AI (Artificial Intelligence), atau kecerdasan buatan, tampaknya sedang berada di ujung lidah semua orang, dewasa ini. Tidak diragukan lagi bahwa kita telah memasuki periode revolusioner terbaru dalam sejarah manusia, yakni Revolusi Teknologi.
Era baru ini menjanjikan efisiensi, kenyamanan, komunikasi, akses informasi yang setara, dan kemakmuran yang tidak tertandingi. Satu hal yang kita semua pasti setuju bahwa AI adalah salah satu teknologi paling penting di dunia saat ini.
AI sudah bekerja dalam kehidupan kita sehari-hari, memengaruhi segala sesuatu mulai dari hasil pencarian kita di internet hingga peluang kencan online dan cara kita berbelanja.
Adapun penelitian PwC, diperkirakan pada pertengahan 2030-an, sepertiga dari semua pekerjaan akan berisiko diotomatisasi. Segmen tenaga kerja yang paling mungkin terkena dampak adalah individu dengan tingkat pendidikan rendah.
Sehingga, di masa depan, bagaimana teknologi ini akan memengaruhi pekerjaan manusia?
Apakah ini akan menghasilkan kelas bawah permanen dari orang-orang yang tidak dapat menemukan pekerjaan karena pekerjaan mereka telah diotomatisasi?
Pengaruh AI Terhadap Masa Depan Pekerjaan
Brian melanjutkan dalam tulisannya bahwa kecemasan tentang hilangnya pekerjaan yang disebabkan oleh penggunaan mesin yang lebih besar telah ada selama berabad-abad. Dengan setiap terobosan, mata pencaharian atau kualitas hidup seseorang berisiko berubah secara permanen.
Ketika perusahaan berusaha meminimalkan infeksi COVID-19 di tempat kerja sambil menjaga agar biaya operasional tetap rendah, misalnya, dorongan untuk mengganti manusia dengan mesin pun semakin meningkat.
Ketika perusahaan beralih dari mode bertahan hidup ke mode mencari tahu cara beroperasi saat pandemi, dan hal itu terus berlanjut, maka penggantian manusia dengan komputer bisa semakin lebih cepat. Menurut laporan oleh Daron Acemoglu di MIT dan Boston University, dikutip juga dari tulisan Brian, robot dapat menggantikan 2 juta lebih banyak karyawan di bidang manufaktur pada tahun 2025.
Namun, menurut Brian seperti halnya semua inovasi manusia sebelumnya (mesin uap, listrik, dan internet) sebuah inovasi yang menciptakan nilai, tidak peduli seberapa ditakutinya, secara keseluruhan kemungkinan besar akan berdampak positif bagi masyarakat.
Banyak bisnis menggunakan robot dengan cepat sebagai reaksi terhadap virus corona. Mereka tiba-tiba melakukan tugas-tugas teknis yang telah dikhawatirkan umat manusia selama ribuan tahun. Mereka mencuci lantai bandara dan mengukur suhu orang. Selama pandemi, hotel menggunakan robot untuk menyambut tamu di kamar mereka dengan kunci yang baru didesinfeksi.
Menabur benih, memanen tanaman, memisahkan bangkai dan tulang dada, atau mengemas palet makanan di pabrik pengolahan adalah semua tugas yang bisa dilakukan oleh robot. Tapi semua itu, tidak berarti mereka mencuri pekerjaan semua orang.
Apakah AI Masa Depan Pekerjaan?
Melanjutkan tulisan Brian, umat manusia telah resah selama ribuan tahun, dari penenun hingga pekerja pabrik bahwa pertumbuhan teknologi akan menyebabkan masyarakat tanpa pekerjaan.
Cara media menggambarkan kecerdasan buatan, terutama di beberapa film fiksi ilmiah favorit kita, menyebahkan bahwa dapat dimengerti jika hal ini telah memicu kecemasan, bahwa AI suatu hari akan membuat manusia usang di tempat kerja.
Misalnya, seiring kemajuan teknologi, banyak tugas yang dulu ditangani oleh tangan manusia telah dimekanisasi. Kemajuan kecerdasan buatan tampaknya mengantarkan pada akhir pekerjaan seperti yang kita ketahui, dan dapat dimengerti mengapa orang menjadi khawatir.
Di sisi lain, pekerja manusia tidak mungkin menjadi usang karena AI. Robot tidak akan mengambil alih pekerjaan kita dalam waktu dekat. MIT Task Force merilis laporan berjudul “Artificial Intelligence And The Future Of Work” yang melihat kemajuan AI dan implikasinya di tempat kerja. Makalah ini melukiskan pandangan situasi yang lebih positif.
Daripada menyerukan kepunahan tenaga kerja manusia, penelitian ini memprediksi bahwa AI akan terus mendorong inovasi yang cukup besar dan menghasilkan pekerjaan baru. AI akan memberdayakan banyak perusahaan yang ada dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan banyak perusahaan baru.
Di lain hal, masih ada batasan signifikan pada kemampuan AI untuk menciptakan kembali kegunaan kecerdasan manusia dalam melakukan tugas-tugas tertentu. Batasan standar algoritma AI adalah bahwa mereka tidak dapat melakukan lebih dari satu pekerjaan dan hanya dapat menyelesaikan satu masalah pada satu waktu.
Mereka sering kaku, tidak dapat menanggapi perubahan input atau melakukan “pemikiran” apapun di luar parameter yang telah diprogram sebelumnya.
Sedangkan, manusia memiliki “kecerdasan umum”, yang mencakup pemecahan masalah, pemikiran abstrak, dan keterampilan penilaian kritis yang akan tetap berharga di dunia komersial. Penilaian manusia akan diperlukan, jika tidak dalam setiap pekerjaan, maka setidaknya di setiap tingkat dan di semua industri.
Banyak masalah lain yang dapat membatasi pertumbuhan AI yang cepat. AI sering menyebabkan “pembelajaran,” yang mungkin mencakup volume data yang besar, menimbulkan pertanyaan tentang ketersediaan data yang benar, serta persyaratan untuk kategorisasi dan masalah privasi ataupun keamanan. Ada juga keterbatasan daya komputer dan pemrosesan. Listrik saja diperkirakan menelan biaya $ 4,6 juta untuk satu model bahasa AI supercharged.
Batasan penting lainnya yang harus diperhatikan adalah bahwa data dapat menjadi bias karena ketidakseimbangan sosial desainer atau bias implisit. AI kemungkinan akan bias jika data yang digunakan untuk melatihnya bias.
Menurut MIT CCI research, yang dikutip dari tulisan Brian, kita masih jauh dari AI yang setara dengan kecerdasan manusia, dan secara teoritis mungkin menggantikan karyawan manusia.
AI dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja, bukan lebih sedikit, jika ada investasi di semua sektor, di mana saja yang berfokus pada pelatihan dan peningkatan keterampilan pekerja. Alih-alih “orang atau komputer”, pertanyaannya seharusnya “manusia dan komputer” yang terlibat dalam sistem canggih yang memajukan industri dan kekayaan. Sebanyak 90% dari perusahaan paling sukses di dunia sudah berinvestasi di AI.
Adapun dalam tulisan Lili Cariou, How Is Artificial Intelligence Shaping The Future Of Work? menyebutkan bahwa perusahaan yang hanya mengandalkan AI untuk mengotomatisasi proses dan menggunakannya untuk menggantikan karyawan hanya akan melihat keuntungan jangka pendek karena teknologinya tidak memiliki kecerdasan emosional yang akut, atau keterampilan kreatif untuk berinovasi.
Shweta Singh dalam tulisan tersebut juga berpendapat bahwa organisasi yang paling sukses akan memasangkan AI dengan manusia dalam jangka panjang untuk mencapai ‘‘Augmented Intelligence’’ yaitu, penggunaan mesin dan pembelajaran mendalam untuk menyediakan data yang dapat ditindaklanjuti kepada manusia. Teknologi tidak berinovasi untuk menggantikan, tetapi untuk menyempurnakan manusia.
Lebih dari separuh perusahaan yang telah menggunakan teknologi berbasis AI mengatakan bahwa AI telah meningkatkan produktivitas. Ditulis dalam tulisan Brian bahwa diperkirakan beberapa industri berikut akan terpengaruh secara signifikan oleh AI:
Keuangan
ATM tidak serta merta mengurangi jumlah teller bank. Mereka menghasilkan lebih banyak pekerjaan teller karena kenyamanan mesin ATM menarik pelanggan ke bank. Bank memperluas lokasi mereka dan menyewa teller untuk menangani pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan oleh ATM.
Perhotelan dan Pariwisata
Robot Humanoid di kafe terbaru Tokyo adalah contoh lain bagaimana robot membuat hidup lebih mudah. Dawn Avatar Robot Café di Nihonbashi, Tokyo, mempekerjakan pelayan robot untuk melayani tamu. Kita mungkin berpikir bahwa orang-orang akan kehilangan pekerjaan karena server robot ini, tetapi kisah di baliknya sangat mengharukan.
Robot-robot tersebut dioperasikan oleh orang sungguhan, termasuk pekerja penyandang disabilitas yang tidak dapat meninggalkan rumah karena keterbatasan fisik, manula yang tidak dapat bekerja berjam-jam, dan orang tua tunggal yang membutuhkan bantuan penitipan anak di rumah.
Kentaro Yoshifuji, salah satu pendiri dan CEO perusahaan, datang dengan ide untuk robot yang dikendalikan dari jarak jauh setelah terbaring di tempat tidur selama tiga tahun. Tujuan dari robot ini adalah untuk menutup kesenjangan antara individu penyandang cacat dan masyarakat dengan memberi mereka peluang karir tambahan di mana mereka dapat dengan mudah berpartisipasi dengan langkah mereka sendiri.
Mereka dikendalikan dari jarak jauh melalui internet menggunakan gerakan mata dan gerak tubuh, dan mereka telah mengambil peran sebagai avatar bagi para pekerja yang menggunakannya.
Medis
Potensi manfaat AI dalam kedokteran sedang diteliti secara aktif. Industri medis memiliki sejumlah besar data yang dapat mereka gunakan untuk membangun model prediksi terkait perawatan kesehatan. Dalam beberapa skenario diagnostik, AI telah terbukti lebih efektif daripada dokter. Salah satu sistem AI kanker paru-paru, misalnya, dapat memberikan peringatan dini pada munculnya penyakit tersebut.
Otomotif
Dengan diperkenalkannya kendaraan otonom dan navigasi otonom, kita sudah melihat dampak AI di industri otomotif. AI akan sangat memengaruhi produksi, khususnya di industri otomotif.
Keamanan Cyber
Banyak pemimpin perusahaan mengkhawatirkan keamanan siber, terutama mengingat perkiraan peningkatan insiden keamanan siber pada tahun 2020 dan 2021. Selama pandemi, peretas menargetkan mereka yang bekerja dari rumah dan peralatan teknologi serta jaringan Wi-Fi yang kurang terlindungi.
Dalam keamanan siber, AI dan pembelajaran mesin akan menjadi teknologi penting untuk mendeteksi dan mengantisipasi ancaman. Mengingat kemampuannya untuk menganalisis volume besar data dan memperkirakan serta mendeteksi penipuan, AI akan menjadi alat penting dalam keamanan finansial.
Pencarian Pekerjaan
AI dapat secara signifikan memengaruhi proses pencarian kerja. Sistem pelacakan aplikasi otomatis dapat menolak hingga 75% resume sebelum seseorang melewatinya.
Beberapa waktu lalu, perekrut harus menghabiskan banyak waktu untuk menyaring resume untuk menemukan pelamar yang memenuhi syarat. Menurut data LinkedIn, dikutip pula dari tulisan Brian bahwa perekrut dapat menghabiskan waktu hingga 23 jam untuk meninjau resume untuk satu pekerjaan yang berhasil.
Di sisi lain, sistem yang didukung AI semakin melakukan pemindaian resume. Pada tahun 2018, sebanyak 67% manajer perekrutan mengatakan bahwa AI membuat pekerjaan mereka lebih mudah.
AI dan pembelajaran mesin ada di banyak daftar keterampilan paling penting di pasar kerja. Pekerjaan yang membutuhkan keterampilan AI atau pembelajaran mesin diperkirakan akan berkembang sebesar 71% dalam lima tahun ke depan.
Lili dalam tulisannya juga menyebutkan bahwa meskipun AI masih jauh dari menggantikan perekrut, teknologi ini juga dapat membantu memahami bias bawah sadar manusia selama proses perekrutan.
AI dapat melakukan tugas-tugas seperti menganonimkan lamaran kerja sehingga kandidat dapat disaring secara lebih objektif, atau menggunakan data untuk memberikan wawasan tentang cara menarik bakat yang lebih beragam.
“The future is already here, it’s just not evenly distributed.”
— William Gibson
Sementara AI sudah pasti akan menggantikan beberapa pekerjaan, perpindahan seperti itu telah terjadi jauh sebelum AI muncul. Pada abad yang lalu, kita telah melihat matinya atau berkurangnya gelar seperti agen perjalanan, operator switchboard, tukang susu, operator lift, dan pinsetter arena bowling. Sementara itu, gelar baru seperti pengembang aplikasi, direktur media sosial, dan ilmuwan data telah muncul.
Daugherty dan Jim Wilson, dikutip dari laman artikel Wired berjudul AI and the Future of Work, telah menulis buku berjudul “Human+Machine: Reimagining Work in the Age of AI”. Dalam pandangan mereka, pekerjaan masa depan (dan saat ini) adalah termasuk sebagai Pelatih dan Penjelas. Pelatih akan mengajarkan bagaimana sistem AI bekerja dan meniru perilaku manusia. Adapun Penjelas akan menjadi penghubung antara mesin dan pengawas manusia.
Alih-alih menggantikan pekerja, AI dapat menjadi alat untuk membantu karyawan bekerja lebih baik. Seorang karyawan Call Center, misalnya, bisa mendapatkan informasi instan tentang apa yang dibutuhkan penelepon dan melakukan pekerjaan mereka lebih cepat dan lebih baik.
Selain membantu bisnis yang sudah ada, AI dapat membuat bisnis baru. Bisnis tersebut dapat mencakup perawatan lansia berbasis digital, pertanian berbasis AI, dan pemantauan panggilan penjualan berbasis AI. Akhirnya, otomatisasi dapat digunakan untuk mengisi pekerjaan yang saat ini tidak terisi.
Brian juga menuliskan bahwa AI akan berada di sini untuk tinggal. Tapi kita tidak perlu takut. Bersikap penuh perhatian dan beradaptasi dengan teknologi baru, khususnya AI, adalah cara terbaik untuk bergerak maju dan siap pada perubahan.
Add a comment