bisa meluangkan waktu untuk bersantai setiap hari dan mengistirahatkan pikiran dari kekhawatiran yang terus-menerus.
Meditasi, latihan pernapasan, atau teknik relaksasi lainnya adalah cara terbaik untuk menghilangkan stres dan memulihkan keseimbangan dalam hidup kita. Merasa lelah juga hanya akan meningkatkan stres dan pola pikir negatif kita. Menemukan cara untuk meningkatkan kualitas tidur selama masa sulit ini akan membantu pikiran dan tubuh kita.
Benar atau salah, mengalami masalah keuangan dapat menyebabkan kita merasa gagal dan mempengaruhi harga diri kita. Tetapi ada banyak cara lain yang lebih bermanfaat untuk meningkatkan rasa harga diri kita. Bahkan ketika kita sedang berjuang sendiri, membantu orang lain dengan menjadi sukarelawan dapat meningkatkan kepercayaan diri, meredakan stres, kemarahan, dan kecemasan.
Atau kita dapat menghabiskan waktu di alam, mempelajari keterampilan baru, atau menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang menghargai kita apa adanya, daripada saldo bank kita.
Pola makan sehat yang kaya akan buah, sayuran, dan omega-3 dapat membantu mendukung suasana hati dan meningkatkan energi serta penampilan kita. Dan kita tidak perlu menghabiskan banyak uang, karena ada cara untuk makan enak dengan anggaran terbatas.
‘‘Anyone can get into financial difficulties.’’
Jika kita khawatir tentang uang, kita tidaklah sendirian. Banyak dari kita dari seluruh dunia dan hampir dari semua lapisan masyarakat, harus menghadapi stres finansial dan ketidakpastian di kehidupan yang sulit ini.
Sangat jarang seseorang tidak pernah memiliki masalah keuangan. Masalah pasti terjadi: kehilangan pekerjaan, pernikahan gagal, jatuh sakit, meningkatnya hutang, biaya tidak terduga, dan tagihan yang terus menumpuk. Tidak ada yang kebal, terutama selama dan setelah pandemi.
Tetapi, tidak peduli betapa putus asanya situasi kita, selalu ada bantuan yang tersedia. Dengan mengatasi masalah keuangan, kita dapat menemukan jalan keluar, meredakan tingkat stres dan mendapatkan kembali kendali atas keuangan kita serta hidup kita.
Bersyukurlah atas hal-hal baik dalam hidup kita. Saat kita diganggu oleh kekhawatiran dan ketidakpastian keuangan, mudah untuk memfokuskan semua perhatian kita pada hal-hal negatif.
Meskipun kita tidak harus mengabaikan kenyataan dan berpura-pura semuanya baik-baik saja, kita dapat meluangkan waktu sejenak untuk menghargai hubungan dekat, keindahan matahari terbenam, atau cinta hewan peliharaan kita. Hal ini dapat memberi pikiran kita istirahat dari kekhawatiran yang terus-menerus menyakiti kita, membantu meningkatkan suasana hati kita, dan meredakan stres kita.
Add a comment