Tuan dan Nyonya Smith, memiliki 4 orang anak. Mereka adalah Luka, Ann, Joe dan Amy. Keluarga Smith adalah orang tua yang menyenangkan, yang berpelukan, sering melakukan kontak mata, berbicara dengan hangat, dan selalu ada untuk anak-anak mereka.
Tetapi suatu hari, Tuan Smith jatuh sakit dan meninggal. Bagi Nyonya Smith, kehidupan sekarang menjadi sangat sulit. Dia menghabiskan sepanjang hari bekerja, sementara pada saat yang sama berusaha merawat anak-anaknya. Sebuah tugas yang mustahil.
Pada usia 6 tahun, otak Luka sebagian besar berkembang, karakternya kuat dan pandangan dunianya terbentuk. Situasi baru tidak banyak mempengaruhinya. Dia tahu masih selalu ada ibu sebagai tempat berlindungnya. Dia merasa terikat dengan aman (Secure Attachment). Kemudian dia berubah menjadi pemuda yang percaya diri dan optimis. Citra dirinya positif.
Ann, yang berusia 3 tahun, memiliki masalah dalam mengatasi kurangnya perhatian yang baru. Bagi Ann, ibunya sekarang bertindak tidak terduga. Dia cemas tentang hubungan mereka, dan sebagai hasilnya menjadi melekat. Untuk mendapatkan perhatian ibunya, dia harus meningkatkan keadaan emosinya dan berteriak.
Ketika sang ibu akhirnya bereaksi dengan respon yang dapat diprediksi, dia sendiri bertindak ambivalen dan tidak menunjukkan perasaan yang sebenarnya. Di kemudian hari, orang lain berpikir Ann tidak dapat diprediksi atau murung (Ambivalent Attachment). Citra dirinya kurang positif.
Joe yang berusia 2 tahun menghabiskan hari-hari dengan pamannya, yang mencintainya, tetapi berpikir bahwa pendidikan yang baik berarti ‘ketat’. Jika Joe kecil menunjukkan terlalu banyak emosi atau terlalu keras, Pamannya akan marah dan terkadang menghukum. Hal ini membuatnya takut.
Joe belajar bahwa untuk menghindari rasa takut, dia harus menghindari menunjukkan perasaannya (Avoidant Attachment). Sebagai orang dewasa, ia melanjutkan strategi ini dan memiliki masalah memasuki hubungan. Citra dirinya agak negatif.
Amy, yang baru berusia satu tahun, dikirim ke pengasuh bayi. Staf di sana kurang terlatih, terlalu banyak bekerja dan seringkali sangat stres. Beberapa benar-benar kasar. Oleh karena itu, Amy menjadi cemas terhadap orang-orang yang dia cari keamanannya.
Sebuah konflik yang benar-benar mengacaukan ide-idenya tentang cinta dan keamanan. Saat dia mengalami ketakutan tanpa resolusi, dia mencoba menghindari semua situasi sosial. Sebagai orang dewasa dia menganggap dirinya tidak layak untuk dicintai (Disorganized Attachment). Citra dirinya sangat negatif.
Teori Keterikatan
Kendra Cherry dalam tulisannya, What Is Attachment Theory?, menyebutkan bahwa Teori Keterikatan difokuskan pada hubungan dan ikatan antara orang-orang, terutama hubungan jangka panjang, termasuk antara orang tua dan anak. Jonas Koblin menuliskan dalam Attachment Theory: How Childhood Affects Life, bahwa ikatan emosional dan fisik yang kuat dengan satu pengasuh utama pada tahun-tahun pertama kehidupan masa kecil anak sangat penting untuk perkembangannya.
Ketika anak-anak ketakutan, mereka akan mencari kedekatan dari pengasuh utama mereka untuk mendapatkan kenyamanan dan perawatan. Jonas menambahkan bahwa saat kita terlalu muda untuk mengomunikasikan kecemasan kita, akibatnya dapat mengalami tingkat stres yang tinggi. Kemudian kelenjar adrenal kita menghasilkan hormon stres adrenalin dan kortisol. Denyut jantung meningkat, tekanan darah naik dan kita menjadi waspada.
Jika hal itu sering terjadi, bisa mengakibatkan stres beracun. Beracun, karena mengganggu perkembangan otak anak, dan melemahkan daya tahan tubuh. Pada embrio atau pada usia yang sangat muda, stres beracun bahkan dapat mengubah ekspresi gen, yang dapat mempengaruhi kesehatan kita beberapa dekade kemudian.
Begitupun dengan kisah anak-anak keluarga Smith, keterikatan mereka terbentuk secara berbeda pada tahun-tahun setelah meninggalnya sang ayah. Jika keterikatan kuat dan kita terikat dengan aman (seperti Luka), maka kita akan merasa aman dan berani untuk mengeksplor dunia (Secure Attachment). Mereka yang terikat dengan aman di masa kanak-kanak cenderung mengembangkan harga diri yang baik, hubungan romantis yang kuat, dan kemampuan untuk mengungkapkan diri kepada orang lain.
Mereka juga cenderung mengembangkan kepercayaan diri yang lebih baik saat mereka tumbuh dewasa. Anak-anak ini juga lebih mandiri, berprestasi lebih baik di sekolah, memiliki hubungan sosial yang sukses, dan lebih sedikit mengalami depresi dan kecemasan. Sebagai hasilnya, mereka akan lebih sukses dalam hidup.
Anak-anak yang bergantung pada pengasuh mereka, umumnya akan menunjukkan kesedihan ketika dipisahkan dan kegembiraan ketika dipersatukan kembali. Adapun menurut Kendra, anak-anak dengan Secure Attachment, meskipun mungkin kesal, mereka merasa yakin bahwa pengasuhnya akan kembali. Ketika ketakutan, anak-anak yang terikat dengan aman merasa nyaman mencari kepastian dari pengasuhnya.
Hal lain terjadi jika ikatan kita lemah (seperti Ann, Joe, dan Amy), kita merasa tidak aman terikat (Insecure Attachment). Kita takut untuk meninggalkan atau menjelajahi dunia yang tampak agak menakutkan. Karena kita tidak yakin apakah kita bisa kembali. Seringkali kemudian kita tidak memahami perasaan kita sendiri. Orang yang terikat dengan rasa tidak aman cenderung tidak mempercayai orang lain, tidak memiliki keterampilan sosial dan memiliki masalah dalam membentuk hubungan.
Dalam tulisan Kendra disebutkan juga satu penelitian yang menunjukkan bahwa kegagalan dalam membentuk keterikatan yang aman di awal kehidupan, dapat berdampak negatif pada perilaku di masa kanak-kanak dan sepanjang hidup anak. Untuk memahami lebih lanjut, berikut 3 jenis Insecure Attachment yang mungkin mempengaruhi, yakni:
Ambivalent Attachment; Anak-anak ini menjadi sangat tertekan ketika orang tua pergi. Gaya keterikatan ambivalen dianggap tidak umum, mempengaruhi sekitar 7–15% anak-anak Amerika Serikat. Sebagai akibat dari ketersediaan orang tua yang buruk, anak-anak ini tidak dapat bergantung pada pengasuh utama mereka untuk berada di sana ketika mereka membutuhkannya.
Avoidant Attachment; Anak-anak ini cenderung menghindari orang tua atau pengasuh, tidak menunjukkan preferensi antara pengasuh dan orang asing. Gaya keterikatan ini mungkin disebabkan oleh pengasuh yang kasar atau lalai. Anak-anak yang dihukum karena mengandalkan pengasuh akan belajar untuk menghindari mencari bantuan di masa depan.
Disorganized Attachment; Anak-anak ini menampilkan campuran perilaku yang membingungkan, tampak bingung, atau linglung. Mereka mungkin menghindari atau melawan orang tua. Kurangnya pola keterikatan yang jelas kemungkinan terkait dengan perilaku pengasuh yang tidak konsisten. Dalam kasus seperti itu, orang tua dapat berfungsi sebagai sumber kenyamanan dan ketakutan, yang mengarah pada perilaku yang tidak teratur.
Tahapan Keterikatan
Peneliti Rudolph Schaffer dan Peggy Emerson yang dijabarkan dalam tulisan Kendra, menganalisis jumlah hubungan keterikatan yang dibentuk bayi dalam studi longitudinal dengan 60 bayi. Bayi diamati setiap 4 minggu selama tahun pertama kehidupan, dan kemudian sekali lagi pada 18 bulan. Berdasarkan pengamatan, mereka menguraikan empat fase keterikatan yang berbeda, yakni:
Pertama: Tahap Pre-Attachment
Sejak lahir hingga 3 bulan, bayi tidak menunjukkan keterikatan tertentu pada pengasuh tertentu. Sinyal bayi, seperti menangis dan rewel, secara alami menarik perhatian pengasuh dan respon positif bayi mendorong pengasuh untuk tetap dekat.
Kedua: Indiscriminate Attachment
Antara usia 6 minggu hingga 7 bulan, bayi mulai menunjukkan preferensi terhadap pengasuh primer dan sekunder. Bayi mengembangkan kepercayaan bahwa pengasuh akan menanggapi kebutuhan mereka. Sementara mereka masih menerima perawatan dari orang lain, bayi mulai membedakan antara orang yang dikenal dan tidak dikenal, merespon lebih positif terhadap pengasuh utama.
Ketiga: Discriminate Attachment
Pada titik ini, dari usia sekitar 7 hingga 11 bulan, bayi menunjukkan keterikatan dan preferensi yang kuat untuk satu individu tertentu. Mereka akan memprotes ketika dipisahkan dari figur keterikatan utama (separation anxiety), dan mulai menunjukkan kecemasan di sekitar orang asing (stranger anxiety).
Keempat: Multiple Attachments
Setelah sekitar usia 9 bulan, anak-anak mulai membentuk ikatan emosional yang kuat dengan pengasuh lain di luar figur keterikatan utama. Ini sering termasuk ayah, kakak, kakek dan nenek.
Cara Memperbaiki Insecure Attachment
Beberapa dari kita mungkin menyadari sebagai salah satu orang yang mengalami Insecure Attachment ini. Abby Moore dalam tulisannya, What Is Insecure Attachment Style? + How It Manifests In Relationships, menjabarkan bahwa untuk menyembuhkan, penting untuk memahami gaya keterikatan kita sendiri. Mungkin bisa mengikuti TES demi menentukan jenis Insecure Attachment yang kita miliki.
Nicole Lippman-Barile menyatakan pula bahwa dengan mengetahui mengapa dan bagaimana haltersebut berkembang, dapat sangat membantu kita sehingga mampu mengatasi perasaan dan perilaku ini dalam suatu hubungan. Chamin Ajjan menambahkan bahwa terapi dapat membantu orang membongkar faktor-faktor yang mendasari, mempelajari keterampilan koping baru, menjadi lebih sadar akan pikiran, perasaan, dan kebutuhan mereka.
Berinvestasi dalam hubungan yang sehat dan mendukung juga penting, baik itu dengan teman, orang yang dicintai, mentor, atau pasangan sehingga kita dapat memperhatikan pola-pola dan memiliki strategi dalam mengatasinya. Meskipun orang tidak dapat mengubah cara mereka dibesarkan, ada kemungkinan untuk mengembangkan strategi koping yang sehat di masa dewasa. Menyadari gaya keterikatan seseorang mungkin merupakan langkah pertama dalam proses tersebut.
“This is why educating parents to be good parents is far more crucial than educating the children.”
– Danny Kim
British Journal of General Practice, menyebutkan bahwa keterikatan merupakan pertimbangan penting dalam banyak masalah pediatrik anak, seperti: kesulitan perilaku, tangisan, masalah makan, gagal tumbuh, kontak mata yang buruk, masalah toileting, infeksi, autisme, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dan lainnya. Keterikatan harus menjadi fokus perlindungan anak dan pengasuhan pengganti.
Pengasuhan yang berlebihan maupun yang kurang selaras dapat mengakibatkan rasa tidak aman anak-anak. Mereka juga memberikan pengalaman penting bahwa hubungan dapat menahan kesulitan, mengajarkan resolusi konflik, dan meningkatkan kepercayaan. Melalui kepercayaan, muncul kemampuan untuk mentolerir ‘pemisahan’ emosional, penerimaan, dan harga diri. Kepercayaan adalah prasyarat untuk mengembangkan kemandirian yang aman dari orang tua, sepanjang masa kanak-kanak dan remaja.
Sebagian besar dari orangtua di negara kita ini faktanya memang belum ‘melek’ terhadap peran dan keterikatannya dengan anak-anak mereka. Belum lagi jika kontrol tersebut tidak mereka indahkan dan terkadang malah lebih memilih pengasuh pengganti yang cara didiknya belum tentu terbaik untuk anak mereka. Siapa sangka bahwa keterikatan anak dan orang tua cukup mempengaruhi kesejahteraan fisik, psikologis, perilaku, dan perkembangan anak di kehidupan masa depan.
Melalui tulisan ini, semoga kita semakin belajar dan kelak menjadi orangtua dengan versi terbaik untuk anak-anak kita ya, kawan!
Add a comment