Apakah kita memiliki ingatan yang membara tentang pengalaman memalukan yang terjadi pada kita, dan berpikir bahwa setiap orang yang hadir saat itu pasti masih menertawakannya hingga hari ini?
Demikian pula, pernahkah kita memerhatikan bagaimana kita cenderung melebih-lebihkan jumlah pekerjaan yang kita berikan untuk proyek tim? Merasa diri sendiri yang paling berkontribusi. Dalam kedua kasus, hal itu adalah peran bias egosentris.
Bias egosentris dijelaskan menurut Anne-Laure Le Cunff dalam artikel Egocentric bias: why we feel like the main character in our own movie, merupakan bias kognitif umum yang menyebabkan kita terlalu mengandalkan perspektif kita sendiri ketika mempertimbangkan peristiwa, ide, dan keyakinan. Hal ini dapat mempersulit pemahaman perspektif orang lain, dan dapat mengaburkan penilaian kita saat membuat keputusan.
Misalnya, jika kita melakukan sesuatu yang memalukan, bias egosentris dapat menyebabkan kita melebih-lebihkan sejauh mana orang lain cenderung memerhatikannya, karena hal itu dapat menyebabkan kita berasumsi bahwa orang lain sama fokusnya pada tindakan kita seperti kita.
Mengapa Kita Fokus pada Perspektif Kita Sendiri?
Dijelaskan kembali dalam tulisan Anne, istilah “bias egosentris” pertama kali diciptakan pada tahun 1980 oleh psikolog Anthony Greenwald, yang menggambarkannya sebagai fenomena di mana orang membelokkan ingatan dan keyakinan mereka melalui referensi diri (pada dasarnya kita cenderung membesar-besarkan peran kita dalam suatu situasi).
Pada tahun 1993, peneliti melakukan penelitian di Jepang, di mana mereka meminta peserta untuk menuliskan perilaku adil dan tidak adil dari diri mereka sendiri dan orang lain. Para peneliti menemukan bahwa peserta cenderung memulai pernyataan dengan “saya” ketika menulis tentang perilaku yang adil, dan “orang lain” ketika menulis tentang perilaku yang tidak adil, dan sebaliknya.
Studi ini menunjukkan bahwa kita cenderung mengaitkan perilaku positif dengan diri kita sendiri, dan perilaku negatif dengan orang lain. Dengan kata lain, tentunya kita harus bertanggung jawab atas hasil yang sukses, dan orang lain yang harus disalahkan atas kegagalan.
Mengapa bias kognitif ini begitu lazim? Penjelasan pertama cukup jelas. Karena kita memiliki akses langsung ke pikiran dan emosi kita sendiri, dan bukan orang lain. Kita cenderung lebih sadar akan perilaku kita sendiri, yang mungkin hanya mengarah pada mempertimbangkan peristiwa dari sudut pandang kita sendiri.
Usia seseorang, misalnya, dapat memengaruhi kemungkinan bahwa mereka akan mengalami bias egosentris, dan satu penelitian menemukan bahwa remaja dan orang dewasa yang lebih tua menunjukkan peningkatan egosentrisitas dibandingkan dengan orang dewasa muda dan setengah baya.
Dengan menyimpan ingatan kita secara egosentris, peran kita sendiri diperbesar, dan pengalaman menjadi lebih relevan secara pribadi dan lebih mudah diingat. Ini juga dapat menjelaskan mengapa ingatan masa kanak-kanak lebih sulit untuk diingat. Karena rasa diri kita kurang berkembang di usia muda, ingatan lama tidak terhubung kuat dengan diri kita sendiri dan dapat dikategorikan kurang relevan dengan ingatan yang lebih baru.
Demikian pula, jumlah bahasa yang digunakan seseorang dapat berperan dalam kecenderungan orang terhadap bias egosentris, dan satu studi menemukan bahwa bilingual tampaknya lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami bias egosentris daripada monolingual.
Selain itu, berbagai faktor lain telah ditemukan untuk memengaruhi bias egosentris orang, termasuk autisme, perhatian penuh, keterlibatan dengan fiksi sastra, dan jenis informasi yang dipertimbangkan seseorang.
Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun faktor latar belakang seperti itu dapat memengaruhi kecenderungan orang terhadap bias egosentris, hampir setiap orang mengalami bias egosentris sampai tingkat tertentu dalam beberapa kasus.
Bias egosentris dapat menyebabkan seseorang yang sedang berbicara di depan umum menganggap bahwa kegugupannya lebih terlihat oleh hadirin daripada yang sebenarnya terjadi, karena hal itu sangat terlihat oleh dirinya sendiri.
Bias egosentris dapat menyebabkan seseorang yang melakukan sesuatu memalukan untuk melebih-lebihkan kemungkinan orang lain akan mengingatnya, karena dia sendiri mengingatnya dengan baik.
Bias egosentris dapat menyebabkan seseorang melebih-lebihkan jumlah pekerjaan yang dia sumbangkan untuk proyek kelompok, karena dia lebih fokus pada pekerjaannya sendiri daripada pekerjaan yang dilakukan anggota tim lain.
Bias egosentris dapat menyebabkan seseorang mengingat dirinya sebagai pemain kunci dalam suatu peristiwa masa lalu, karena ia hanya melihat peristiwa tersebut dari sudut pandangnya sendiri.
Bias egosentris dapat menyebabkan seseorang berasumsi bahwa rekan-rekannya semua memiliki keyakinan politik dan nilai-nilai sosial yang sama, karena dia begitu fokus pada keyakinan itu sehingga sulit baginya untuk membayangkan bahwa orang lain mungkin melihat sesuatu secara berbeda.
Secara keseluruhan, contoh bias egosentris muncul di banyak bidang kehidupan. Semua contoh ini melibatkan kecenderungan untuk terlalu mengandalkan perspektif sendiri, yang berarti bahwa dalam banyak kasus, egosentris menyebabkan orang memproyeksikan keyakinan, keinginan, pikiran, dan emosi mereka ke orang lain, terutama ketika orang-orang itu dekat dengan mereka.
Dengan demikian, bias egosentris juga dapat menghambat kemampuan orang untuk berempati dengan orang lain, karena hal itu menyebabkan mereka berfokus terutama pada emosi mereka sendiri, dan mengabaikan perasaan orang lain.
Bagaimana Mengurangi Bias Egosentris?
Teknik debiasing (mengurangi/menghilangkan bias) dalam bias egosentris dapat berguna dalam berbagai situasi, karena dapat membantu orang, termasuk kita, memahami perspektif yang berbeda dari diri kita sendiri.
Melanjutkan tulisan Anne, bahwa dari kesadaran hingga teknik debiasing, ada beberapa cara untuk memastikan bahwa bias egosentris tidak terlalu berdampak negatif pada pekerjaan dan kehidupan kita. Empat strategi berikut ini dapat kita gunakan untuk melindungi diri dari efek terburuknya.
Kembangkan kesadaran kita tentang bias egosentris. Mengembangkan kesadaran akan bias egosentris dapat membantu untuk menguranginya. Ini melibatkan tentang apa bias ini, bagaimana hal itu memengaruhi orang, mengapa hal itu terjadi, dan kapan kemungkinan itu memengaruhi pemikiran kita. Namun, meskipun kesadaran akan bias egosentris itu penting dan bermanfaat, umumnya tidak cukup untuk menghindari bias ini sepenuhnya, jadi kita tidak boleh berasumsi bahwa hanya dengan menyadari bias ini berarti kita tidak akan mengalaminya.
Jelajahi sudut pandang alternatif. Kita dapat mencoba membayangkan situasi dari sudut pandang orang lain. Misalnya, jika kita bertengkar dengan seorang teman, kita dapat mencoba memvisualisasikan situasi dari sudut pandang mereka untuk mencoba dan memahami mengapa mereka bertindak seperti itu. Atau dengan mencari argumen tandingan dari sudut pandang kita saat ini. Misalnya, jika kita percaya pada sikap politik tertentu, kita dapat mencoba mencari alasan mengapa sikap yang berlawanan juga bagus. Ini akan memungkinkan kita untuk memahami mengapa orang mendukung sikap yang berlawanan itu, dan akan membantu kita menilai keyakinan kita sendiri dengan cara yang lebih rasional. Terakhir, lebih baik lagi jika kita bisa mendapatkan perspektif sebenarnya dari orang lain (berbicara langsung dengan orang yang memiliki sudut pandang tersebut), daripada hanya membayangkan apa yang mungkin mereka pikirkan atau rasakan.
Terapkan bahasa self-distancing. Tingkatkan jarak psikologis kita dengan pikiran dan emosi kita sendiri dengan mengubah kata ganti yang kita gunakan saat menggambarkan suatu situasi. Dalam kasus Anne, dia dapat bertanya: “Bagaimana kinerja Anne dalam proyek ini?” atau “Seberapa adil reaksi Anne dalam situasi ini?” Dengan berpindah dari kata ganti orang pertama (aku) ke orang ketiga (dia/nama orang). Menggunakan bahasa self-distancing dapat mengurangi bias egosentris dengan meningkatkan jarak psikologis kita dari perspektif kita sendiri.
Mintalah umpan balik. Alih-alih hanya mengandalkan persepsi kita sendiri tentang suatu situasi, mintalah masukan dari luar secara proaktif. Biarkan kolega, teman, dan keluarga kita memberi tahu pendapat mereka tentang apa yang kita lakukan, seberapa besar kontribusi kita, dan seberapa adil perilaku kita. Kritik yang membangun, bila diterima dengan baik, adalah alat yang ampuh untuk pertumbuhan pribadi. Pastikan kita memahami umpan balik dan merenungkannya.
Tidak mungkin untuk kita sepenuhnya menghilangkan bias egosentris. Lagi pula, kita menghabiskan banyak waktu di kepala kita, dan wajar saja jika kita cenderung melihat dunia melalui perspektif kita sendiri.
Lebih jauh lagi, bahkan ketika teknik ini berhasil, mereka umumnya hanya membantu mengurangi bias egosentris sampai tingkat tertentu, daripada menghilangkannya sepenuhnya, dan secara umum, bias egosentris relatif tahan terhadap debiasing.
Selain itu, dalam beberapa kasus, mengurangi bias egosentris tidak berarti meningkatkan kemampuan untuk membuat keputusan yang rasional, tetapi secara keliru meningkatkan kepercayaan orang pada kemampuan mereka untuk melakukannya.
Oleh karena itu, dalam hal bias egosentris, kita harus berhati-hati saat mempertimbangkan seberapa efektif upaya debias kita. Jika memungkinkan, kita harus menilai keefektifannya dengan hati-hati menggunakan informasi yang sesuai, seperti umpan balik dari individu yang relevan, dan jika tidak ada bukti, kita harus menghindari asumsi bahwa kita akan mampu menghilangkan bias ini sepenuhnya.
Anthony Greenwald, dikutip dari tulisan Anne mengatakan bahwa di satu sisi, kita semua sedikit seperti paranoid, yang mengalami segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita dan berkaitan dengan diri kita sendiri. Pada tingkat yang lebih rendah, setiap orang cenderung melihat peristiwa sebagai suatu hal yang lebih berpusat pada diri mereka sendiri daripada yang sebenarnya terjadi. Orang-orang mengalami hidup melalui filter yang berpusat pada diri sendiri.
Dunia tidak selalu berputar di kehidupan kita, begitupun tidak di kehidupan orang lain. Perspektif kita tidak selalu benar, sudut kita tidak selalu tepat. Kita bukanlah hal terpenting di dunia ini. Berhenti bersikap egois dan hiduplah dengan orang lain.
Add a comment