Ini adalah kisah tentang bagaimana lebah madu membuat sebuah keputusan sebagai sebuah kelompok. Setiap tahunnya, di penghujung musim semi atau di awal musim panas, satu kelompok lebah madu, yang kurang lebih berisikan 10.000 anggota, akan berpindah dari sarang lama ke sarang baru. Lebah madu mengandalkan data yang dikumpulkan oleh beberapa ratus lebah pemandu (scout bees) untuk membuat keputusan mengenai mana calon sarang yang terbaik. Debat yang seimbang dan mendalam pun terjadi antar lebah pemandu untuk melihat sarang mana yang lebih baik.
Tetapi bagaimanakah cara lebah madu untuk memilih sarang mereka? Bagaimana mereka yakin bahwa sarang yang baru cukup besar dan aman untuk menampung seluruh anggota? Dan bagaimana setiap anggota bisa mengetahui arah untuk menuju ke sarang yang baru?
Terdapat Proses Demokrasi yang Kompleks Untuk Memilih Sarang Baru Manusia sudah terkagum dengan lebah semenjak beberapa abad yang lalu. Di zaman Mesir Kuno, orang-orang sudah memelihara lebah untuk mendapatkan madunya. Mulai abad keduapuluh, manusia mulai memahami lebih banyak mengenai lebah madu berkat penelitian yang dipelopori oleh ilmuwan dari Jerman yang bernama Martin Lindauer.
Di tahun 1949, ketika beliau sedang mengamati sekelompok lebah, beliau memperhatikan sesuatu yang tidak wajar. Beberapa lebah melakukan tarian waggle – sebuah gerakan yang dilakukan lebah madu untuk memberi tahu anggota lain di mana letak nektar berada. Namun, menurut beliau pada waktu itu, tarian waggle ini nampak berbeda dari biasanya. Pertama, lebah penari tidak membawa serbuk sari bersamanya. Kedua, tubuh mereka nampak kotor karena terkena abu hitam dan debu batu bata, sementara beberapa penari lainnya diselimuti oleh tepung. Lindauer pun curiga apakah ini merupakan tanda bahwa mereka sedang mencari-cari sarang baru?
Membutuhkan percobaan bertahun-tahun untuk mengkonfirmasi kecurigaan Lindauer tersebut. Semakin para ilmuwan mengetahui bagaimana proses kompleks di balik pemilihan sarang baru (yang menentukan hidup dan mati mereka), semakin terkagum para ilmuwan dengan kemampuan berdebat secara demokratis dari lebah madu.
Satu Kelompok Lebah Madu Bertindak Secara Serempak dan Terorganisasi Menurut penulis, keberadaan lebah merupakan hasil evolusi dari tawon semenjak 100 juta tahun yang lalu. Perbedaan utama dari mereka terletak pada apa yang mereka konsumsi. Lebah hanya mengonsumsi serbuk sari dari bunga, sementara tawon adalah karnivor. Terdapat kurang lebih 20.000 spesies lebah di dunia dan sebagian besar hidup secara mandiri. Lain halnya dengan lebah madu, mereka adalah mahluk sosial yang sangat efektif dalam berorganisasi. Bahkan ilmuwan pun menjuluki mereka dengan sebutan superorganism – sebuah koloni yang bertindak layaknya mahluk tunggal walaupun mereka memiliki 10.000 anggota di dalamnya.
Jantung sarang adalah letak di mana sang ratu lebah bertakhta. Tugas dari ratu lebah madu hanyalah satu: bertelur. Kurang lebih 150.000 butir telur ia hasilkan setaip musim panas. Sebagian besar dari telur-telur ini akan berkembang menjadi lebah pekerja (worker bee) yang semuanya berkelamin betina. Hanya 5% saja dari telur tersebut yang berkelamin jantan (disebut dengan drones); satu-satunya tugas yang mereka miliki adalah melacak lokasi dari ratu-ratu lebah dari koloni-koloni lain untuk kawin dengan mereka.
Setelah sang ratu selesai bertelur di sel-sel sarang lebah, proses untuk berpindah sarangpun dimulai. Sang ratu mulai diperlakukan secara berbeda oleh para pekerjanya. Ia mendapatkan lebih sedikit makanan dan bahkan pekerjanya mulai menggigitinya. Akibatnya sang ratu kehilangan 25% dari berat badannya; tujuannya adalah agar ia mempunyai tubuh yang cukup ringan untuk terbang. Setelah beberapa hari, koloni lebah ini siap untuk berpindah. Dua per tiga dari total koloni – termasuk sang ratu lebah- terbang meninggalkan sarang lama. Saat masa transisi, mereka tidak langsung mengunjungi sarang yang baru, namun mereka akan menetap sejenak di batang pohon tertentu di pertangahan jalan.
Sementara, di sarang yang lama, seorang ratu yang baru akan muncul dari salah satu telur. Untuk mengumumkan kehadirannya sebagai seorang ratu, ia akan mengeluarkan rangkaian suara khusus yang disebut dengan toots. Jika sang ratu baru mendengar suara balasan, yang disebut quack, ini merupakan tanda bahwa ada telur lain yang berpotensi untuk menjadi sang ratu saat menetas. Jika terdapat lebih dari satu ratu, mereka akan bertarung satu sama lain hingga salah satu dari mereka masih bertahan hidup.
Lebah Madu Mengevaluasi Calon Sarang Baru Dengan Teliti Koloni lebah madu yang berada dalam masa transisi akan menetap di cabang pohon tertentu selama beberapa jam hingga beberapa hari. Mereka tidak akan tergesa-gesa dalam membuat keputusan dalam memilih sarang baru. Sekali mereka membuat kesalahan dalam memutuskan, mereka tidak akan bisa bertahan melalui musim dingin. Untuk mencari tahu apa saja faktor yang diperhitungkan lebah madu dalam memilih sarang, penulis (Thomas D. Seeley) memilih untuk melakukan penelitiannya di Pulau Appledore yang terletak di lepas pantai Maine di New England. Ini adalah tempat yang sempurna karena jauh dari keramaian dan mempunyai iklim yang sesuai. Selain itu, tidak ada populasi lebah madu asli dari sana sehingga penelitian dapat lebih terkontrol.
Kotak-kotak sarang lebah dengan proporsi yang dapat diatur beliau tempatkan di sekeliling pulau dengan berbagai macam kondisi. Kemudian beliau melakukan sederet eksperimen yang terukur untuk memastikan kotak-kotak mana saja yang lebah sukai. Hasilnya, diketahui bahwa lebah madu cenderung menyukai kotak dengan kapasitas 40 liter dengan lubang masuk yang kecil, dengan luas sekitar 12 cm persegi, yang terletak di bagian bawah kotak. Lebah madu juga lebih memilih kotak yang menghadap ke selatan karena memberikan lebih banyak kehangatan. Semakin tinggi letak sarang semakin baik karena membuatnya lebih sulit untuk diserang mangsa. Faktor lain seperti bentuk dari sarang (entah seperti bola atau kotak persegi panjang) dan kondisi sarang yang basah atau dingin tidak terlalu mereka pedulikan karena mereka bisa memperbaiki masalah tersebut nantinya.
Dalam pengamatannya, penulis menemukan bahwa seekor lebah madu membutuhkan waktu sekitar 37 menit untuk mengelilingi ruang baru sebanyak 30 kali dengan cara berjalan dan terbang pendek dari sisi ke sisi. Ini semua dilakukan untuk mengukur seberapa besar volume yang dimiliki calon sarang baru. Selesai melakukan inspeksi, lebah pemandu (scout bees) kembali menjumpai koloninya untuk menyebarkan informasi ini kepada seluruh rekan-rekannya.
Lebah Pemandu Menyebarkan Informasi Mengenai Calon Sarang yang Berpotensi Politik pada kehidupan manusia bergantung pada sistem demokrasi perwakilan di mana hanya segelintir individu yang membuat sebuah keputusan mewakili populasi secara keseluruhan. Sementara, sistem yang diterapkan lebah madu jauh lebih mendekati model demokrasi secara langsung di mana terdapat banyak individu yang ikut mengambil keputusan. Lebah-lebah pemandu, yang pada dasarnya adalah lebah pekerja yang berpengalaman, bertugas untuk mengevaluasi sarang-sarang yang memiliki potensi terbaik. Uniknya, lebah pemandu yang berjumlah ratusan ini tidak menyampaikan hasil evaluasi sarang kepada "pemerintah pusat", melainkan mereka menyebarkannya kepada rekan-rekan lebah pekerja lainnya agar mereka dapat membuat keputusan secara mandiri. Dengan cara ini, konsensus secara perlahan akan terbentuk.
Sering kali, ketika lebah pemandu kembali ke sarang, ia akan segera melakukan dansa waggle. Ini dilakukan agar rekan-rekan lebah pekerja dapat mengetahui informasi tentang seberapa jauh letak calon sarang baru dari posisi koloni sekarang, dan ke arah mana mereka harus terbang, relatif kepada posisi matahari, agar mereka dapat mengunjunginya. Cara lebah menarikan dansa waggle juga mengindikasikan kualitas dari sarang. Semakin antusias dan semakin berulang tarian dilakukan, semakin baik kualitas dari sarang yang dievaluasi. Dansa yang dilakukan lebih lama akan menarik lebih banyak perhatian dari lebah pemandu lainnya sehingga mereka juga dapat ikut memeriksa sarang tersebut. Sarang dengan kualitas tinggi akan mendapatkan lebih banyak support ketika lebih banyak scout bees yang ikut mempromosikannya.
Jarang sekali sistem ini mengalami kegagalan. Sesekali kegagalan dapat terjadi ketika terdapat dua calon sarang yang memiliki kualitas yang hampir sama dan mendapatkan jumlah dukungan yang hampir sama dari para lebah pemandu. Akibatnya, koloni lebah terbagi menjadi dua. Ini mengakibatkan sang ratu lebah mengalami kebingungan dan tersesat. Tidak adanya sang ratu di tengah-tengah mereka membuat satu koloni yang terbagi ini kembali ke sarang lamanya.
Jarang Sekali Lebah Madu Membuat Kesalahan Dalam Memilih Sarang Baru Untuk membuktikan kemampuan lebah dalam menentukan sarang baru, penulis kembali lagi ke Pulau Appledore. Beliau mempersiapkan 5 kotak di sekeliling pulau. Dengan sengaja beliau buat satu kotak memiliki kondisi yang paling ideal, sementara kualitas empat kotak lainnya dibuat sedang-sedang saja. Kemudian beliau lepaskan 5 koloni berbeda, secara bergantian, untuk memilih sarang baru. Hasilnya 4 dari 5 koloni tersebut memilih kotak yang paling ideal. Bukanlah skor yang sempurna, namun ini adalah bukti bahwa lebah memiliki kemampuan yang baik dalam memilih sarang.
Lalu apa alasan dibalik kesalahan yang dibuat salah satu koloni? Penulis berpendapat bahwa mungkin lebah-lebah pemandu yang telah mengevaluasi kotak ideal di koloni tersebut tidak melakukan tarian waggle ketike mereka kembali sehingga informasi ini tidak tersebar ke anggota pekerja yang lain. Kelalaian yang terjadi ini telah membuktikan satu poin penting, yakni salah satu lebah pemandu mungkin dapat berbuat kesalahan, tetapi ketika terdapat banyak lebah pemandu menginspeksi dan mengevaluasi sarang-sarang potensial di sekitar, tingkat risiko kegagalan akan terbatas dan kemungkinan keputusan terbaik munculpun tinggi.
Mari kita perhatikan seekor lebah bernama Red untuk memahami proses ini dengan lebih baik. Red adalah sebuah lebah yang telah penulis beri setitik cat merah di punggungnya. Suatu hari, ia menemukan satu calon sarang yang ideal dan segera memperagakan tari waggle yang berlangsung selama 6 menit ketika kembali ke rumah. Setelah itu ia kembali ke sarang yang sama untuk melakukan evaluasi yang kedua, namun ketika kembali ia tidak berdansa sama sekali. Apa yang terjadi? Ini adalah perilaku yang normal. Lebah pemandu bisa saja kehilangan ketertarikan terhadap opini awalnya seiring waktu. Dan anehnya, hal ini membantu proses penyeleksian berjalan.
Ingatlah, bahwa kemungkinan sarang yang memiliki potensi untuk menjadi rumah baru diabaikan sangatlah kecil karena setelah tarian waggle pertama dilakukan, lebah-lebah pemandu lainnya pasti akan pergi ke sarang tersebut untuk memvalidasi informasi yang disampaikan. Inilah hal yang terjadi terhadap sarang yang dievaluasi Red; setelah banyak lebah pemandu lain yang mengevaluasinya secara mandiri, ternyata banyak dari mereka yang tidak mendukung opini dari Red. Calon sarang dengan kualitas yang sedang-sedang saja akan mengalami kesulitan untuk menerima dukungan. Maka dari itu, Red tak lagi gigih memperjuangkan opininya ketika memang ada calon sarang lain yang jauh lebih baik.
Sementara kita manusia sangatlah keras kepala. Kita cenderung menaruh opini diri sendiri di atas opini orang lain. Mungkin kita harus belajar untuk mengelah dalam berdebat, mendengar apa yang orang lain katakan, dan mempercayai opini tersebut ketika apa yang disampaikan memang lebih benar.
Ketika Tiba Waktunya Untuk Berpindah Sarang, Lebah Madu Sangatlah Kompak Bagaimana caranya 10.000 lebah yang berkerumun pada batang pohon, masih dalam proses transisi, menyadari bahwa ini adalah waktunya untuk menetap di sarang yang baru? Dan bagaimana mereka mengetahui cara untuk menuju kesana? Padahal, hanya lebah-lebah pemandu sajalah yang pernah mengunjungi lokasi dari sarang-sarang berpotensi.
Dibutuhkan waktu yang lama untuk para peneliti menjawab kedua pertanyaan ini. Kamu mungkin berasumsi bahwa lebah madu telah memutuskan untuk berpindah ketika telah diraih konsensus tentang lokasi baru mana yang terpilih saat mereka masih berada di sarang lama. Tetapi ini tidaklah benar karena tidak ditemukan cukup bukti akan perilaku yang menunjukkan diraihnya konsensus di antara lebah. Melainkan, secara konsisten penulis menemukan bahwa lebah pemandulah yang mengawali proses perpindahan ketika mereka telah melihat ada sekitar 20 hingga 30 lebah pemandu yang sudah menetap di sarang yang baru. Daripada memastikan apakah seluruh anggota koloni telah meraih persetujuan, mereka lebih memilih untuk memeriksa apakah lokasi tertentu telah memiliki dukungan yang cukup dari para lebah pemandu.
Setelah lebah pemandu yakin akan lokasi yang terpilih, ia kembali mengunjungi koloni dan mulai membuat suara bernada tinggi yang disebut dengan piping. Ini membuat anggota koloni bersiaga dan mempersiapkan diri dengan cara meningkatkan suhu dari kawanan. Kemudian para lebah pemandu melakukan buzz running: mereka berlari dan terbang ke segala penjuru melewati seluruh anggota koloni, mengepakkan sayapnya dengan cepat untuk menghasilkan dengungan keras. Setelah semua siap, mereka lepas landas dengan lebah-lebah pemandu terbang di posisi terdepan sebagai penunjuk jalan. Perilaku ini telah terkonfirmasi di tahun 2006 dengan teknologi komputasi canggih yang melacak pergerakan dari tiap lebah. Mendekati sarang baru, mereka hinggap secara perlahan mengelilingi sarang. Dengan tertib mereka memasuki sarang dan mulai bekerja.
Kita Dapat Mempelajari Proses Pembuatan Keputusan Secara Demokratis dari Lebah
Pertama-tama, kita harus sadari bahwa perbedaan mendasar yang kita bisa temukan antara lebah madu dan manusia adalah komitmen mereka untuk selalu mempunyai tujuan yang sama yakni menjaga kelangsungan hidup dari koloni. Sebaliknya manusia sering memiliki tujuan yang berbeda. Tetapi pada situasi di mana kepentingan dari tiap individu selaras, seperti pada saat rapat komite, metode yang diterapkan lebah madu dapat kita jadikan acuan.
Pelajaran pertama: Jangan jadikan pemimpin sebagai pihak yang utama dan diutamakan. Pada kasus lebah madu, opini dari masing-masing lebah pemandu memiliki nilai yang sama sehingga tidak ada risiko di mana seekor lebah akan memaksakan koloni untuk membuat keputusan yang buruk. Sering sekali pemimpin-pemimpin dari manusia memaksakan keputusan yang buruk, karena adanya kepentingan pribadi yang dimilikinya, kepada rakyatnya sehingga rakyatnya jugalah yang menderita.
Pelajaran kedua: Selalu cari lebih dari satu solusi untuk sebuah masalah. Ketika lebah madu sedang mencari sarang baru untuk berkembang, lebah-lebah pemandu (scout bees) akan terbang ke arah yang berbeda untuk menemukan lokasi-lokasi yang berpotensi, dalam rangka memaksimalkan segala kemungkinan yang ada. Memiliki beberapa opsi berbeda dengan informasi lengkap mengenai kekurangan dan kelebihan dari tiap opsi akan membantu kita untuk mempersiapkan diri terhadap keputusan yang akan diambil nantinya sehingga resiko terburuk dapat diminmalisir. Lebih dari itu, keuntungan dari opsi yang dipilihpun dapat dimaksimalkan.
Pelajaran ketiga: Jika sebuah kelompok membutuhkan keputusan yang baik (tidak harus sempurna), maka terkadang akan lebih baik jika keputusan tersebut segera dijalankan selama ide dari keputusan tersebut nampak jelas akan berjalan sesuai dengan rencana – bahkan jika ide tersebut tidak mendapatkan persetujuan dari seluruh anggota kelompok. Ini adalah hal yang dilakukan lebah pemandu ketika mereka mengawali proses perpindahan koloni ke sarang yang baru. Terutama, jika waktu menjadi faktor utama dan keputusan perlu segera dibuat.
Pelajaran keempat: Berikan kebebasan pada orang-orang untuk mendapatkan pengetahuan secara independen. Memberikan orang-orang ruang untuk membentuk opini mereka sendiri akan menghasilkan debat yang lebih sehat dan informasi yang lebih matang. Lebah-lebah pemandu selalu melaksanakan evaluasi independen terhadap calon lokasi-lokasi sarang baru yang berpotensi; akibatnya hanya lokasi terbaiklah yang akan mendapatkan dukungan paling banyak. Evaluasi mandiri ini perlu dilakukan untuk meminimalkan munculnya informasi yang terdistorsi, baik oleh kepentingan pribadi maupun pengaruh dari pihak luar lainnya.
Semoga kita dapat mempelajari hal-hal yang lebah telah sampaikan.
Add a comment