Salah satu tantangan terberat dalam menjalankan penelitian adalah mengidentifikasi cara untuk mengukur konsep-konsep yang telah termuat dalam pertanyaan penelitian dan hipotesis yang telah dibuat. Bagaimana cara mengukur tingkat keberhasilan sekolah? Bagaimana cara mengukur perkembangan ekonomi di suatu negara? Bagaimana cara mengukur ketimpangan pendapatan dari penduduk di sebuah negara? Konsep-konsep abstrak seperti keberhasilan sekolah, perkembangan ekonomi, serta ketimpangan pendapatan merupakan sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung; dibutuhkan sebuah indikator atau variabel yang dapat diukur sebagai representasi dari konsep yang sedang diteliti.
Coba kita ambil konsep di atas sebagai contoh: Tingkat keberhasilan sekolah dapat diukur dengan nilai rata-rata para siswa dalam satu tahun, atau rasio kehadiran siswa di kelas, atau jumlah penghargaan yang diraih para siswa sebagai indikator. Lalu perkembangan ekonomi dapat diukur dengan produk domestic bruto (PDB) secara total atau per kapita dalam satu tahun. Sementara ketimpangan pendapatan dari penduduk dapat diukur dengan indeks GINI atau rasio 90/10. Pada penelitian kuantitatif, indikator-indikator yang dicari berupa angka. Sementara pada penelitian kualitatif, data yang dicari lebih kepada kesaksian dan hasil observasi dari narasumber yang tidak menjadikan angka sebagai fokus utama.
Cara kita dalam mengukur sebuah konsep adalah salah satu kunci utama dari penelitian. Ini akan menentukan bagaimana kita mengobservasi sebuah fenomena, apa yang harus kita cari di lapangan dan bagaimana cara memberi nilai terhadap sesuatu yag diobservasi. Proses transisi dari konsep abstrak hingga menjadi indikator-indikator yang dapat diukur ini biasa disebut dengan operationalization process.
Protokol di bawah ini akan membantumu untuk menemukan indikator yang tepat:
1.Formulasikan Hipotesis
Sebuah hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian yang didasarkan pada peninjauan dari penelitian-penelitian sebelumnya dan observasi objek secara langsung di lapangan. Biasanya dalam penulisan hipotesis terdapat 1 hingga 2 konsep yang dibahas. Ketika hipotesis tersebut bersifat deskriptif (atau komparatif), hanya ada satu konsep yang di bahas di dalam kalimatnya. Sementara ketika hipotesis bersifat kausal (atau asosiatif), terdapat dua konsep yang dibahas di dalamnya. Sebagai contoh:
2.Definisikan Konsepnya
Definisi dari konsep yang diteliti harus berdasarkan pada studi dan teori yang dinyatakan dalam penelitian yang sudah ada. Inilah mengapa tinjauan pustaka sangat penting untuk dilakukan pada tahap ini. Coba temukan definisi dari konsep yang dinyatakan secara eksplisit dan jelas oleh penulis sebelumnya. Jika kamu menemukan penelitian yang konsepnya didefinisikan secara tersirat, tinggalkan dan cari yang lain. Peneliti bertanggung jawab untuk memilih definisi dan teori mana saja yang akan digunakan untuk menjelaskan konsep dan apakah mereka dapat menjadi pelengkap atau memodifikasi definisi lainnya. Sangat dianjurkan agar peneliti dapat menemukan beberapa definisi (lebih dari dua atau tiga jika memungkinkan) dan menggunakan mereka untuk mengidentifikasi indikator-indikator yang sesuai dengan penelitian yang sedang dikerjakan.
Jangan lupa bahwa definisi mana yang akan digunakan peneliti harus didasarkan pada tujuan utama dari penelitian. Sebagai contoh, beberapa penulis telah mendefinisikan “kualitas hidup” sebagai berikut:
3.Bongkar Konsepnya Kedalam Dimensi-Dimensi yang Lebih Spesifik
Pada umunya konsep abstrak (sebuah gagasan yang orang-orang dapat mengerti namun tak memiliki bentuk fisik) seperti “kualitas hidup” dapat dibongkar kedalam barmacam-macam dimensi yang sifatnya spesifik. Sebagai contoh, sebuah studi yang dilaksanakan oleh Eurostat di Uni Eropa menyatakan bahwa “kualitas hidup” seseorang dinilai berdasarkan dimensi-dimensi berikut:
Jumlah dimensi yang diidentifikasi dalam sebuah konsep tergantung pada ketertarikan dan rasa penasaran peneliti itu sendiri dan definisi yang digunakan. Semakin banyak dimensi yang teridentifikasi, semakin lengkap penelitian tersebut karena banyaknya aspek yang dapat dicakup dan semakin banyak pula indikator yang diperlukan.
Jadi, proses untuk membongkar konsep kedalam dimensi-dimensi dilakukan dengan mempertimbangkan:
4.Identifikasi Indikator-Indikator untuk Setiap Dimensi dari Konsep yang Diteliti
Setiap dimensi harus diukur setidaknya menggunakan satu indikator. Jika peneliti dapat mengukur tiap dimensi menggunakan beberapa indikator, maka akan dihasilkan pengukuran yang lebih akurat karena indikator berperan sebagai petunjuk untuk peneliti dalam mengobservasi realitas. Contohnya, bagaimana caranya untuk mengukur “waktu luang dan interaksi sosial” sebagai salah satu dimensi dari “kualitas hidup”? Indikator-indikator yang dapat digunakan meliputi:
Hal penting lainnya untuk diperhatikan dalam mengidentifikasi indikator adalah:
“Di tempat kerjamu sekarang, adakah ruang yang khusus digunakan untuk kegiatan rekreasi seperti ruang untuk bermain games, membaca, atau ruang berbincang antar karyawan? 1) Iya, 2) Tidak, 3) Tidak tahu.
Berikut adalah tabel keseluruhan yang menunjukkan dimensi dan indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup:
Keberhasilan dalam mendapatkan indikator yang tepat sangat tergantung dari kemauanmu untuk membaca, membaca dan membaca literatur yang berhubungan dengan konsep yang dibahas. Semakin banyak referensi akan membantumu memahami konsep lebih dalam yang akhirnya menghasilkan pemilihan indikator yang tepat. Mungkin ini adalah tahapan yang paling kompleks sekaligus relevan dari proses penelitian karena hasil dari penelitian akan bergantung pada bagaimana fenomena dan konsep diukur dan diamati. Setelah indikator teridentifikasi, tahapan berikutnya adalah mendesain instrumen pengumpulan data (contohnya survei) atau menggunakan sumber sekunder (contohnya database online) untuk mengumpulkan data.
Tulisan diadaptasi dari buku Quantitative Analysis: the guide for beginners – Julián Cárdenas